[Bab 13]

45 8 2
                                    

"Saatnya untuk berhenti menjadi brengsek"

Sore ini sesudah aku berdamai dengan Airel tadi siang, aku memutuskan untuk berkumpul dengan teman – teman ku. Sesuai dengan tempat biasa kami, aku segera melaju motor besar milik ku ini ke basecamp kami; penthouse milik keluarga Tara.

Penthouse itu sudah serasa milik kami berenam. Karna jarang sekali—hampir tidak pernah bahkan keluarga Tara mengunjungi apartemen itu. Hanya Tara dan kami yang terkadang menempati penthouse tersebut. Selain sangat nyaman tempat di sana, fasilitas milik keluarga Tara sangat lengkap beserta makanan yang di sediakan.

Butuh waktu 45 menit untuk mencapai tempat itu, karna Jakarta yang sangat macet akibat jam pulang orang kantor. Sesampainya di penthouse, aku menekan bel selama beberapa kali, dan beberapa saat kemudian, muncul wajah sumringah milik Jules menyambut ku.

"Lama banget lo, udah di tungguin dari tadi. Dasar siput"Ujar Jules asal. Aku tidak menggapinya, melainkan masuk ke dalam dan menemukan Airel dengan Varo sedang bermain PS4, Tara yang mengunyah snack sambil menonton pertandingan bola dalam PS4, serta Jeremy yang berkutat dengan laptopnya.

"Eh, ada babang Edgar"Ucap Jeremy ketika melihat kedatangan ku. Serempak, Varo, Tara, dan Airel menoleh kepada ku. Aku hanya tersenyum kaku.

"Udah kaya robot aja lo, Gar"Tara melempar salah satu bantal sofa ke arah ku.

Dengan, cepat aku menangkap bantal itu dan melempar kembali kepada Tara. "Bangke lo, Ta"Aku menghempaskan bokong yang lelah berkendara di atas motor selama 45 menit ini ke sofa.

"Eh buset, lo duduk sofa nya langsung nurun"Celetuk Tara, mengundang tawa dari kami semua.

"Tai ini mah gara – gara perut lo yang kebanyakan makan"Aku terkekeh sedikit. Tetapi, nyeri kembali menusuk – nusuk wajah ini. Ternyata, bekas luka kemarin masih saja berdampak buruk terhadap wajah ku.

"Anjing jangan bikin ketawa. Ini muka gua juga masih sakit"Airel nyatanya juga merasakan hal yang sama kepada ku.

"Yang sabar, Rel. Babang Edgar kadang emang buas"Timpal Varo sambil tetap fokus bermain PS4.

"Eh, blegug. Di kata gua hewan apa"Balas ku dan direspon dengan kekehan Varo.

Selama beberapa menit kemudian, aku kembali tenggelam dalam pikiran. Menyusun kata – kata yang baik untuk memulai pembicaraan serius dengan mereka. Sementara mereka sendiri masih bersenda gurau.

"Eh"Ucap ku tiba – tiba.

"Hah?"Varo menoleh kepada ku.

"Hah?"Jawab Airel.

"Hah?"Jeremy menghentikkan aktivitasnya.

"Hah?"Kali ini, Tara yang menjawabnya.

"Apaan, Gar?"Jawab Jules sambil berjalan dari arah dapur yang ternyata masih mendengar ku.

"Ga solid lo, woy!" Tara melempar kembali satu bantal sofa kepada Jules yang sedang memegang mie instan di tangannya.

"Anjing untung ga jatoh!"Jules lalu mempercepat langkahnya sebelum mie nya jatuh karna dilempar bantal lagi oleh Tara kemudian duduk di atas karpet.

"Heh, serius ini gue"Ucap ku.

"Ngapain lo di seriusin, Gar. Ntar yang ada baper"Celetuk Airel membuat semuanya terkekeh.

"Anak setan dasar. Pause dulu PS4 nya! Jeremy jangan main laptop! Tara jangan makan dulu! Lo juga Jul!"Mendengar perkataan ku, mereka semua langsung menghentikan aktivitas dan menatap ku dengan bingung.

"Lah ilah, baru buka mulut udah di suruh jangan makan"Ucap Jules memasang wajah kesalnya kepada ku.

"Hehe, udah ah diem dulu. Gue mau ngomong serius, nih"Kata ku sambil menatap mereka satu persatu. Yang aku tatap hanya diam mematung.

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang