[Bab 24]

27 4 0
                                    

"Dan, nyatanya, Alina lebih kelam dari yang aku bayangkan"

"ALINA!"Seseorang berteriak dari luar. Berjalan masuk dengan menghentak kakinya tiap melangkah. Amarah terlihat membara di setiap inci tubuhnya.

Aku menelan saliva ku. Sebentar lagi, ayah akan meledak – ledak. Aku yakin itu. Bunda, aku mohon. Tolong aku kal ini, aku tidak berdaya. Tidak, aku takut. Siapapun tolong. Tenggorokan ku rasanya tercekat, sulit untuk berbicara.

"APA MAU KAMU, HAH? PAPA SUDAH BERUSAHA SEBAIK MUNGKIN! MENGUSIR TEMAN PAPA?! APA KAMU KEHILANGAN AKAL?!"Saat itu juga, ayah membentak ku mentah – mentah.

"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI! MAU APA KAMU?!"Ayah terus memaki – maki aku tanpa peduli suara sesegukan tangis ku yang makin menjadi.

Aku takut, sangat takut. "JAWAB AYAH! MAU KAMU APA?! IBU MU YANG MENYEDIHKAN SUDAH TIADA, NGGA ADA YANG MELINDUNGI KAMU SEKARANG!"Ayah menarik tubuh ku untuk bangkit, dengan cara yang sangat kasar. Aku takut, sangat takut.

"JAWAB AYAH, ALINA!"Ayah mengguncang – guncangkan tubuh ku kali ini. Tuhan, aku mohon ampun. Lepaskan aku kali ini.

"M-maaf, maaf"Aku berkata terbata – bata.

"APA?! ULANGI SEKALI LAGI!"Ayah mengeraskan rahangnya.

"Maaf"Ucap ku di sela – sela rintihan akibat kerasnya tangan ayah mencengkram pundak ku.

"MAAF ITU TIDAK CUKUP! PEREMPUAN ITU TIDAK AKAN MAU LAGI SAMA AYAH! KAMU TAHU? DASAR ANAK DURHAKA!"Emosi ku bercampur, takut, marah, sedih, dan kesal beradu menjadi satu. Bunda, tolong berikan aku keberanian kali ini saja.

"APA KAMU BISA TANGGUNG JAWAB ATAS INI, HAH?! BISA?! TIDAK AKAN, ALINA!"Urat – urat ayah sangat terlihat dibalik kulit halusnya itu.

"Apa yang Alina mau? APA YANG ALINA MAU HAH?! YANG ALINA MAU AYAH PERGI DARI DUNIA INI SECEPATNYA! PERGI DARI HIDUP ALINA! ALINA CUMA MAU HIDUP SAMA BUNDA!"Seakan bunda mengabulkan doa ku, tiba – tiba aku mendapat keberanian besar kali ini.

"KURANGA—"Ayah menarik nafasnya, mencoba untuk mengontrol amarahnya. Dia menghempaskan ku ke lantai dengan satu hentakkan.

Sakit, remuk. Bukan tubuh ku, tapi, hati. Hati ini seakan ditusuk beribu – ribu pisau yang menancap di setiap inchi nya. Pahit, seperti sakit tapi tidak berdarah. Apa yang ayah lakukan malam ini, lebih dari yang pernah aku bayangkan. Dia ... dia ganas. Berbeda dengan ayah yang dulu.

Setelahnya, ayah memasuki kamar dan menggebrak pintu kamar. Dia ... sangat marah.

***

Di sisi lain, seorang laki – laki berdiri di depan sebuah pintu besar. Pintu yang terbuka lebar itu, menunjukkan dua orang yang sedang bertengkar. Tidak, hanya satu orang yang menunjukkan amarahnya, seorang lagi tampak hanya terdiam tidak berdaya. Laki – laki itu ingin membantu, tapi, kedua kakinya merasa ngilu.

Mendengar tiap kata yang dikeluarkan orang beramarah itu, membuatnya sangat kelu. Seluruh tubuhnya seakan membeku di tempat. Sedangkan pikirannya bergelut; menolong atau diam. Tapi, sedari tadi yang dia lakukan hanyalah diam. Tidak, dia tidak bisa datang seenaknya seperti seorang pahlawan. Ini lancang, tapi, ini juga berbahaya.

Dan, malam ini, melalui apa yang dia lihat secara mata telanjang, memberitahu semuanya. Memberikan banyak informasi tentang seseorang yang sangat penting bagi hidupnya; Alina Catherine Brahmanto. Perempuan itu mempunyai banyak kelam dalam hidupnya ternyata.

Laki – laki itu sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya seorang Alina, namun tetap berusaha untuk tegar di setiap saat. Alina kuat, berbeda dengannya, sangat pengecut. Ketika sebuah pintu ditutup dengan kasar, laki – laki itu terlonjak kaget.

Rasa sesal langsung menusuk – nusuk tubuhnya melihat Alina yang terkulai di lantai, menangis dalam diri. Dia bisa saja berlari dan memeluk perempuan itu, mengatakan bahwa semuanya akan baik – baik saja. Tapi, rasanya sangat sulit. Hatinya teriris melihat hal ini.

Dia hanya terdiam berdiri di depan pintu rumah. Dia tidak bisa berjalan pulang, ataupun menghampiri perempuan itu. Jadi, dia hanya memaku di sana. Memperhatikan dan mendengar tangis pilu Alina dalam dinginnya malam.

Sampai seorang perempuan lain keluar dari balik dinding dan menghampiri laki – laki itu. "Nyari siapa ya?"Tanya perempuan itu, yang merupakan pembantu rumah tangga keluarga Brahmanto.

"Ma-af, saya harus pulang"Laki – laki itu langsung bergegas keluar. Dia tidak bisa lagi berdiri di sana, rasanya begitu sakit.

Jadi, dia memilih untuk menaiki motor besarnya, melaju dalam kecepatan penuh, dan berkendara kembali ke rumahnya.

***

Haii again, readers! hehehe

Gimanaa sama yang kali ini?

Kasian ya Alina;(

By the way, aku gepublishnya langsung 2 bab nihh

bab selanjutnya udah aku bikin setengah sihh, ditunggu aja ya!

Keep reading!

Terimakaasiiii

xxlovexx

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang