Kalila 2

2.9K 220 8
                                    


Tiba didepan gerbang apartement mewah, Kalila terdiam kaget. Ini adalah apartementnya dan dia tidak tahu kalau Toni mengantarkannya ke rumah. Toni mengarahkan motornya menuju parkiran. Menyimpan helmnya dan helm Kalila dengan rapi. Tangannya menengadah pada Kalila membuatnya tidak mengerti.

"Apa?"

"Entry Card."

"Oh." Kalila mengaduk tasnya dan menyerahkan kartu akses masuk apartement pada Toni. Tanpa banyak Tanya mengikuti Toni masuk kedalam lobby apartement, menggesek kartu akses dan masuk kedalam lift.

"Lantai berapa?"

"Sepuluh." Kalila menjawab pelan. Lift mulai bergerak keatas, mereka berdua terus terdiam. Kalila menundukkan kepalanya, lehernya sepeti tersumbat emosi tak mampu bicara. Lift terbuka, mereka berdua melangkah keluar. Kalila memandu didepan melewati lorong dan berhenti di pintu B10.

"Aku udah sampai, kamu boleh pulang."

"Kunci."

"Apa?"

"Aku bilang kunci." Toni bersikukuh. Tangan menengadah meminta kunci. Kalila merasa gemas dan menyerahkan kunci pada Toni. Dia hanya mengawasi ketika Toni membuka pintu.

"Sudah, aku udah didalam dengan selamat. Bisa kamu pulang sekarang?" Kalila berkata sambil berkacak pinggang.

"Ya, nanti setelah aku pastikan kamu tidak bunuh diri." Toni berkata enteng, menjelajahi ruang tamu Kalila yang terdiri atas sofa empuk yang nyaman berwarna pink lembut dengan bantal-bantal kecil berwarna senada. Nuansa yang manis namun dingin.

"Apa? Aku bunuh diri?" Kalila serasa tidak percaya.

"Iya, dilihat dari caramu menangis." Toni menyahut dan mendudukkan tubuhnya di sofa dengan enteng. Kalila geram melihat sikap Toni yang santai. Tangannya meraih bantal dan melemparkannya kearah Toni.

"Wei!" Toni berteriak ketika bantal mengenai mukanya.

"Kamu pikir aku perempuan lemah, hal begini bisa bikin aku bunuh diri?" Kalila mejerit histeris dan mulai melempar bantal kedua kerah Toni.

"Aku hanya menduga." Toni bergerak gesit kali ini, bantal hanya mengenai lengannya.

"Ini hanya masalah kecil buatku, ketika papa ketahuan berselingkuh dengan tanteku sendiri. Ketika mama mulai berselingkuh dengan rekan kerjanya. Ketika mereka berdua tidak ada yang ingin membawa aku kedalam hidup mereka. Aku bisa! Aku tegar!" Kalila setengah berteriak, setengah menangis. Terus berusaha melemparkan bantal kearah Toni yang sekarang bergerak gesit keseluruh ruangan menghindari lemparan bantal.

"Wanita itu tidak tahu apa-apa ketika suaminya mendatangiku, dia memang ingin tidur denganku tapi aku menolaknya. Tahu kenapa? Karena dia teman baik papaku, dari dulu saat aku SMA dia berusaha menjamahku. Dan apakah papaku tahu?" Kalila mulai berhenti berteriak matanya nanar.

"Papaku tahu, tapi mendiamkannya dan berkata aku terlalu paranoid. Itulah mengapa aku membencinya. Dia lebih percaya orang lain daripada anaknya." Toni tertegun memandang Kalila yang termangu sambil menangis ditengah ruangan.

"Pernah suatu malam dia nyaris menyentuhku, kalau bukan karena Jason yang kebetulan datang kerumah saat aku sendiri. Entah apa yang terjadi, itulah kenapa aku sangat mencintai Jason. Karena dia selalu ada saat aku membutuhkannya, sahabat, kakak terbaik."

"Ketika Jason mengadu pada papaku, dia hanya tertawa. Dan bilang itu salah paham karena Prabareja seorang busnismen sukses buat apa mengincar anak SMA sedangkan dia bisa mendapatkan wanita manapun yang dia mau." Suara Kalila mulai pelan, meredup. Entah kenapa dia ingin sekali mengeluarkan ganjalan hatinya kepada Toni. Hal yang sangat tidak dia mengerti. Toni membiarkannya terus bicara, hanya berdiri disana memandangnya dan mendengar curahan hatinya. Matanya menatap aneh kearah Kalila.

"Ketika orang tuaku bercerai aku pernah nyaris bunuh diri, bukan karena aku tidak ingin mereka bercerai karena ada rencana papa mau memasukkan aku kesekolah asrama milik Prabareja. Aku seperti dipaksa masuk kekandang singa. Untunglah Jason, Andre dan teman-temanku yang lain menyelamatkanku. Mereka mendukungku sampai akhirnya aku bisa ikut nenekku tanpa takut Prabareja menyentuhku." Kalila terduduk dilantai, nyaris menggelosor. Kedua tangannya mendekap kepalanya, suaranya serak dan parau karena menangis.

"Ketika aku sukses sebagai model dan Prabareja mencariku, aku berpura-pura menginginkannya hanya untuk balas dendam karena telah membuat hari-hariku ketakutan dulu. Aku biarkan dia merayuku dengan hadiah mahal, perhatian gombal yang membuatku muntah. Barang-barang pemberiannya selalu aku terima dan aku sumbangkan ketempat yang lebih membutuhkan. Tujuanku hanya satu, menghancurkan dia."

"Aku berhasil, istrinya tahu hubungan kami. Tapi entah kenapa aku merasa kotor dan berdosa. Pembalasan yang selama ini aku impikan sama sekali tidak menyenangkan. Wanita itu tidak mengerti betapa bejad suaminya dan aku menghancurkan hatinya." Kalila mulai menangis tersedu-sedu ditengah ruang tamunya, dengan riasan berantakan. Wajahnya bengkak karena menangis. Dan Kalila sang model terkenal duduk menangis, merana di lantai ruang tamunya.

"Sudah, aku sudah paham. Jangan menangis lagi." Toni akhirnya bersuara, dalam hitungan langkah menuju Kalila dan memeluknya. Kalila menyandar pada bahu Toni, terus menangis sampai akhirnya kelelahan dan tertidur. Toni mengangkat tubuh Kalila dan membawanya menuju kamar tidur. Membaringkan Kalila diatas kasur dan menyelimutinya. Mencari tombol AC menyalakan, menyetel suhu yan sejuk. Setelahnya mencari handuk kecil di kamar mandi, direndam air panas dan mengompres wajah Kalila yang bengkak dengan hnaduk hangat.

Kalila bergerak pelan dalam tidurnya, bibirnya bengkak, pipinya merah. Toni merasa hatinya tersentuh. Setelah mengamati keadaan kamar yang dirasa cukup nyaman dia keluar, menutup pintu kamar dibelakangnya dan menuju dapur. Di sana dia membuka kulkas mencari sesuatu untuk dimasak. Menemukan daging ayam di frezer yang masih segar. Sementara tangannya bekerja didapur memasak sesuatu, dia meraih handphone. Memcari nomor yang diinginkannya dan memencetnya.

"Hallo? Jason?"

"Iya, Toni ada apa?"

"Aku inginbicara penting soal Kalila. Bisa ketemumalam ini?" Terdengar sahutan Jason di ujung telepon. Toni menerangkan kejadianyang dialami Kalila malam ini. Terdengar sumpah serapah Jason. Setelah membuatkesepakatan Toni dan menutup handphonenya. Melanjutkan memasak sop ayam, setelahnyadia menunggu di ruang tamu, menyalakn tv dan duduk disana menungguɴ�ξH"

FORBBIDEN WISH ( tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang