DIMH' 01

207 28 9
                                    

“Bi, bangun nak, udah jam enam.” ujar Mbok Ijah, pembantu rumah tangga di kediaman Bianca. Bianca membuka matanya, mengumpulkan semua serpihan-serpihan kesadarannya yang terselip di mana-mana.

“Pagi, Mbok.” tanya Bianca sambil mengusap-usap matanya, “Mbok masak apa?”

Mbok Ijah tersenyum tulus, senyuman yang selalu menemani Bianca sejak enam belas tahun yang terakhir. Senyuman yang sangat tulus, yang tak bisa didapatkannya dari Anita, ibu kandung Bianca. Mbok Ijah jugalah yang dari dulu mengurus dan merawat Bianca hingga sekarang, orang yang selalu memberi kasih sayang kepada Bianca setiap waktu, orang yang selalu dan bahkan yang paling peduli pada Bianca.

“Mbok masak ayam gulai. Bi suka, nggak?”

Bianca mengangguk, “Suka.”

Mbok Ijah tersenyum, menampilkan keriput yang tertoreh jelas pada wajahnya.

“Bi mandi dulu, entaran telat.” Bianca mengangguk. Mbok Ijah keluar.

D I M H

“Bi,” Bianca menoleh, “Kata Ibu, Ibu sudah transfer uang saku kamu.”

Bianca mengangguk, lalu berujar, “Bi rindu Mama.”

Mbok Ijah tertegun. Ia terdiam, seakan-akan itu adalah hal yang paling dihindarinya.

It will be.” jawab Mbok Ijah sambil tertawa kaku, Bianca hanya tersenyum miris mendengar jawaban dari Mbok Ijah.

Bianca memberi respon, ia memilih untuk menyelesaikan porsi sarapannya.

Bianca selesai, lalu mengambil tisu untuk mengelap sudut bibirnya. Lantas ia berdiri, dengan ransel di punggungnya, ia berkata, “I have to go to school, i will miss you.”

My self already missing you, but, i just not anyone. I am just a helper here."

No, you are not, you are a angel. It sounds lebay actually.” sahut Bianca yang diakhiri dengan kekehan.

Bianca berjalan ke garasi, memanaskan mobil, lalu pergi ke sekolah.

D I M H

Matahari pagi sangat sombong, ia bersinar terang seakan tidak peduli pada apa pun dan siapa pun di bawah sana, acap kali orang lain mencercah kesal, ia semakin memanaskan sinarnya.

“Bu, lo udah siap pr sejarah? Gue nyontek dong.” ucap Sarah--sahabat Bianca sejak Sekolah Menengah Pertama--saat Bianca baru saja masuk ke dalam ruang kelas XII IPS 1. Ruang kelasnya.

Bianca mengeluarkan buku pr sejarah dari dalam tas, lalu menyerahkan buku itu pada Sarah. “Nomor limanya gue belum siap, ketiduran gue semalam.” ujar Bianca, lalu melangkah ke tempat duduknya.

Satu-satunya hal yang dilakukan Bianca saat setelah sampai di tempat duduknya ialah mengeluarkan ponsel dari tasnya, ia menari-narikan jarinya pada layar benda tipis tersebut, dan akhirnya, saat bosan mulai menampar perlahan, ia memilih mengirimkan pesan pada Anita.

Ma, i really missing you. What time you home again? Please, your home missing you.

Bianca

Bianca mematikan ponselnya. Berusaha sekeras mungkin mengalihkan kesedihan di hati sialannya, berusaha setegar sang Dandelion yang amat tegar, dan setenang riak air saat sang angin malas bertiup kencang. Bianca berusaha.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang