DIMH' 13

44 6 1
                                    

"ish, tai banget sumpah. Soal ulangannya susah kali, kayak hubungan gue sama doi." Umpat Andien pada Sarah, dan Bianca. Mereka bertiga sedang berjalan menuju kantin.

"Untung gue sebangku sama Sarah." Balas Bianca sambil menoel dagu Sarah.

Sarah mendecak sebal dan menatap Bianca dengan tatapan garang. "Ck, gue berasa dimanfaatin kalo kayak gini." Umpat Sarah.

Bianca terkekeh ringan. "Ha ha ha, gak pa-pa kali, dapat pahala lo."

Andien ikut terkekeh mendengarnya. "Ha ha ha, lah lo enak ada Sarah. Lah gue, mau nyontek sama siapa? Mindi? Pelit kayak gitu."

"Lo juga ngapain sebangku sama dia. Lo yang bodoh." Hardik Bianca.

Andien mendecak. "Ck, udah deh gak usah bahas yang udah lewat. Doyan banget bahas masa lalu." Umpat Andien.

Bianca terkikik. "Ha ha ha, baperan lo."

Suasana kembali hening. Hanya suara-suara dari sekitar mereka yang menemani. Mereka bertiga berjalan semakin dekat ke kantin sekolah. Surga bagi para murid-murid.

Bianca menarik kursi yang kosong di dekatnya, lalu duduk duluan. Sarah menyusul dan kemudian Andien. Mereka mengambil tempat duduk di tengah kantin.

"Kalian berdua mau pesan apa? Biar gue yang mesanin." Andien membuka obrolan sembari mengoleskan Lip Balm di bibirnya.

Bianca berdeham. "Hmm, bingung gue. Lo mau pesan apa Sar?" Bianca balas bertanya, tapi pada Sarah.

"Gue pesan Batagor ajalah, keknya enak." Ujar Sarah lalu mengeluarkan ponselnya dari saku rok.

"Samain aja deh, males makan sebenarnya." Timpal Bianca. Andien mengangguk sembari memasukkan Lip Balmnya ke dalam saku rok lalu berjalan ke arah antrian yang mulai padat.

"Ish gue kok mager kali ya hari ini. Biasanya itu gue ceria, ngangenin, dan bikin orang-orang bahagia. Tapi kok sekarang enggak ya." Bianca berbicara kepada Sarah yang tidak mendengarnya sedikit pun.

"Cabe, dengerin gue elah." Bianca kembali membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata umpatan.

Sarah menoleh. "Apa, sih?"

Bianca memasang wajah kesal. "Ish, lo mah, gue serius juga tadi." Sarah kembali sibuk dengan dirinya sendiri.

Keheningan kembali melanda mereka sampai Andien datang membawa beberapa porsi pesanan mereka.

"Gila, antriannya panjang banget." Andien mengumpat sembari duduk di kursi.

"Iyalah, bego." Balas Bianca singkat lalu mengambil pesanannya di nampan yang dibawa Andien.

"Arah jam tujuh." Andien berbisik pada Bianca. Bianca menoleh ke arah jam tujuh yang Andien bisikkan.

Deg.

Jantung Bianca seolah berhenti bekerja. Keringatnya bercucuran deras membasahi wajahnya. Tubuhnya gemetar karena pemandangan itu. Pemandangan yang sangat menyakitkan. Lio menyulangi Diandra. Hampir seluruh penghuni di kantin ini melihat itu. Dan semuanya merasa bahagia karena itu. Tapi tidak dengan Bianca. Bianca merasa sakit. Bukan Sakit dalam artian sedang tidak enak badan. Tetapi, sakit dalam artian hatinya hancur terpecah hingga ribuan serpihan.

"Mereka cocok banget, kan?" Tanya Andien.

Bianca mengangguk. "Iya, mereka cocok banget. Lio ganteng. Diandra manis." Jawab Bianca.

"Lo suka kan sama si Lio?" Kali ini, Sarah yang bertanya pada Bianca.

Bianca menggeleng mantap. "Enggak, sejak kapan gue suka sama dia?"

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang