"Ini lah aku yang sesungguhnya. Yang rapuh
namun berusaha sekuat mungkin menutupi semuanya"Malam ini bulan menampakkan pancaran keindahannya ditemani para bintang yang berkelap kelip beserta gemerlapnya langit malam. Semilir angin yang sejuk menerpa wajah seorang perempuan yang sedang berjalan sendiri di bawah sinar rembulan. Ia berjalan menyusuri jalan tanpa mengetahui tujuannya. Tidak memperdulikan kemana ia pergi, hanya melangkahkan kaki sesuka hatinya untuk menenangkan pikiran dan perasaannya yang sedang berantakan ini.
Setelah berjalan cukup jauh, perempuan itu berhenti di sebuah taman, yang tanpa sengaja ia temukan saat berjalan. Dia menyanggahkan dirinya pada pagar di atas jembatan kolam. Menatap indahnya langit malam dalam bisu. Walaupun dalam dirinya semua perasaan tercampur menjadi satu dan di dominasi oleh sebuah kemarahan yang hebat. Tetapi, dari luar perempuan itu tampak sangat tenang. Entah bagaimana cara ia bisa menyembunyikan semua hal itu dalam satu tubuh mungil yang rapuh.
***
"Terima kasih, mas, sudah membelanjakan aku banyak pakaian dan sepatu – sepatu ini"Seorang perempuan memperlihatkan wajah bahagia nya sambil menatap seorang laki – laki di sebelahnya itu.
"Apa pun buat kamu, sayang"Jawab laki – laki itu sambil merangkul pinggang si perempuan.
Alina sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan ternama di Jakarta untuk me-refresh otaknya. Namun, niat untuk bersenang – senang sedikit, Alina malah dikejutkan dengan pemandangan seorang laki – laki yang secara fisik ia kenal sejak kecil, namun tidak dengan dirinya sekarang.
"Mas, anterin aku pulang, yuk. Aku cape nih"Perempuan itu bergelayut manja di lengan sang laki – laki. Perempuan itu memiliki paras yang cantik serta tubuh yang indah, dari segi wajah perempuan itu terlihat masih sangat muda dibanding dengan laki – laki disamping nya yang terlihat berusia sekitar kepala 4.
"Yaudah, yuk. Saya anterin kamu pulang"Laki – laki itu mengecup pipi si perempuan lalu beranjak pergi dari pusat perbelanjaan yang mewah itu.
Alina mengikuti mereka sampai ke tempat parkiran. Tidak salah lagi, dia sangat yakin 100% bahwa laki – laki yang sedari tadi ia lihat adalah ayahnya sendiri. Hati Alina semakin perih, bisa – bisanya dia memanjakan seorang perempuan yang mungkin umurnya hanya beberapa tahun di atasnya namun menyampakkan anak semata wayangnya ini. Bahkan, ayah nya pun sama sekali tidak pernah memanjakan dia seperti itu.
Ia terus memperhatikan mobil mewah yang ditumpangi oleh ayah dan perempuan matre itu membelok ke arah kiri dan tidak tampak lagi wujudnya. Alina tertunduk kecewa, dalam sekejap tubuhnya sudah tumbang dan jatuh terduduk tanpa memperdulikan dirinya sedang berada di sebuah parkiran. Matanya mulai memerah dan membendung sebuah cairan bening di matanya. Dalam hitungan detik, sebuah air bening meluncur bebas dari matanya satu persatu. Menyisakan jalur basah di pipinya yang lembut itu.
Setelah beberapa menit mengumpulkan kekuatan untuk berdiri, Alina bangkit dan dengan segera, ia melangkahkan kakinya keluar dari tempat ini dengan menumpangi taksi.
***
Dan, disini lah aku. Berdiri sendiri di bawah dinginnya malam. Langit yang indah pada malam ini nyatanya tidak selaras dengan hati ku yang sedang berisi badai topan akibat pertengkaran antara otak dan suara hati. Air mata itu kembali jatuh untuk kesekian kalinya setiap mengingat kejadian sore tadi. Aku membenci nya. Sangat, mungkin lebih dari sekedar membenci.
Aku rindu dengan sosok ayah yang dulu, yang selalu menyayangi dan memperhatikan anak serta istri tercinta nya. Tetapi, takdir begitu kejam dan merubah ayah. Aku ingat, saat itu sudah malam, ayah dan bunda mengalami pertengkaran yang hebat. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang mereka perdebatkan. Selain umur ku yang masih belia, aku juga masih belum mengerti apa yang mereka bicarakan. Hanya jeritan dan makian yang bisa aku tangkap dari dalam kamar ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alina Untuk Edgar
Teen FictionKetika dunia hanya menyediakan kepahitan setiap harinya, Alina Catherine tidak pernah menyerah. Dia terus berjuang dalam hidupnya yang menyedihkan. Sampai satu kejadian membawa Alina bertemu dengan seseorang yang menjadi alasan dia hidup, alasan dia...