[Bab 4]

91 14 2
                                    

"Aku benci dengan waktu"

"Oh, jangan tanya lagi gimana gue pas di anterin Edgar"Aku menghempaskan tubuh ku di atas tempat tidur milik Rei sambil memegang bagian dada ku yang masih berbunga – bunga ini.

"Akhirnya, lo bisa senyum juga abis nangis semaleman gara – gara bokap lo. Lo tuh ya emang paling bisa senyum cuma karna Edgar"Cerocos Rei sambil memutar bola matanya.

Hari ini adalah hari weekend, dan di banding mendekam di rumah yang membosankan, aku memilih untuk bermain ke rumah Rei, tentunya sekaligus untuk bercerita tentang kejadian kemarin. Oh, aku masih sangat tidak menyangka akan hal kemarin. Apa kah ini menjadi pertanda agar aku bisa mendekati Edgar lebih jauh?

"Lo tau sendiri gue gimana, kan, Rei. Ngomong – ngomong, Edgar ramah ternyata. Ngga dingin kaya yang di bilang sama orang – orang. Dia baik, ramah, menawan lagi. Duh, impian banget, sih"Kata ku sambil membayangkan wajah Edgar.

"Terus lo ngga mau mencoba pendekatan sama dia? Apa modus sms dia bilang makasih gitu? Haha"Goda Rei yang langsung aku timpuk dengan bantal di sebelahku.

"Tapi, Kak Zoe ..."Aku langsung terdiam mengingat Edgar sudah dimiliki sekarang oleh Zoe.

Rei menatap ku dengan belas kasih, dia hanya bisa menghela nafas dan mengelus pundak ku, sebagai tanda simpatik. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis, yang terkesan aku baik – baik saja, walaupun tidak. Selama beberapa menit sunyi mengisi ruangan ini, kami berkutat dengan pikiran sendiri – sendiri. Entah apa yang di pikirkan Rei, tapi yang sedari tadi aku lakukan hanya lah menatap kosong ke depan dan memikirkan soal Zoe dan Edgar.

"Ada saatnya buat semuanya kok, Al"Tiba – tiba Rei memecah keheningan di antara kami dengan tetap memandang lurus.

"Maksudnya?"Aku tidak mengerti dengan apa yang Rei coba sampaikan kepada ku.

"Ya, ada saatnya buat semuanya, Al. Mungkin bukan sekarang waktu yang tepat untuk deketin Edgar, tapi suatu saat nanti, lo pasti akan punya kesempatan untuk ngedeketin Edgar. Karna gue yakin akan selalu ada saat nya untuk semuanya"Rei menatap lurus dengan tatapan yang kosong sambil tersenyum yang entah aku tidak bisa mengartikan tatapan dan senyuman itu.

"Thankyou for the advice, Rei. Lo tau cara bangkitin semangat gue lagi"Tanpa mengubris pikiran ku tentang tatapan dan senyuman Rei, aku memeluknya erat tanpa izin. Memberikan kehangatan untuk kami berdua.

***

Sepulangnya dari rumah Rei, aku melihat sebuah sedan berwarna putih terparkir di dalam garasi rumah. Mobil siapa tuh?. Aku memasuki rumah dan mendapati tidak ada siapapun. Ketika sampai di ruang TV, aku menemukan bibi yang sedang bersih – bersih.

"Mobil siapa bi di depan?"Tanya ku dengan penuh penasaran.

"Ndak tahu, non. Tadi kata bapak ada orang yang bakal nganterin mobil ke rumah, bibi di suruh tanda tangan doang"Jawab bibi sambil tetap menyapu lantai.

"Terus sekarang ayah mana?"Tanya ku lagi.

"Tadi bapak pergi, non. Cuma ngga tahu kemana"Jawab bibi lagi sesuai dengan dugaan ku. Sudah pasti ayah tidak ada di rumah. Mungkin sedang bersenang – senang dengan perempuan murahan kemarin.

Aku berusaha tidak memperdulikan keberadaan mobil itu di rumah, dan melanjutkan aktivitas ku pada hari ini. Karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan, akhirnya aku memilih untuk bermain piano. Memainkan lagu Can't Help Falling In Love With You dari versi Hailey Reinhart sambil bernyanyi.

Wise men say
Only fools rush in
But I can't help falling in love with you
Shall I stay?
Would it be a sin
If I can't help falling in love with you?

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang