DIMH' 09

67 15 0
                                    

Bianca menatap Lio dan perempuan yang sedang bercengkrama dengannya. Hatinya seakan-akan hancur seketika. Remuk. Matanya panas, rasanya ingin sekali ia menangis. Pantas saja dari tadi hati Bianca terasa sangat mengganjal. Ternyata, ini alasannya.

Sebenarnya, tadi Bianca ingin ke toilet. Tapi entah kenapa, hatinya memerintahkan agar ia berjalan ke belakang gedung sekolah. Dan inilah yang dilihatnya, Laki-laki yang dicintainya sedang bersama perempuan lain.

Ingin sekali rasanya Bianca datang menghampiri mereka berdua, lalu menampar perempuan itu agar ia tidak mendekati Lio lagi. Tapi, itu tidak mungkin. Karena, Bianca tidak memiliki hubungan apapun dengan Lio. Jadi, ia tak berhak untuk melakukan itu.

Ia pergi meninggalkan tempat itu. Kembali ke tujuan awalnya. Pergi ke toilet.

Mata Bianca sangat panas sekali, ingin mengeluarkan semua air mata yang sudah membendung di pelupuk matanya. Ia ingin menangis, menangis hingga ia merasa lebih baik. Tapi gadis di dalam dirinya memberontak untuk menangisi hal itu. Karena gadis di dalam dirinya tau, bahwa Bianca hanya teman bagi Lio.

Bianca masih terus berjalan dengan perasaan yang campur-aduk. Tanpa sadar, ia hampir melewati toilet.

Ia mendengus kesal, lalu masuk ke dalam.

Ia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang sangat lesu.

Ia sadar kalau ia egois. Ia tidak ingin Lio dekat dengan perempuan manapun selain dirinya. Ia bodoh, kenapa bisa ia mencintai Lio di saat ia sudah menjalin hubungan dengan laki-laki lain.

Ia keluar dari kamar mandi, lalu berjalan gontai ke kelasnya.

"BIANCA!" seseorang meneriakkan namanya, membuat Bianca menoleh.

Bianca tersenyum, "ia, ada apa?" tanya Bianca.

"Lo bawa mobil, gak?"

Bianca mengangguk. "Bawa, kenapa Bob?"

"Elah, gue pikir lo gak bawa mobil. Biar gue anterin pulang." gumam Boby kesal.

"Ia nih, hehe."

"Besok gak usah bawa mobil lagi deh, biar gue aja yang jemput, sekaligus nganter pulang."

Bianca menggeleng, "gak lah, nanti gue ngerepotin lo."

Boby mendecak. "Gak lah, ish. Gue kan pacar lo." ujar Boby.

"I-ih tap-.."

"Gak ada tapi-tapian." Boby memotong ucapan Bianca. "Ya udah deh, gue balik ke kelas dulu ya, dadah pacar." Boby berjalan menuju kelasnya.

Bianca kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Woy, Ca!" Sarah berteriak memanggil Bianca.

Bianca menoleh, "haa?"

"Dari mana aja, lo? Gue cariin juga." umpat Sarah.

Bianca tertawa pelan. "Kok tumben banget lo nyari gue? Biasanya juga gak peduli."

Sarah mendecak. "Ck. Gue serius juga."

"Gue juga serius."

"Ish." Sarah melipat tangannya di dada.

"Ya udah deh, ada apa?" tanya Bianca.

"Tadi gue liat Lio lagi berduaan sama Diandra."

Boom.

Bianca mendecak sebal di dalam hati.

Kenapa harus ada orang lain yang menyaksikan itu?

Bianca menghela nafas. "Emangnya kenapa?" tanya Bianca dengan ekspresi wajah yang pura-pura biasa saja.

Deep In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang