24. Confuse

6.4K 777 24
                                    

Ali melangkah menaiki tangga dan berhenti didepan pintu kamar bercat putih. ali mengetuknya pelan sampai terdengar suara menyuruhnya masuk, ali pun membukanya kemudian masuk kedalam. ia melihat gadisnya sedang berbaring sambil memainkan handphone nya

"gimana lengan kamu?"

"udah mendingan. btw, thanks udah nolongin gue"

"sama sama. mau makan sesuatu?"

"makasih, gue udah kenyang"

"oke, aku buatin sesuatu, tunggu ya"

"tapi li-"

Prilly menghembuskan nafasnya kasar saat lelaki itu menulikan telinganya dan berlalu begitu saja dari kamar prilly.

Dalam hati, prilly merasa iba dengan sikap ali. rasanya terlalu jahat sampai harus membuat ali secemburu tadi, rasanya prilly tak ada bedanya dengan apa yg sudah ali lakukan. tapi bukannya ali pantas mendapat ini semua? prilly dilema antara prihatin atau senang atas perlakuannya pada ali.

Tapi jujur, dalam lubuk hati terdalamnya, prilly sedih melihat tatapan sendu ali.

"gak papa, anggep aja bayar karma. ya kan li?" bisik prilly pada dirinya sendiri lalu ia tertawa kecil.

Tak lama, ali muncul dengan nampan di tangannya. sudah berisi waffle cokelat serta cokelat panas. ia duduk di tepi ranjang prilly sambil meletakkan nampan yg ia bawa di atas nakas

"aku suapin ya"

"gue bisa sendiri"

"sehari ini aja nurut, besok atau lusa belum tentu aku bisa nyuapin kamu lagi"

Nyes

Ucapan ali berhasil membuat hati prilly berdenyut agak nyeri, entah kenapa rasanya seperti tak rela mendengar ali berucap seperti itu

"ya, ya itu urusan lo" jawab prilly berpura-pura cuek

"iya, makanya hari ini aja nurut sama aku, please?"

"terserah lo deh" prilly pasrah, ia merasa sedikit takut kalau apa yg ali ucapkan tadi benar terjadi.

Prilly takut karma atas perbuatannya hari ini datang secepat yg dibayangkannya, prilly belum mempersiapkan mental apapun, jadi rasanya tak apa menerima semua perlakuan ali hari ini demi menenagkan perasannya.

Padahal dalam hati, sebenarnya prilly mulai takut kehilangan lelaki didepannya ini.

Tak lama, ali sudah kembali dengan nampan di tangannya. ia duduk di tepi ranjang prilly

"makan dulu ya?" ucapnya pada prilly yg sedang menatap kearah luar pintu balkoni kamarnya

Prilly menatap ali, ia hanya mengangguk pelan dan menerima semua perlakuan ali.

Tidak bermaksud untuk cepat luluh atau apapun, hanya saja prilly memiliki sebuah rasa yg membuatnya susah membenci ali. ada sebuah perasaan yg prilly tak pernah tau itu apa, yg membuatnya merasa kalau ali tidak pernah bersalah atas apapun, kalau ali sebenarnya baik, kalau ali sebenarnya tidak seperti apa yg ia fikirkan.

Prilly berfikir, mungkin otaknya lupa akan segala hal di masa lalunya, tapi sepertinya tidak dengan hati dan perasaannya. sepertinya hati dan perasaanya mengenal betul sosok ali, sampai rasanya prilly tidak bisa marah sedikitpun pada lelaki yg sedang menyuapinya makanan ini.

"udah selesai, sekarang kamu istirahat ya"

Ali merapikan piring serta gelas kemudian saat hendak bangkit, prilly bersuara

"ali"

"hmm, ya?" ali menatap gadis yg sedang tertunduk ini

"kapan lo balik?"

"lusa, kenapa?"

"nggak, cuma nanya"

Ali terseenyum simpul, ia meraih satu tangan prilly dan menggenggamnya lembut

"aku pulang cuma untuk nepatin janji aku untuk nyelesaiin masalahku sama hima, setelah itu mungkin aku akan ke Indonesia"

Prilly mendongak dan menautkan alisnya "Indonesia?"

"iya, aku mungkin akan kembali kesana, menetap disana, melanjutkan kehidupan ku disana dan memulai semua lagi dari awal" jawab ali dengan senyum

Prilly merasa perasaannya gelisah, bagaimana bisa ali akan kembali lagi ke negara itu sedangkan prilly sendiri ada disini? prilly merutuki dirinya sendiri, ia tertawa miris, bukannya dia sendiri yg meminta ali untuk pergi? lalu kenapa saat ali sudah memutuskan semuanya, prilly merasa tak rela?

"kamu kenapa?" tanya ali saat menyadari perubahan sikap prilly

"nggak, gue gak papa, take care aja buat lo"

"terima kasih, tapi rasanya apapun yg terjadi sama diriku gak terlalu penting lagi buat kamu. aku rasa aku sudah terlalu menyakiti kamu, jadi lebih baik aku pergi sejauh mungkin dari kamu, seperti dulu. iya kan?"

Prilly meringis, ia hendak menggeleng, ingin menolak semua ucapan ali, tapi yg ia bisa lakukan hanya mematung.

"sekarang kamu istirahat aja, aku keluar dulu"

Prilly mengangguk dan meringsut masuk kedalam selimut, memunggungi ali dan bersamaan dengan pergerakan tubuhnya, setetes air matanya terjatuh.

.....

"li, beneran kita mau balik lusa? kita kan jadwalnya 2 minggu disini li" protes cio saat melihat ali sedang merapikan barang barangnya kedalam koper

"kalo lo masih mau disini, lanjut aja, gak papa. gue ada urusan yg musti gue beresin dulu di Paris"

"urusan apa?"

"urusan hati"

"sama cewek yg waktu itu?"

Ali mengangguk samar

"prilly tau?"

"iya, dia tau dan dia juga yg nyuruh gue pergi"

Cio berdecak kesal "lo emang gak peka apa gimana sih?"

"maksud lo?"

"kalo cewek minta lo buat pergi, itu artinya dia minta lo untuk tetap disini dan nggak pergi. jangan bego deh soal kode-kode mereka"

"ini konteksnya beda, dia udah tau semuanya, cewek mana yg masih mau pertahanin gue saat mereka tau kalau ternyata mereka cuma ada dalam pilihan?"

"tapi setidaknya usaha dulu buat yakinin dia, jangan langsung ambil keputusan gini li"

"gak papa, gue sama dia memang gak jodoh"

"kalau gitu rugi dong Tuhan kasih lo kesempatan kedua buat ketemu sama dia lagi? gue fikir Tuhan kasih lo kesempatan kedua untuk kembali membaik, bukan malah nyerah ditengah perjalanan kaya gini"

"ya kenyataannya cuma ini yg gue dapet"

"terserah lo aja sih, asal jangan nyesel untuk yg kedua kalinya karena keegoisan lo lagi" kemudian cio berlalu dari kamar

Ali mengangguk pelan, ia bingung, sangat bingung dengan keputusan yg sudah ia buat untuk benar benar pergi lagi. apa setelah pergi lagi untuk yg kedua kalinya ini ali akan baik baik saja? atau justru ada penyesalan yg lebih dalam lagi yg akan ia rasakan?

Entah, ali masih ragu untuk mengambil kesimpulan sendiri soal apa yg akan ia rasakan kedepannya. ali hanya takut terjatuh di lubang yg sama lagi, seperti waktu itu.

Cinta Sendiri - 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang