23. That's Okay. I'll Survive

6.5K 800 24
                                    

Pagi ini suasana sarapan terasa berbeda. Cio dan sivia sibuk memperhatikan kedua orang diseberang mereka sambil sesekali melahap makanannya, tapi yg diperhatikan justru fokus pada makanannya masing masing. tak ada acara saling sapa maupun acara saling melempar candaan. semua terasa lenyap dan menghilang.

Cio dan sivia mengalihkan pandangannya saat prilly bangkit tiba-tiba bangkit dari duduknya

"prilly duluan ya" ucapnya dengan senyum

"hati hati sayang" ucap mama dan hanya dibalas anggukan oleh prilly sebelum akhirnya gadis itu berlalu

Ali mengelap bibirnya dan meneguk jus jeruknya sebelum ikut bangkit "ali juga pergi dulu tante"

"iya nak, hati hati"

Kemudian ali mengikuti langkah prilly pergi dari rumah.

"ada perang dunia lagi kayaknya" bisik sivia pada cio

"iya kali, mana cuaca lagi dingin, ditambah mereka ikutan dingin, beku deh lama lama"

"mereka berantem?" tanya mama lita

"eh? ngga tau ma" jawab sivia

"yaudah kalo gitu mama berangkat, rapiin meja ya kak"

"oke ma, hati hati"

"tante pergi dulu cio"

"iya tante, hati hati"

...

Ali berada dibelakang tubuh prilly beberapa meter, lelaki itu tetap memperhatikan tubuh prilly dan mengikuti kemanapun langkahnya.

Ali hanya ingin menikmati 3 hari terakhirnya disini selalu bersama prilly, walaupun ia harus kembali memperhatikan gadis itu dari jauh.

Sesaat, prilly menghentikan langkahnya, begitupun ali. saat gadis itu menoleh kebelakang, ali memasang senyum terbaiknya dan sedetik kemudian prilly mengembalikan pandangannya dan melanjutkan perjalanannya, seakan tak perduli dengan keberadaan ali.

Prilly lalu masuk kedalam sebuah caffe dan mencari sebuah meja yg terletak di dekat jendela, ali pun mencari tempat duduk yg tak jauh dari gadisnya itu agar dapat lebih leluasa mengawasi dan memandanginya.

Tak lama menunggu, seorang lelaki menghampiri meja prilly. ali dapat melihat gadisnya tersenyum ke arah lelaki itu kemudian bangkit dan saling bertukar pelukan hangat.

Ali geram sendiri di mejanya, ingin sekali mendatangi prilly dan memisahkan kedua orang itu, tapi apa daya, ali sadar sudah menyakiti prilly dengan kenyataan yg harus ia ketahui, anggap saja ali sedang menikmati karmanya pagi ini.

Kedua orang di pandangan ali itu sedang asyik bertukar cerita dan tertawa, sesekali tangan lelaki dihadapan prilly akan mencubit gemas pipi prilly. ali mengumpat dalam hati, yg seharusnya ada didepan prilly sekarang adalah dirinya.

Setelah cukup lama berbincang, kedua orang itu pergi dari caffe. ali pun masih setia mengikuti langkah mereka namun kini jarak ali cukup jauh dari kedua orang itu. ali hanya ingin memastikan kalau gadisnya baik baik saja.

Tanpa sadar, ternyata mereka menuju ke sebuah arena permainan ice skating indoor. perasaan ali mulai tidak baik. ali pasti harus melihat adegan adegan yg lebih menyaitkan lagi nantinya. namun tanpa menyerah, ali justru tetap mengikuti kedua orang itu kedalam arena.

Saat prilly merasa kesulitan lagi untuk bermain, lelaki yg entah siapa itu dengan sigap memegang kedua tangan prilly dan membantunya berdiri seimbang. ali sangat geram, harusnya ali yg ada disana, bukan lelaki yg entah itu siapa.

Ali yg merasa panas lalu sibuk menari nari sendirian di dekat prilly, sesekali ia akan bertingkah konyol untuk meluapkan kekesalannya. tak perduli orang lain akan menilainya seperti apa, tapi jujur ali sangat kesal.

Ia masih sibuk menari sambil mengelilingi prilly dan lelaki didepannya, sesekali ali akan berpura pura menyenggol prilly agar gadis itu goyah, tapi sialnya lelaki didepan prilly justru semakin melancarkan modusnya dan memegang pinggang prilly agar ia tak jatuh.

Ali menyesal melakukan hal bodoh itu.

Ali kemudian berjalan sedikit menjauh dari mereka, ia hanya menari nari kecil di sudut lapangan namun pandangannya tak pernah lepas dari kedua orang itu. ali memegang dada nya, tak berdarah tapi sakit. ali tersenyum getir.

Pandangan ali terbelak saat prilly terjatuh, badannya tersungkur dan prilly memegangi lengannya yg menghantam lapangan es. tanpa komando ali melesat mendekati gadisnya dan melupakan sejenak lelaki yg bersama prilly itu.

"kamu gak papa?" ali berjongkok dan membantu prilly agar terduduk

"sakit" lirih prilly, lengannya nya cukup sakit sekarang

Ali dengan sigap menggendong prilly dan membawanya keluar lapangan ice skating.

Ali lalu merebahkan prilly di kursi panjang yg disediakan di arena ice skating ini, ia meraba bahu prilly

"mana yg sakit?"

"ini" prilly menunjukan bagian yg sakit

"kita pulang ya, kayaknya memar"

"gue mau balik sama dava aja"

Ali menghela nafasnya pelan "tapi mana dia? dia justru pergi, bukan nolongin kamu"

"gue tetep mau pulang sama dava"

"prilly?" suara itu membuat keduanya menoleh kebelakang tubuh ali

"dav" panggil prilly

"maaf, kamu gak papa?"

"nggak, cuma memar aja"

Ali bangkit dari duduknya, bergeser dan membiarkan dava mengambil alih tempat duduk ali. ali hanya tersenyum getir ditempatnya berdiri

"yaudah aku anter pulang ya"

Prilly mengangguk, dava meraih bahu prilly dan membantunya bangkit. ali mundur beberapa langkah dan memberi ruang pada kedua orang itu agar bisa berdiri kemudian berlalu dari hadapan ali.

Rasanya sangat sakit.

Ali mengikuti langkah prilly dan dava kembali kerumah.

Ali menghentikan langkahnya, cukup jauh dari arah rumah prilly agar ia tak harus melihat pelukan atau bahkan kecupan perpisahan dari kedua orang yg sedang berjalan saling rangkul itu.

Setelah beberapa menit menunggu, ali melanjutkan perjalannya kembali kerumah, tanpa sadar ia ternyata berpapasan dengan lelaki yg disebut dava oleh prilly. ali membalik tubuhnya, ternyata dava juga membalik tubuhnya. kedua orang itu saling tatap

"gue dava, lo temennya prilly?"

Ali tersenyum miris "cuma sebagian dari masa lalu dia"

"sorry, gue gak bermaksud"

"gak papa. gue cuma nitip prilly, tolong jaga dia baik baik, jangan nyakitin dia kaya gue" ali melirih diakhir kalimatnya, seperti membisikkan kata kata itu pada dirinya sendiri

Dava tersenyum simpul "pasti, gue pasti jaga dia"

"thanks bro, lo pantes buat dia"

Dava menganguk pelan lalu ali membalik tubuhnya dan meinggalkan dava.

Dava, lelaki itu hanya bisa tertawa kecil melihat ekspresi ali. dava yakin ali sangat mencintai prilly, ali yg lebih pantas untuknya.

Cinta Sendiri - 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang