DIMH' 11

56 12 0
                                    

"Bianca!"

Suara Lio menggelegar di pikiran Bianca, jantungnya berdetak tidak beraturan, keringat membasahi wajahnya, telinganya panas.

Ia merasa sangat senang saat ini, karena Lio baru saja memanggil namanya.

Bianca berbalik, menoleh ke arah Lio. "Ia, ada apa?" tanyanya dengan penuh kehati-hatian agar Lio tidak mengetahui kalau sebenarnya jantungnya sedang berdetak tidak karuan.

"Hmmm, gue mau ngomong hmm–mm tapi gak di sini." balas Lio to the point.

"Tapi lo nanti mau pulang bareng Diandra?" BODOH! Kenapa gue ngomong gitu coba. Umpat Bianca dalam hati.

"Lo nguping ya tadi, Ha Ha Ha." celetuk Lio sambil tertawa dan berhasil membuat pipi Bianca memerah.

"Ish, siapa yang nguping, Diandra tuh ngomongnya kencang banget." balas Bianca.

"Kok pipi lo merah cuma gara-gara itu?" tanya Lio.

"Oh, pipi gue memang gini, kena panas aja langsung merah." ujarnya kikuk.

"Oh, gitu toh–" Lio memompa paru-parunya agar bisa bernafas dengan normal. "Nanti gue tunggu ya di belakang gedung sekolah."

Bianca tertegun, "i-ia. Nanti gue ke sana."

Lio mengangguk. Bianca membalikkan tubuhnya ke posisi semula.

D I M H

Bianca duduk di rumput dan menyilangkan kakinya.

Sejak bel pulang sekolah berbunyi, Bianca langsung ke belakang gedung sekolah, sesuai dengan perintah Lio.

Ia duduk menunggu Lio yang sedari tadi belum menampakkan batang hidungnya.

"Gue pikir lo belum datang, ternyata lo datang duluan." ujar Lio tiba-tiba dan membuat Bianca menoleh.

Bianca tersenyum kaku. "Ia, tadi gue langsung kesini."

Jantung Bianca berdegup kencang, paru-parunya bekerja lebih cepat dari biasanya. Ia bingung kenapa Lio menginstruksikan agar ia datang ke tempat ini. Tapi yang jelas, Lio pasti akan membicarakan hal yang sangat penting.

Bianca terus menerka-nerka untuk apa Lio menyuruhnya ke sini. Ia berpikiran kalau Lio akan menyatakan perasaan cintanya kepada Bianca. Dan terkaannya itu berhasil membuat ia tersenyum sendiri seperti orang gila.

Lio duduk di sebelah Bianca. "Hmm, gimana ya—..." Lio memijit pelan pelipisnya. "Gue mau minta maaf sama lo, karena belakangan ini gue menjauh dari lo tanpa alasan."

Bianca terdiam membeku di tempatnya, begitupun Lio.

"Emang lo men–jauh dari gue, ya?" Bianca bertanya, seolah ia tidak tahu-menahu tentang hal ini.

Lio menatap Bianca. "Lo gak ngerasa kalo gue ngejauhin lo?" Lio balik bertanya.

Bianca tertegun. "Gak." jawabnya singkat.

"Ya udah deh, gue cuma mau bilang itu aja."

Bianca mengangguk. "Oke deh, Boby juga udah nunggu gue. Gue duluan ya."

"Oke, hati-hati ya." balas Lio. Bianca mengangguk, lalu pergi meninggalkan tempat itu

Lio menatap punggung gadis itu yang semakin lama semakin menjauh. Ia sudah menyadari satu hal, ia mencintai gadis itu. Tapi, tidak mungkin ia mencintai gadis yang sudah dimiliki oleh laki-laki lain. Ia bodoh, kenapa ia bisa mencintai gadis itu? Padahal, mereka belum lama saling kenal. Dan bodohnya lagi, kenapa ia menjauh dari Bianca saat Boby meresmikan kembali hubungannya dengan gadis itu.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang