DIMH' 10

69 16 2
                                    

Saat ini, suasana kelas XII IPS 1 tidak jauh berbeda dengan kata kacau. Guru yang mengajar kebetulan tidak dapat hadir.

Murid laki-laki pada berkumpul di sudut kelas, membahas hal-hal yang berbau menjijikkan. Sedangkan murid perempuan berkumpul di depan kelas, menonton drama korea.

"Ih, ya ampun, gemesin banget deh Song Joong Ki." Andien berteriak histeris, membuat para murid laki-laki mengumpat kesal kepadanya.

Andien menatap ke kubu murid laki-laki, lalu mendecak. "CK. Ingat ya, selama masih gantengan Song Joong Ki, kalian gak boleh marahin gue, karena kalian jelek. Ingat, jelek!" ujar Andien lalu memalingkan wajahnya.

"Elah Din, lagian lo juga lebay banget, gimana mereka gak kesal liat lo." gumam Bianca.

"Ish. Tapi kan gue cewek, jadi wajar kalo teriak gitu, kan ngefans." balas Andien.

Bianca mendecak kesal. "MCK, serah lo deh, serah."

"Nih, lo liat aja, gantengkan." Andien menunjukkan ponselnya yang menyala kepada Bianca.

"Biasa aja." jawab Bianca datar.

"Gantengan ini kali," Sarah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu menujukkan foto artis korea kepada Bianca.

"Lah, kok mirip." ujar Bianca kaget.

"Eh bego, beda bodoh. Mata lo katarak ya?" celetuk Sarah.

"Elah. Mirip nenek lo model." tambah Andien.

Bianca nyengir, "mirip sumpah."

"Mati aja lo sana, mati." umpat Sarah.

"Entah ini, bego banget. Masa gak bisa bedain mana yang ganteng, mana yang jelek." gumam Andien.

"Gantengan juga Lio." balas Bianca. Entah kenapa perkataan itu meluncur begitu saja tanpa disadarinya. Jantungnya berhenti berdetak. Ia merasa malu karena sudah mengatakan hal sebodoh itu.

Sarah dan Andien tertawa terbahak-bahak.

"LIO, KATA BIANCA L–...." belum sempat Andien menyelesaikan kalimatnya, Bianca sudah lebih dulu menutup mulut Andien, agar Andien tidak bersuara.

"Ih lo mah, gue becanda aja pun." umpat Bianca.

"Becanda? Serius lo juga." balas Sarah

"Ya udah deh, kesal gue liat kalian." Bianca beranjak dari tempatnya duduk, lalu melangkahkan kakinya ke luar kelas.

Ia berdiri di depan pintu kelas, melihat ke kanan dan ke kiri, lalu kembali terdiam. Ia bingung ingin melakukan apa. Tak biasanya ia merasa bosan saat jam pelajaran kosong.

Bianca mendengar suara langkah kaki yang berjalan ke arahnya, lalu ia menolehkan wajahnya ke kiri. Diandra sedang berjalan ke arahnya. Tidak, Diandra tidak ingin menemui Bianca. Tapi, Diandra ingin menemui Lio.

"Eh Bianca, tolong panggilin Lio lah, gue ada perlu." ujar Diandra saat tiba di depan ruang kelas XII IPS 1.

"Bentar." balas Bianca datar. Lalu masuk ke dalam kelas dan memanggil Lio atas perintah Diandra.

Lio melangkahkan kakinya ke arah Diandra. Ia melewati Bianca yang berdiri di depan pintu dengan amat sangat dingin.

"Lio, gue pulang sama lo ya, papa gue gak bisa jemput." ujar Diandra saat Lio berdiri di depannya.

Lio menggangguk. "Oke, nanti gue ke kelas lo pas pulang."

Diandra tersenyum, lalu pergi meninggalkan kelas XII IPS 1.

Lio berjalan masuk ke dalam kelas, ia menyapa Bianca. "Hai, Bi."

Jantung Bianca berdegup tidak karuan, seolah-olah jantungnya akan meloncat ke luar. Nafasnya tertahan. Pipinya memerah. Dan telinganya panas. Bianca sangat senang karena Lio menyapanya. Sangat teramat senang.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang