Chapter 9. Angin membawa cemburu

3.7K 328 2
                                    


Mama Winda membutuhkan waktu selama tiga minggu di rumah sakit sebelum dokter mengijinkan dia pulang. Selama di rumah sakit Nora dan Jason selalu menemaninya. Nora terpaksa banyak menunda latihan menarinya demi mama Winda.

"Udah nggak apa-apa yang penting mama Jason cepat pulih." Belinda meyakinkan Nora yang kuatir tentang kegiatan menarinya.

"Soal Gino dan yang lain kami akan menjelaskannya." Tania merangkul Nora dan bertiga mereka menuju gerbang sekolah. Setiap hari Nora dan Jason selalu pulang bersama, Jason akan menurunkan dan menunggu Nora di tempat yang agak jauh dari sekolah agar tidak ada yang melihat.

"Nggak tahan dengan gossip." Itu jawaban Nora ketika Belinda bertanya heran.

Sore ini mama Winda akan meninggalkan rumah sakit, selesai mengurus semua administrasinya Jason dan Nora mengantarnya ke rumah.

"Mama akan kembali ke Amerika Jason, disana ada dokter kenalan mama yang bisa memberikan pengobatan terbaik." Jason hanya mengangguk dari tempatnya mengemudikan mobil. Nora dan mama Winda duduk dibelakang.

"Tapi tidak dalam waktu dekat ini kan tante?"

"Tidak sayang, mungkin satu bulan lagi tunggu kondisi tante agak membaik." Mama Winda tersenyum menjawab pertanyaan Nora.

Setelah di perawatan di rumah lebih banyak Jason yang menemani, Karena Nora harus membagi waktunya untuk latihan menari. Siang ini selesai latihan Nora ingin menengok mamanya di butik, sudah lama sekali dia tidak pergi ke butik. Jason menawarkan untuk mengantar tapi di tolak.

"Kau pergilah ketempat mamamu, aku bisa sendiri." Jason tersenyum mengiyakan.

Jalanan besar menuju tempat mamanya agak lengang, mungkin karena semua orang sedang sibuk di dalam gedung atau rumah. Atau juga enggan keluar karena panas yang menyengat, Nora memegang payung biru untuk menaunginya. Di ujung jalan dari arah taman dia mendengar teriakan anak perempuan yang sepertinya dia kenal. Mengabaikan panas yang menyengat Nora melipat payungnya dan berjalan perlahan menuju sumber suara.

"Udah gua bilang, gua akan bayar itu uang tapi elu berdua jangan sentuh adik gue." Anak perempuan itu berteriak dan mendapat tamparan di pipinya.

"Eih jablay, elu jangan sok jago. Gue tahu elu bisa kendo trus kenapa? Elu pikir bisa ngalahin kami bertiga?" Anak laki-laki dengan badan tinggi besar mengancam dengan suaranya.

"Ha..ha..ha, hajar saja Reno!" dua temannya yang lain tertawa menyemangati.

"Gua udah ngomong dari awal, sekali elu berhutang ama kita jangan harap bisa lepas gitu aja." Anak perempuan itu berdiri, mengibaskan seragam sekolahnya.

"Gue tahu dan gue nggak ada maksud buat kabur cuma kasih waktu dan jangan sentuh adik gue."

"Elu pikir gue peduli, nih rasain bogem dari gue!" salah seorang dari mereka yang memakai topi berusaha untuk memukul anak perempuan itu ketika tiba-tiba suara cekrek-cekrek terdengar. Serempak mereka menoleh kearah suara kamera dan berdiri disana Nora dengan senyum manis.

"Hai, sorry ganggu kalian tapi aku ingetin ya aku udah rekam apa yang kalian lakukan tadi. Dan aku udah kirim ke kakakku. Satu kali telepon itu akan terkirim ke kantor polisi."

Mereka berpandangan tak percaya." Wah, ada kelinci manis meyodorkan diri ternyata." Mereka bertiga tertawa keras dan menganggap gertakan Nora tak ada artinya. Anak perempuan yang mereka pukul tak lain adalah Rasmi membelalakan mata tak percaya dengan siapa menolongnya. Sebelum dia membuka mulut untuk bertanya handphone Nora berbunyi.

FORBBIDEN WISH ( tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang