DIMH' 33

14 1 0
                                    

Tepat saat jarum panjang jam menunjukkan angka lima belas, bel masuk berbunyi nyaring. Sarah melangkah ke arah bangkunya. Ia duduk lalu menoleh ke bangku yang belum terisi di sampingnya- bangku Bianca. Sarah menyempatkan diri untuk mengirim pesan kepada Bianca bahwa sekarang sudah masuk.

Semalam Bianca memutuskan untuk kembali ke rumahnya, agar tidak merepotkan Sarah terus-menerus. Sarah juga mengizinkannya. Sarah khawatir dengan sahabatnya itu, apa ia baik-baik saja atau tidak. Karena dari semalam juga pesannya tidak dibalas.

Kehadiran Pak Bandot di kelas membuat Sarah terkejut, dan langsung menyimpan kembali handphonenya ke dalam tas, lalu mengeluarkan buku-buku pelajaran pertama.

Waktu istirahat tiba, dan Sarah mengambil hipotesis kalau Bianca tidak hadir karena kelelahan, jadi ia sudah tidak khawatir lagi. Ia berjalan ke kantin sendiri, sebenarnya tadi Andien menawarkan untuk mengajaknya makan bersama, tetapi ia menolak. Entah kenapa hidupnya seperti ada yang kurang, ibarat lauk tanpa garam.

Sarah memilih duduk di tempat yang paling sudut agar tidak menjadi pusat perhatian. Sarah memanggil Mang Kasdim-pedagang baru di kantin yang menjual sate khas Madura. Mang Kasdim datang ke meja Sarah, lalu Sarah menyebutkan pesanannya.

Sarah tak sengaja melihat Lio sedang bergandengan dengan Diandra. Bisa dikatakan mereka sangat bermesraan. Kenapa demikian. Setahu Sarah, Lio dan Bianca baik-baik saja, tidak ada pertengkaran. Tapi kenapa ia melihat Lio sedang bergandengan dengan Diandra?

Tanpa berpikir panjang, Sarah langsung mengabadikan momen itu untuk ditunjukkan pada Bianca, alih-alih tahu apa yang terjadi di antara keduanya. Setelah mengabadikan itu, Sarah langsung memasukkan handphonenya kembali ke dalam saku rok, dan mulai memakan sate yang baru saja diantar Mang Kasdim.

D I M H

"Lio?" Sarah berlari mengejar Lio yang sudah agak jauh di depan.

Lio yang mendengar dirinya dipanggil langsung membalikkan tubuhnya.

"Apa?" Jawab laki-laki itu seraya menyilangkan kedua lengannya di dada.

Sarah sampai di depan Lio, dengan nafas yang menggebu-gebu. Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan.

"Gue mau nanya," ujar Sarah langsung ke intinya.

"Nanya aja." Sarah menyadari kalau nada bicara Lio berbeda dengan hari-hari sebelumnya, jika hari-hari sebelumnya Lio cenderung pecicilan, sekarang dia cenderung acuh.

"Lo kenapa?"

"Nggak apa-apa, ada apa?" Tanya Lio kembali.

"Tadi gue liat lu gandengan sama Diandra, emangnya lu udah putus sama Bianca?" Tanya Sarah berhasil memojokkan Lio.

Lio terdiam dan tak lama menjawab, "iya."

"Astaga, kenapa?" Sarah kembali menebarkan pertanyaan.

"Gue nggak tau alasannya, dan yang pasti itu bukan salah gue." Jawab Lio.

"Lah?" Sarah menatapnya bingung.

"Ya gitu, semalam gue diputusin dia. Padahal seharusnya gue yang marah ke dia karna dia jalan berduaan sama Nicolas, tapi pas gue bilang kayak begitu, dia malah marah-marah dan ngerembet mutusin gue." Terang laki-laki itu, tampak jelas ada perasaan sendu di raut wajahnya.

"Kok bisa? Maksud gue kok dia jadi kayak gitu? Soalnya nih ya, gue itu tau banget kalo dia suka sama lo. Yah menurut gue gak mungkin aja dia mutusin lo." Protes Sarah setelah mendengar perkataan Lio.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang