17

1.3K 75 2
                                    

Rayhan's POV

Setelah tidur-tiduran, Tichania masih saja ingin melihat sunset padahal gue sudah nyaman disini, berdua dengannya didalam kamar. Meski begitu gue bukan lelaki brengsek yang jika melihat seorang gadis di kamarnya langsung melakukan tindakan ber-unsur 21++. Gue gak akan melakukan hal gila semacam itu, walau gue akui terkadang gue tergoda dengannya tapi untunglah gue masih bisa menahannya. Dan perlu kalian ketahui, gue ini lelaki normal!

Gue pun mengajak Icha berkeliling pulau ini. Akhirnya tibalah kami di sebuah pantai yang berada di pulau ini.

"Wah pantainya indah banget Kak," ucap Tichania senang.

"Iya indah, tapi kalau menurut penilaian dari mataku memandang, kamu jauh lebih indah dari pantai ini ," gombal gue kepadanya, dia tersipu malu.

"Receh," balasnya mengejek gue.

"Receh tapi pipinya merah hmm," goda gue sambil mencolek pipinya.

Dia memegangi pipinya, "Apasih Kak, rese banget."

"Udah di bilang jangan panggil Kakak, bandel banget sih di bilang-in," kata gue.

"Menghormati yang lebih tua," ucapnya.

"Mulai hari ini panggil aku sayang!" suruh gue.

"Yaudah iya," jawabnya.

"Panggil sayang!"

"Iya," katanya. "Iya apa?" tanyaku kepada Tichania.

"Iya sayang," lanjut nya.

"Nah gitu kan enak didenger." Gue tersenyum penuh kemenangan.

Author's POV

Hari sudah beranjak petang, matahari pun mulai menenggelamkan sinarnya.

Dua pasang insan manusia masih setia berada di bawah senja yang ikut menyaksikan kisah cinta mereka berdua.

Hingga akhirnya malam pun tiba.

"Terkadang aku kesal dengan adanya malam," ucap Tichania tiba-tiba. "Kenapa?" tanya Ray heran.

"Malam menenggelamkan senja begitu saja," jawab Tichania. "Aku membenci malam," lanjutnya.

"Kok benci? Karena malam memakan senja?" tanya Ray kepada Tichania.

"Bukan," jawab Tichania singkat.

"Terus?"

"Malam itu gelap dan malam itu penuh dengan kesunyian, aku benci dengan kesendirian."

"Malam memang sunyi, tapi kamu nggak akan sendirian dalam kegelapan malam," ucap Ray.

"Aku tahu, karena malam melihatkan bintang-bintangnya yang berkelap-kelip di sepanjang langit," balas Tichania. "Tapi bintang itu jauh, aku tak akan bisa meraihnya untuk bisa berada didekatku," lanjutnya.

"Dia tidak menemanimu, tapi dia akan mengawasimu dari kejauhan," kata Ray.

'Semoga sampai saat ini, kamu masih mengawasiku dengan menjadi bintang yang paling terang untuk menemani malam-malamku,' ucap Tichania dalam hati.

My Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang