DIMH' 39

16 1 0
                                    

Hari ini acara penikahan Lio dan Diandra, dan Bianca sudah janji akan datang. Bianca akan berangkat dengan Sarah dan Andien yang kebetulan sedang mengambil cuti. Bianca memakai gaun berwarna biru muda yang dipadukan dengan warna putih. Ia sengaja tidak memakai topi kupluknya.

Sarah masuk ke dalam kamarnya dengan gaun berwarna merah muda yang sangat lembut. Bianca berbalik menghadap Sarah, lalu tersenyum ke arahnya.

"Lo yakin mau datang?" Tanya Sarah dengan raut wajah serius.

Bianca mengangguk, "loh, kenapa enggak?"

"Hmm--" Sarah memainkan jari-jarinya pelan.

"Karena gua botak?" Tebak Bianca, langsung membuat Sarah menggeleng cepat.

"Bukan, lo juga tetap keliatan cantik." Jawab Sarah.

"Jadi apa?"

"Lo yakin sanggup ngeliat Lio bahagia dengan perempuan yang bukan diri lo?" Tanya Sarah meminta kejelasan.

"Sar, gue tau, itu menyakitkan. Tapi gue gak bisa egois, gue harus bisa terima semuanya. Kalo jodoh pasti udah diatur." Tutur Bianca dengan suara yang lembut.

Sarah mendesah pelan, "terserah lo deh, Ca. Yang penting gue udah ngingatin, soalnya gue tau banget kalo orang yang kena penyakit meningitis nggak bisa stres."

"Gue kan kuat," Bianca menirukan gaya petinju-petinju yang sedang memamerkan ototnya.

"Gegayaan lo!" Tandas Sarah, lalu keluar meninggalkan Bianca.

Bianca tersenyum miris setelah Sarah keluar dari kamarnya. Ingin sekali ia menarik kata-katanya, tetapi sudah terlanjur. Nasi sudah menjadi bubur. Memang nasi yang sudah menjadi bubur tidak bisa lagi kembali menjadi nasi, tapi bubur bisa ditambahi dengan bahan pelengkap lainnya agar lebih sedap dimakan. Begitupun dengan hal ini, walaupun Bianca tidak bisa menarik perkataannya kembali, tetapi dia bisa menambahi pelengkap-pelengkap lainnya agar ini semua terlihat mengesankan. Seperti pergi bersama Boby, misalnya. Tetapi itu sama saja dengan memanfaatkan Boby. Atau mungkin kalau ia menjelaskan rencananya kepada Boby, kedua pihak tidak ada yang dirugikan.

Bianca menelepon nomor Boby yang dulu sempat disimpannya. Semoga saja nomornya masih aktif.

"Halo?" Terdengar suara Boby dari sebrang sana.

"Halo."

"Hehe, ada apa, Ca?"

"Bob, lo apa kabar?" Tanya Bianca seraya mengatur nafasnya.

"Baik, lo baik, kan?" Boby cekikikan dari sebrang sana.

"Gue mau minta tolong nih," pinta Bianca dengan suara yang pelan.

"Tolong apaan?"

"Sebelumnya, gue mau nanya ke elo. Lo udah nikah, kan?"

"Hehe, kok lo nanya kayak gini. Emangnya ada apa?" Boby terdengar tertawa kikuk.

"Gue mau minta elo buat nemani gue ke acara pernikahan Lio. Gue takut digampar bini' lo, makanya gue nanya." Tutur Bianca.

"Gue masih ngejomblo, nih." Boby terdengar tertawa lagi.

"Bob, lo kan gue anggap sebagai abang gue, gue minta tolong banget." Ujar Bianca memohon.

"Ogah gue jadi abang lo. Najong." Canda Boby membuat Bianca tertawa.

"Hehe, gue serius, Bob."

"Acaranya kapan?" Tanya Boby mulai serius.

"Sekarang." Jawan Bianca datar dan juga penuh harap.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang