18

1.3K 74 3
                                    

Perayaan hari ketiga..

"Sebelum pulang, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat dulu," ucap Ray kepada Tichania.

"Tapi-"

"Hanya sebentar Cha, kamu mau mengecewakanku dengan penolakanmu itu?"

Tichania menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bermaksud membuat kamu kecewa, tapi ini udah nggak ada waktu lagi! Aku takut kalau terlalu lama cuaca nggak mendukung dan aku nggak bisa mengunjungi makam Revon! Aku merindukannya, please ngertiin aku," ujar Tichania terhadap Ray.

"Kamu berniat menghancurkan rencanaku dengan menolak ajakanku?" tanya Ray menatap lurus ke arah mata Tichania.

"Nggak gitu Kak!"

"Sekarang terserah kamu, kalau mau pulang ya udah silahkan pulang sana! Pulang sendiri! Aku banyak urusan disini," kata Ray kepada Tichania. Ia kecewa dengan penolakan Tichania.

"Kok gitu sih? Aku kesini sama kamu! Jadi aku pulang juga harus sama kamu! Kamu yang nyuruh aku ikut kamu kesini tapi kamu nggak mau mengantarkanku pulang, egois!"

"Terserah mau bilang apa tentangku, sekarang kamu sudah bukan urusanku!" ucap Ray dan menatap Tichania tajam.

"Maksudnya?" Tichania heran kenapa terkadang Ray baik dan kemudian tiba-tiba mendadak dingin dan kasar dan itu membuatnya sedikit merasa sakit hati atas ucapan Ray. Tichania berharap Ray akan meminta maaf padanya dan bilang kalau dia hanyalah salah bicara. Tapi tidak! Harapan Icha musnah begitu saja, Ray hanyalah diam acuh tak acuh dengan ucapan Tichania.

"Sikapmu membuatku bingung Kak, terkadang kamu baik tapi di detik kemudian kamu berubah," lanjut Tichania sambil memandang Ray dengan mata sendunya.

"Perasaan lo aja kali!" jawab Ray cuek.

"Sekarang aku takut, aku takut jika perasaanmu terhadapku itu palsu Kak," lirih Tichania.

Ray hanya melihat Tichania dengan tatapan tajamnya tanpa membalas perkataan Tichania. Kemudian Ray melangkah pergi.

Tichania mencegah kepergian Ray dari hadapannya. "Aku tahu Kakak mungkin hanya kasihan sama aku yang terus-terusan ngejar Kakak, Tapi tolong Kak! Jangan pernah mempermainkanku menggunakan perasaan!" seru Tichania dengan mata yang mulai memerah menahan air matanya agar tak keluar.

"Gue gak pernah main-main tentang perasaan!" jawab Ray yang terkesan dingin.

"Yaudahlah Kak, aku gamau bikin keributan disini dan memperpanjang masalah sepeleh ini," ucap Tichania.

"Kamu yang membuatnya rumit."

"Kamu egois Kak! Ga pernah mau salah!"

"Kamu yang memperpanjang permasalahan ini," kata Ray. "Aku sudah tak mempermasalahkan penolakanmu dengan mengizinkanmu pulang sendiri tanpa aku, apa itu egois? Kalau aku egois terus kamu apa?" lanjutnya.

"Jangan bermain-main denganku Kak! Kelak aku yang akan mempermainkanmu, jangan salahkan aku," ucap Tichania tegas.

"Kamu tahu apa tujuan ku mengajakmu ke villa ini?" tanya Ray kepada Tichania. "Bukan hanya untuk perayaan kita Cha, aku hanya ingin membuatmu merasa special ketika bersamaku tapi kamu sudah menolaknya dan apa kamu tahu bagaimana perasaanku?" tanya nya lanjut.

"Sekarang aku yang ragu, apakah kamu masih mencintaiku atau hanya aku yang merasa dicintai olehmu," ucap Ray kepada Tichania.

Tichania yang mendengarkan panjang lebar penjelasan dari Ray pun sedikit merasa bersalah.

"Cinta nggak sebercanda itu Cha! Kalau kamu menganggap cintaku hanyalah sebuah permainan, itu terserah kamu."

"Maaf Kak, bukan maksudku berbicara seperti itu, aku hanya kecewa dengan sikap Kakak."

My Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang