DIMH' 19

14 3 0
                                    

"Ca? Bus yang satu lagi udah nyampek, belum?" Sarah bertanya di tengah kesibukannya menggeret koper Bianca yang luar biasa berat.

"Belum," Bianca duduk di bawah pohon.

Tadi sewaktu mereka tiba di Anyer, Bianca mengeluh karena tidak enak badan. Jadilah Sarah yang dibudakin untuk menggeret-geret koper itu.

"Lo bawa apa aja, sih? Mau pindahan lo ya?" Celoteh Sarah saat dirinya baru saja selesai memindahkan koper Bianca.

"Sepatu dua. Beko dua. Baju sepuluh. Celana sepuluh juga." Bianca menjawab dengan santai.

"Astaga, pantes aja beratnya kayak orang mau pindahan," sergah Sarah lalu ikut duduk di sebelah Bianca.

"Tuh, tuh bus mereka," Bianca berkata histeris.

"Lebay, lo. Gue pikir apaan," Sarah memutar bola matanya ke arah sebaliknya.

"Salah aja gue terus," gumam Bianca.

"Mungkin pas tukang bubur naik haji lo benarnya," cerca Sarah.

Bianca menoleh ke arah Sarah. "Udah naik haji, lho."

"Lah? Iya ya?"

"Udah, ogeb. Makanya nonton," tandas Bianca.

"Gak pernah nonton gue, sibuk belajar buat UN," ujar Sarah mengelak.

"Halah, nenek lo kayang. Mana pernah lo belajar," Bianca mencela sahabatnya itu.

"Hahaha," Sarah terkekeh, "lo juga sama kayak gue," sambungnya.

"Setidaknya gue–" Bianca menggantung ucapannya, "hmm, setidaknya gue masih pernah ngerjain pr di rumah."

"Gaya lo,"

D I M H

"OKE, KALIAN TINGGAL DIRIIN TENDA BUAT KALIAN MASING-MASING, TENDANYA UDAH ADA SAMA PANITIA." Angga selaku ketua panitia berkata melalui toa dengan lantang.

Area berkemah mereka tidak di dekat pantainya, melainkan di area perhutanan yang cukup membuat mereka bergidik ngeri apabila berjalan sendirian.

"Sar, serem banget elah," Bianca sedari tadi tak henti-hentinya berceloteh ngeri karena mereka mendapat spot mendirikan tenda di area yang sangat seram.

"Gitu doang takut, cemen lo." Ujar Sarah.

"Si Andien mana lagi? Si Cinta juga?" Bianca mengingat bahwa ia mendapat teman setenda dengan Sarah, Andien, dan Cinta.

"Digondol kuntilanak," perkataan Sarah berhasil membuat Bianca semakin mati ketakutan.

"Lo mah gak lucu," sergahnya.

"Siapa yang ngelawak coba?"

"Nenek,"

"Hah?"

"Nenek," Bianca menunjuk ke belakang Sarah dengan wajah yang ketakutan.

"Jangan bec–"

"HAAAAA," Bianca berteriak ketakutan.

"Lebay, lo." Tandas Sarah yang jengkel mendengar teriakan Bianca.

"Su– sumpah gue liat ada nenek-nenek make baju putih," Bianca mulai menjelaskan seraya melihati sekelilingnya.

"Yaiyalah make baju putih, yakali make baju kebaya," tutur Sarah tidak acuh.

"Ya ampun, Sar, gue serius juga," tambah Bianca.

"Ngibul aja terus lo sampe cowok bisa hamil," Sarah kembali pada kegiatan yang sebelumnya sempat tertunda.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang