DIMH' 06

58 14 0
                                    

Mereka masih terdiam mematung. Bingung ingin berbicara apa, seakan-akan mulut mereka terkunci rapat-rapat.

Lio berdehem, "Bi, ki-..."

Perkataan Lio terpotong oleh suara gerbang yang dibuka, menampilkan sosok Pak Agung, guru yang terkenal dengan kegarangannya.

"BUAT BARISAN, COWOK DAN CEWEK DIPISAH." perintah Pak Agung. Semua murid-murid yang terlambat langsung mengikuti perintah Pak Agung, membuat barisan.

"Kenapa kalian terlambat?" tanya Pak Agung, tidak seperti pertanyaan, lebih tepatnya seperti makian.

Semua murid yang terlambat tidak berani menjawab pertanyaan itu. Karena, motto sekolah ini adalah, guru selalu benar dan murid tidak pernah benar. Jadi, jika mereka menjawab pertanyaan itu dengan kejujuran sekalipun, pasti mereka tetap salah, dan ujung-ujungnya mereka akan mendapat hukuman juga.

"Kenapa kalian diam? Kalo ditanya orang itu dijawab, bukan didiamin." lagi-lagi Pak Agung memaki semua murid yang terlambat, karena tak satupun dari mereka yang menjawab pertanyaannya.

"Baiklah, berhubungan kalian menjadi bisu mendadak, saya akan memberikan kalian hukuman, hukuman yang sangat-" Pak Agung memasang senyuman mengerikannya, "seru." tambahnya.

Semua murid yang terlambat menjadi kasak-krusuk karena perkataan Pak Agung tadi.

"Lari keliling lapangan, dua puluh kali aja, gak usah banyak-banyak, nanti kalian lelah." perintah Pak Agung, sambil memasang senyuman penuh kemenangannya.

Semua murid yang terlambat mendadak langsung mengeluh dan mengumpat kesal atas hukuman yang diberikan Pak Agung.

Bianca berlari di depan Lio. Lio menatap punggung indah Bianca yang berlari kecil didepannya, rambutnya yang dikucir kuda melambai-lambai indah di udara. Lio semakin menatapnya, menatapnya dengan penuh kekaguman, kagum karena Bianca memiliki kecantikan yang luar biasa.

Mereka sudah delapan belas kali berlari mengelilingi lapangan, sebagian dari mereka ada yang berhenti karena kelelahan. Pak Agung melihati mereka, sesekali ia tersenyum karena melihati anak muridnya yang sedang menjalankan perintahnya.

Bianca berlari kecil di depan Lio, ia tidak kelelahan, karena ia hanya berlari kecil, tapi saat Pak Agung melihatnya, ia pura-pura berlari kencang, agar tidak dimarahi.

Bianca menoleh ke belakangnya, ingin mengatakan sesuatu, tapi kakinya sudah lebih dulu menyandung batu. Tubuhnya oleng, dan terhuyung. Bianca menutup matanya, ia pasrah jika harus mendarat di tanah. Tapi sebelum dirinya menyentuh tanah, tangan Lio sudah lebih dulu menangkap tubuh Bianca.

Bianca membuka matanya. Ia heran karena tidak merasa sakit sedikitpun. Ia terkejut setengah mati karena Lio menatapnya saat ia membuka mata. Bibir Bianca mendadak menjadi kelu, begitupun Lio.

"Kaya adegan drama korea, sumpah." celetuk Ami, salah satu murid yang dihukum karena terlambat.

Bianca dan Lio tersadar, lalu membenarkan posisi mereka. "E-eh sorry, gue lancang." gumam Lio meminta maaf.

Bianca menggeleng, "gak pa-pa kok, malah gue yang seharusnya bilang thanks, karna kalo lo gak megang badan gue, gue pasti jatuh." balasnya

"Udah sadar cin? Kalian jadi pusat perhatian, sumpah. Naik reputasi kalian." celetuk Ami lagi. Bianca dan Lio langsung melihati sekeliling mereka. Ternyata benar, banyak murid-murid yang melihati adegan tadi.

Pipi Bianca memerah, lalu telinganya panas. Ia memutuskan untuk pergi ke kelasnya, Lio mengikutinya dari belakang.

Mereka melangkahkan kakinya memasuki kelas, "CIE-CIE-CIE, ADA PEMAIN DRAMA KOREA NIH, YANG GAK LIHAT TEMPAT UNTUK MELAKUKAN ADEGAN ROMANTIS. CIE CIE" teriak hampir seluruh murid yang berada di kelas mereka, mereka diam mematung mendengar teriakan itu, dan teriakan itu jugalah yang membuat telinga Bianca panas dan pipinya memerah.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang