[Bab 9]

60 9 0
                                    

"Aku takut jika nyatanya aku hanyalah bayangan dari Zoe di matanya"

Kedua perempuan itu menuruni sebuah mobil range rover hitam dengan anggun. Keduanya tersenyum lebar dan terlihat sangat cantik dengan balutan dress pada tubuh ramping mereka masing – masing.

Si perempuan pertama yang rambutnya lurus kecoklatan menggunakan shortdress berwarna pink soft yang selaras dengan kulit putih tubuhnya. Dengan higheels glamor berwarna putih, perempuan itu tampak lebih tinggi dari biasanya. Dan, untuk pertama kalinya, Tiara Reinara Adjisto terlihat sangat feminim dengan pakaiannya.

Sedangkan perempuan kedua yang memiliki rambut hitam lurus dan curly dibagian bawah hasil catokan berbalut shortdress sabrina berwarna merah maroon. Berbeda dengan si perempuan pertama—Reinara, Alina tampak sangat hot. Dengan higheels berwarna hitam, perempuan kedua alias Alina berjalan beriringan bersama Reinara.

Tema pada penutupan Garuda Cup adalah Dancing In the Dark. Dimana para pengunjung diminta untuk menggunakan pakaian formal seperti dress untuk perempuan dan tuxedo untuk laki – laki. Karna malam ini, mereka akan mengadakan acara dansa yang formal.

Dengan langkah yang mantap, kedua perempuan itu memasuki gerbang sekolah, berlari – lari kecil menuju ruangan osis untuk briefing panitia. Untungnya, kedua perempuan itu bisa selamat sampai di ruangan osis tanpa jatuh saat berlari dengan higheels 7cm mereka.

Kebanyakan orang menatap dengan tatapan mengagumi mereka ketika mereka berjalan memasuki ruangan itu dan mengambil tempat duduk di bagian tengah. Untuk beberapa saat mereka berbincang sebelum acara briefing di mulai beberapa menit lagi.

"Selamat malam, semuanya"Tiba – tiba sebuah suara yang berasal dari depan mengagetkan seluruh panitia sehingga mau tidak mau mereka mengalihkan pandangan dan memperhatikan si Pembina acara—Pak Angga menyampaikan hal – hal penting sebelum acara di mulai.

Selama beberapa saat, semua orang yang berada di dalam ruangan itu menyimak Pak Angga dengan cermat agar dapat menjalani tugas pada malam ini dengan baik. Tidak terkecuali dengan Rei dan juga Alina. Tetapi, ada satu hal yang membuat perhatian Alina menjadi terbelah dua ketika sosok laki – laki yang dicarinya tidak kunjung datang.

Alina merasa cemas, karna baru beberapa jam yang lalu laki – laki itu tampaknya memiliki pertengkaran dingin. Alina cemas jika saja laki – laki itu tidak datang.. Alina cemas jika laki – laki itu bersedih, kecewa, atau—entahlah, semua perasaan itu bercampur aduk menjadi satu. Membuat fokus Alina menjadi buram.

Setelah briefing selesai pun, laki – laki itu sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Perasaan khawatir Alina semakin menjadi. Ia sendiri tidak tahu mengapa dia merasa sangat terganggu sekali dengan ketidak hadirannya laki – laki itu. Tetapi, rasanya sangat aneh saja, seperti ada yang tidak beres. Namun, Alina hanya bisa berdoa dan berharap laki – laki itu baik – baik saja.

***

Beberapa jam sudah berlalu, tetapi Edgar sama sekali tidak tampak, membuat kekhawatiran Alina semakin menjadi – jadi. Rasanya ia ingin menceritakan hal ini kepada Rei, namun ia ragu. Karna ia tidak ingin mengganggu momen romantis antara Rei dan Rio—pacar Rei yang sedang bersenang – senang.

Jadi, dia memilih untuk duduk diam di pinggir lapangan untuk menjauh dari kebisingan yang semakin membuatnya berperasaan aneh. Alina menggenggam erat handphonenya, jika saja Edgar menghubunginya atau mengirimkan pesan atau entahlah, apapun, yang menjadi kabar dari keberadaan dan kondisi Edgar sekarang.

Ketika tanpa sengaja, Alina melihat Zoe datang menggandeng seorang laki - laki yang ia yakini itu adalah Airel, si kapten basket kelas 11IPS-D, yang merupakan salah satu teman Edgar juga. Perasaan buruk semakin mendominasi tubuh Alina. Ia kembali mengingat raut wajah Edgar yang menyeramkan serta rahangnya yang mengeras saat mendengar kalimat Zoe.

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang