DIMH' 27

11 3 0
                                    

Sudah lima hari Lio tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Dan selama lima hari itu juga, Bianca selalu menyempatkan waktunya untuk singgah ke Rumah Sakit untuk melihat kondisi Lio.

Hari ini adalah hari ke enam Lio tak sadarkan diri, dan setelah jam sekolah usai, Bianca langsung ke Rumah Sakit untuk melaksanakan rutinitas barunya sejak enam hari yang lalu.

Bel pulang sekolah menyadarkan Bianca dari lamunannya. Ia langsung mengangkat bokongnya dari bangku yang ia duduki, lalu melangkah seribu ke arah parkiran.

Keadaan di luar kelas sangat teramat ramai dipadati oleh siswa-siswi yang berdesak-desakan keluar gerbang, seperti semut-semut yang baru disiram air dan memencar entah ke mana. Dan itu membuat langkah Bianca terhambat.

Akhirnya setelah dengan susah payah ia melewati orang-orang itu, ia sampai di samping mobilnya. Ia langsung masuk, dan menyalakan mobilnya. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung melaju menuju destinasi yang sama sejak enam hari yang lalu; Rumah Sakit.

D I M H

Bianca berlari di koridor rumah sakit yang panjang ini. Akhirnya langkahnya terhenti di depan ruangan rawat inap Anggrek VIP 098. Tangannya langsung meraih kenop pintu, lalu mendorongnya.

Bianca melangkah masuk setelah menutup kembali pintu. Matanya langsung terfokus pada laki-laki yang sedang tak sadarkan diri sejak enam hari lalu termasuk hari ini. Ia melangkah ke sebelah ranjang di mana Lio berbaring, dan telapak tangannya langsung mendarat di wajah Lio.

Laki-laki ini memang sangat tampan kapan saja, termasuk saat ini. Padahal saat ini wajahnya penuh dengan luka yang sudah ditutupi perban. Tapi ia tetap kelihatan tampan. Dan menurut Bianca, Lio memang nyaris sempurna dalam segi fisik.

Bianca mengelus-elus pipi Lio, lalu berpindah ke telapak tangan laki-laki itu. Tapi saat telapak tangannya menyentuh telapak tangan Lio, jari-jari tangan Lio bergerak pelan dan itu sangat teramat mengagetkan Bianca.

"G- gue di man- na?" Lio bertanya dengan terputus-putus seraya membuka matanya dengan susah payah.

"Bentar, bentar gue panggilin dokter." Bianca langsung menuju tombol darurat di dekat dinding untuk memanggil dokter. Ia memencet tombol itu berkali-kali, lalu kembali ke posisinya semula.

"Gue di surga, ya?" Tanya Lio dengan suara pelan.

"Goblok! Lo masih hidup," tandas Bianca menjawab pertanyaan bodoh Lio.

Saat Bianca berniat keluar untuk memanggil Dokter, Lio lebih dulu menahan tangan Bianca agar perempuan itu tidak meninggalkannya.

"Jangan pergi," ujarnya lembut.

"Gue mau manggil dokter aja sebentar." Balas Bianca menatap Lio dengan iba.

"Gak usah, bentar lagi juga dokternya datang." Sambung Lio menolak.

Tepat setelah itu, seorang Dokter masuk ke ruangan tempat Lio dirawat. Dokter itu dengan cekatan memeriksa kondisi Lio. Bianca mundur beberapa langkah untuk memberi ruang lebih kepada Dokter yang sedang memeriksa kondisi Lio.

Dokter itu melepaskan stetoskop yang disangkutkannya di kedua telinganya, lalu melangkah ke arah Bianca yang sedang berkacak pinggang.

"Kamu siapanya pasien?" Tanya Dokter itu pada Bianca.

"Sa-"

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang