"Kamu baru saja menerbangkan aku ke langit ke tujuh, dan sekarang kamu sudah menghempaskan aku ke dalam bumi"
"Udah siap?"Tanya ku pada Alina yang sedang menuruni tangga bersama tas selempangnya yang simple namun modis. Dengan anggukan cepat, aku menghampiri Alina dan keluar.
Hari ini aku menjemput Alina di rumahnya untuk bersama ke sekolah, tentunya dengan mobil yang aku kendarai. Untungnya, hari ini Mile sedang libur sekolah jadi aku tidak perlu mengantarnya. Sementara dengan Zoe, aku sudah bilang padanya akan datang bersama Ali—seorang panitia cup maksudku karna hari ini adalah hari pertama Garuda Cup diadakan, dan, ya dengan acara ngambek terlebih dahulu, pada akhirnya Zoe menyerah dan mengijinkan.
Setelah kami masuk di dalam mobil, aku segera menyalakan mesin dan menekan pedal gas untuk menjalankan mobil. Pada awalnya hanya hening di antara kami sampai Alina membuka mulutnya.
"Gar"Panggilnya dan aku langsung menoleh. Menaikkan satu alis ku yang dimaksudkan dengan arti 'apa?'
"Lo .. apa lo cin—sayang sama Zoe?"Tanya nya dengan nada yang aku pastikan dia sedang takut atau berhati – hati, ya semacamnya.
Aku berdeham kecil. Tidak tahu harus menjawab apa. Selama beberapa menit, aku memikirkan jawaban yang tepat. Dan, pada akhirnya ... "Ya"Satu kata itu terlontar melalui mulut ku. Walaupun sejujurnya aku sama sekali tidak ada perasaan terhadap Zoe. Aku hanya tidak mau sifat busuk ku terlihat oleh Alina.
"Oh"Jawab nya dingin. Dan, suatu perasaan aneh mulai menyelimuti ku, seperti ada rasa sesal dan tidak enak terhadap Alina. Maafkan aku, Al.
"Gue nyalain radio ya?"Pinta nya. Sejurus kemudian, aku langsung mengangguk menandakan 'iya'. Setelah itu, Alina menyalakan radio dan menyetel lagu yang entah aku tidak tahu apa judulnya. Tapi lagu itu memiliki nada yang slow, aku rasa lagu menyedihkan?
"Ini lagu apaan si?"Tanya ku sambil mendelik ke arahnya yang masih menyanyikan lagu ini dengan pandangan ke luar jendela.
"So let me just give up. So let me just let go"Masih dengan bernyanyi pelan, bahkan nyaris seperti gumaman, Alina melirik ke pada ku. Aku terkesiap ketika melihat matanya berair, tetapi masih menyunggingkan senyum, senyum yang sinis. Ah, aku benci melihat pemandangan seperti ini. Kenapa dia harus selalu menangis? Tidak kah dia lelah? Oh, ayolah!
"Lo kenapa, Al?"Tanya ku dengan sedikit ragu. Tetapi, tidak ada jawaban dari Alina. Melainkan hanya sunyi. Alina tidak bergerak sama sekali, masih menatap keluar jendela sambil berpangku tangan.
"You Don't Know ... Katelyn Traver"Lirihnya saat lagu telah habis. Aku hanya terdiam, mencerna maksud dari semua ini. Apa maksud dia menyetel lagu ini? Lalu menyanyikannya dengan mata yang berair—menangis?
So let me just give up. So let me just let go.
Lirik pada bagian itu selalu terngiang di kepala ku. Tidak tahu mengapa, tapi rasanya itu sebuah pernyataan rahasia dari lagu ini oleh Alina. Mengapa? Mengapa harus dia menyerah? Dan mungkin tepatnya, apa? Apa yang harus dia serahkan?. Semua pertanyaan itu memenuhi kepala ku sampai aku tersadar bahwa kami sudah berada di kawasan sekolah.
Secepat kilat, aku memarkirkan mobil ini dan keluar. Aku melihat Alina juga keluar dari mobil. Lalu dia menatapku, dan langsung berlenggang pergi meninggalkan ku. Oh, apa yang salah lagi sekarang?
***
Aku menderapkan kaki ku secepat yang aku bisa. Layaknya orang yang sedang kerasukan. Persetan! Apa peduli ku?! Aku benci mengalami situasi ini! Dimana aku hanya dijadikan sebuah pilihan! Dasar cowo brengsek!. Aku benci mengatakan ini, tapi, nyatanya aku telah jatuh di dalam perangkap yang di buatnya. Oh, sugguh Alina yang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alina Untuk Edgar
Novela JuvenilKetika dunia hanya menyediakan kepahitan setiap harinya, Alina Catherine tidak pernah menyerah. Dia terus berjuang dalam hidupnya yang menyedihkan. Sampai satu kejadian membawa Alina bertemu dengan seseorang yang menjadi alasan dia hidup, alasan dia...