[Bab 14]

59 8 0
                                    

"Hal yang menyakitkan adalah ketika aku sadar, aku hanyalah sebuah pilihan untuk Edgar"

"Rei!"Pagi ini, aku sudah sampai di sekolah. Ketika turun dari mobil, tanpa sengaja aku melihat sosok Rei yang sudah berjalan beberapa meter di depan ku. Jadi, aku berlari dan menghampirinya.

"Eh? Tumben bareng sama gue datengnya. Biasanya lo lebih pagi?"Tanya Rei saat aku berhasil berjalan sejajar dengannya.

"Iya, tadi telat bangun hehe"Jawab ku dan hanya di sambut dengan gelengan Rei.

Sesampainya di dalam sekolah, aku dan Rei menuju loker yang berada di dekat kelas 10MIA-B. Aku membuka loker ku, mengambil beberapa buku untuk pelajaran hari ini. Baru saja ingin menutup loker, perhatian ku terpaku pada secarik kertas kecil dan sebuah novel yang posisinya agak tertutup dengan buku – buku lain milikku.

Aku meraih secarik kertas berwarna pink itu dan novel yang tertempel bersama dengan kertasnya. Aku membaca judul novel itu kemudian membaliknya untuk membaca sinopsis novelnya. Buku ini berisi tentang kisah percintaan seorang remaja. Sangat pas dengan aku yang senang membaca novel terutama tentang percintaan remaja. Kemudian aku beralih pada kertas kecil itu dan membacanya.

You're cold like an ice,

But, sweet like the sugar

You might don't know me.

But, let me tell you a secret;

you're such an amazing person.

By the way,

I hope you like the book!

Don't be curious for who am I.

I always near you, you are the one who far.

-anon-

Aku mengerutkan kening ku. Satu kalimat yang terlintas di otak ku; Sumpah, kurang kerjaan banget ini orang.

"Dari siapa tuh, Al?"Ternyata sedari tadi Rei juga memperhatikan kertas beserta novelnya.

"Gatau"Aku mengedikkan bahu dan menutup loker. Rei menautkan satu alisnya tanda tidak mengerti. Namun, pada akhirnya ia berhenti penasaran dan membiarkan saja.

"Yuk?"Ajak ku setelah Rei selesai dengan lokernya. Kami berjalan beriringan memasuki kelas.

Sesampainya di dalam kelas, aku menaruh buku – buku di laci meja lalu menduduki kursi ku yang berada tepat di sebelah Rei. Kemudian, aku menoleh ke belakang dan mendapati riuhnya Davin, Jaka, Mark, dan sekumpulan cowo lainnya yang sedang heboh bermain game.

Mereka tampak cukup sibuk dengan aktivitas bermainnya. Sampai, salah seorang nyatanya tersadar akan kehadiran ku dan Rei di sela – sela kesibukannya bermain. "Pagi, cewe"Goda Davin. Aku hanya bergidik ngeri dan kembali menoleh ke depan.

"Al"Panggil Rei.

"Apa?"Jawab ku sambil menarik notebook bercover kosong milik ku dari laci meja.

"Lo kemana pas penutupan kemarin? Lo janji mau cerita tapi belom juga cerita sampe sekarang. Terus, tiba – tiba kemarin lo masuk ke dalam kerubungan orang pas Airel sama Edgar berantem. Dan, lo nyentak marah ke Edgar. Maksud semua itu apa, Al? Lo bertingkah aneh akhir – akhir ini"Dengan wajah yang penuh penasaran, Rei melontarkan pertanyaan yang sedari kemarin belum aku jawab.

Aku menghela nafas. "Jangan di sini, nanti sore gue telfon lo. Oke?"Tawar ku kepada Rei. Dan di respon dengan helaan nafas lalu menangguk pasrah.

Aku membiarkan Rei yang sepertinya sedikit bete kepada ku. Tapi, aku tidak begitu memperdulikannya. Sekarang, pikiran ku melayang pada novel itu, berpikir siapa kira – kira yang memberikan novel secara misterius kepada ku.

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang