[Bab 12]

49 8 0
                                    

"Nyatanya, aku tidak lebih dari seorang brengsek"

"Kenapa kamu berantem coba? Mama kan jadi harus repot – repot ke sekolah! Belom nama baik kamu kecontreng, diturunkan dari jabatan, di skors, harus menjalankan masa percobaan, dan blablabla. Mama ngga suka kamu seperti ini ya!"Sambil menyetir, mama terus berceloteh memarahi ku karna tadi pagi mama diberitahu oleh pihak sekolah bahwa aku lah yang memulai adegan tonjok - tonjokan dengan Airel.

Alhasil, dari hal yang aku lakukan itu, aku diturunkan dari jabatan ketua osis, di skors selama 3 hari, dan harus menjalankan masa percobaan pertanggung jawaban. Sejujurnya, aku tidak begitu peduli dengan hal ini.

Pada masa percobaan nanti, aku tidak boleh terlibat dalam masalah apapun, terutama berantem di sekolah. Lalu aku harus menaikkan prestasiku dalam bidang akademik serta menunjukkan pertanggungjawaban ku atas hukuman ini dengan membuat laporan hukuman.

Dan, jika aku berhasil melaluinya dengan baik, tentunya reputasi seorang Edgar Pangestu akan kembali dan aku tidak jadi dicabut dari jabatan ketua osis. SMA Garuda Nasional memang menjunjung kedispilinan nomor satu. Tidak aneh rasanya jika aku diberi hukuman seperti ini hanya karna masalah berantem.

"Iya, ma. Edgar minta maaf, Edgar kalap sama keadaan. Edgar khilaf, ngga bakal ngelakuin lagi"Ucap ku setelah mama selesai berceloteh.

Sesampainya di rumah pun, mama masih tidak habis – habisnya memarahi ku dan menasehati. Telinga ini rasanya sudah sangat panas mendengar celotehan mama dari perjalanan bahkan sampai memasuki rumah. Aku tahu mama sangat peduli dan tidak mau anaknya bertumbuh seperti ini. Tapi, ayolah tidakkah ucapannya saat perjalanan tidak cukup?

"Ma ... ma"Aku berusaha menenangkan mama dan meredam semua celotehan itu.

Kemudian, mama berbalik badan kepada ku, menghela nafas lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa lalu diikuti dengan aku. "Mama cuma ngga mau Edgar jadi aneh – aneh gini"Ujar nya sambil menatap aku dengan penuh kasih sayang.

"Iya, ma. Edgar ngerti. Edgar juga sadar kalau Edgar salah. Maafin Edgar, dan Edgar ngga akan ngulang lagi"Aku menatap mama kembali. Tersirat kekecewaan di dalam sana. Namun, masih terpancar aura belas kasih dan kasih sayangnya terhadap aku. Ah, betapa beruntungnya aku memiliki mama.

"Ya, I know, sweetheart, I know"Mama mengusap puncak kepala ku lalu memasang senyum pengertiannya.

Oh, akhirnya.

***

"Kak, ayo makan malam"Suara perempuan yang berasal dari pintu kamar ku itu berhasil membuat aku terbuyar dari fokus belajar.

Aku menoleh dan mendapati Mile bersandar pada kusen pintu. "Iya"Aku beranjak dari kursi meja belajar lalu turun bersama Mile untuk makan malam keluarga.

Setibanya di ruang makan, aku melihat mama yang sedang sibuk memindahkan lauk dan nasi dari pantry ke meja makan. Sementara papa membantu mama untuk menata piring dan gelas. Aku tersenyum simpul melihat kedua orang tua ku itu.        

"Hai, ma, pa"Sapa ku lalu menarik kursi dan duduk di atasnya.

Mama menoleh dan kembali menyapa ku. "Hai, sayang. Tunggu sebentar ya hampir selesai"Ucap mama. Sementara papa yang sibuk menata piring hanya menatap ku dan melemparkan senyum hangatnya.

Beberapa menit kemudian, semuanya sudah selesai. Banyak lauk dan nasi yang tertata rapi di atas meja. Ini lah keluarga ku, yang selalu menjunjung tata krama dan kerapihan nomor satu. Dan, aku sangat nyaman seperti ini. Semuanya tersusun dengan baik.

Mama mengambil piring papa dan menyidukkan nasi di atasnya. Kemudian milik ku, Mile, baru terakhir milik mama sendiri. Aku meraih ayam goreng dan sambal cobek khas mama lalu memulai makan.

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang