25. I'll Be With You

6.5K 804 25
                                    

"ali beneran pulang, nak?" tanya mama lita ketika mereka sedang menikmati sarapan

"iya tante. terima kasih udah rela ali repotin selama seminggu disini"

"sama sama nak, tante seneng rumah jadi rame"

"bakal kangen sama rumah ini, tan"

"main main kesini lagi dong"

"iya pasti, tenang aja tante"

Mama lita, ali, sivia dan cio sedang menikmati sarapan bersama mereka. prilly? gadis itu sudah pergi sejak subuh tadi, entah kemana, tak ada yg tau. ia hanya menuliskan notes kecil diatas meja makan

"aku pergi, ada urusan, maaf kalau harus pamit pakai notes. cuma gak mau ganggu kalian semua. Prilly"

Dan seseorang menghela nafasnya berat ketika membaca notes itu tadi pagi.

Kembali ke meja makan, ali mengelap bibirnya dan menyudahi sarapannya

"tante, ali beneran pamit ya" ali bangkit dari duduknya disusul mama lita

"iya nak, nanti kalau tante main ke Paris kita harus ketemu ya"

"pasti tante" ali memeluk mama lita begitupun sebaliknya

"take care sayang" ucap mama lita menepuk pelan bahu ali

"pasti, ali titip cio beberapa hari lagi disini ya tan, kalo dia gak bisa di kasih tau usir aja"

"eh mulut dijaga" ucap cio pada ali, ali dan mama lita hanya tertawa geli

Ali berjalan menuju pintu depan sambil menyeret kopernya diikuti oleh cio, sivia dan mama lita. terlihat sebuah taksi sudah menunggu ali didepan gerbang rumah

"sekali lagi makasih banyak tante, kak pia, udah rela direpotin"

"iya, sama sama li" jawab sivia

"iya nak, salam sama mama papa kamu ya" ucap mama lita

Ali mengangguk pelan dan tersenyum, harusnya ada pelukan hangat yg mengantar perpisahan nya pagi ini. harusnya ada kecupan di kening atau pipi, harusnya ada buliran air mata tak rela yg ali lihat, tapi rasanya lebih baik seperti ini agar semuanya baik baik saja.

"gue nyusul ya li" ucapan cio menarik ali ke dunia nyata

"iya, jangan ngerepotin lo disini"

"siap, bye bro" cio memeluk ali sebentar sebelum lelaki itu benar benar pergi dari rumah prilly.

Pandangan ali tak lepas dari jendela disebelahnya, ia sibuk meneliti jalanan di Jerman sebelum benar benar meninggalkan negara ini. lebih tepatnya meninggalkan gadisnya dan sakit hati yg sudah ia torehkan pada gadis itu.

...

Prilly mengerang kecil saat alarm dari handphone nya berdering. ia meraih handphone nya di nakas dan melirik jam yg tertera di screenlock handphone nya. 04.00am, dan gadis itu bangkit dari tidurnya kemudian bergegas mandi.

Setelah siap, dengan hati hati prilly beranjak membuka pintu agar tidak menimbulkan suara keributan ataupun apalagi sampai membangunkan yg lain. ia berjalan menuruni tangga dan nafasnya terhembus lega saat ia berhasil sampai di lantai dasar.

Sebelum benar benar pergi, prilly berbelok sebentar ke arah meja makan dan mengambil sehelai roti gandum dan langsung melahapnya, sembari mengunyah roti, ia menuliskan sebuah notes untuk orang orang dirumahnya yg masih terlelap.

Seusai menulis notes, prilly meminum segelas air lalu pergi dari rumah. bukan pergi untuk kabur atau menghindar dari seseorang, prilly bahkan tak lupa kalau sekarang adalah hari dimana ali akan pergi, tapi prilly memiliki urusan yg lebih penting dari apapun, dan ini juga untuk urusan hatinya.

Saat membuka pintu utama dengan sangat perlahan, prilly dapat menangkap sosok lelaki sudah berdiri di dekat pintu gerbangnya sambil memasang raut wajah kesal sedangkan prilly hanya bisa tersenyum tanpa dosa ke arah lelaki itu.

"lo emang gak ada kerjaan apa emang mau ngerjain gue?" ucap lelaki itu datar saat prilly mendekat kearah nya

"uuu maaf dava, sekali ini aja bantuin gue, please"

"bantuin apaan?"

"ngobrolnya sambil jalan, okey?" ucap prilly saat ia sudah berhasil keluar dari pintu gerbang sedangkan lelaki disebelahnya ini hanya mendengus kesal dan ikut mensejajarkan langkahnya bersama prilly.

"dav, i wanna go to Paris tomorrow" ucap prilly dengan santai

"what?! Paris?!"

"iya, gue mau kesana dan lo temenin gue!"

"eh!" dava meraih lengan prilly dan memaksanya berhenti "lo dengan gampangnya ngomong mau ke Paris terus maksa gue buat nemenin lo, seenak udel lo! ngapain kesanaaa?" geram dava

"dava, ini soal hati gue"

"soal ali?"

"Recth!" (tepat : German) jawabnya sambil tersenyum dan dava mendengus kesal

"ceritain dulu ke gue masalahnya apa, gue gak mau lo dateng kesana dan pulag tanpa kepastian"

Prilly terkekeh "bahasa lo suka lebay"

"buru cerita!"

"jadi gini dava, gue mau berjuang buat hati gue. gue gak sepenuhnya inget sama apa yg terjadi di masa lalu gue sampe ali segitu berjuangnya demi hubungan gue sama dia. gue juga ngerasa kalau hari ini saatnya gue berjuang buat hati gue"

"mungkin dulu ali pernah barbuat sebuah kesalahan sampai dia pergi dan pas kita ketemu lagi, dia bersikeras buat memperbaiki suasana. dan kemarin ada hal yg bikin gue sakit hati sama dia, tapi dari penjelasan dia yg gue denger, itu bikin gue ngerasa kalau dia gak sepenuhnya salah"

"jadi kali ini biar gue yg berjuang demi hubungan kami, dan lo harus temenin gue ke Paris"

Dava menatap gadis disebelahnya ini "ini prilly? prilly gloriana latuconsina?"

"iye, siapa lagi?"

"ntaps! gue suka gaya lo! tumbenan lo mikirin banget soal hati? dulu sama jovan gak gitu gitu banget?"

"ah! jangan bahas jovan, geli gue!"

"hahahaaa... kalah saing ya sama cowok berotot?" bisik dava

"anjir dav! jangan di bahaaass!"

Dava tertawa, begitupun juga prilly, mereka lalu menyebrangi jalan dan masuk ke sebuah caffe kecil yg menyediakan makanan untuk sarapan.

Ketika mobil taksi berhenti di lampu merah, ali tak sengaja melihat  sesosok gadis yg ia fikirkan sedari tadi. gadis itu sedang tertawa di  pinggir trotoar bersama dava, mereka hendak menyebrangi jalan dan tawa  itu masih ada sampai mereka melewati taksi yg ali tumpangi.

Ali tersenyum getir, itu alasan prilly pergi sepagi tadi dari  rumahnya. menghindari perpisahan dengan dirinya, dan bertemu dengan  dava.

Baiklah. ini karma yg harus ali terima.

Cinta Sendiri - 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang