"Kata orang hujan turun membawa kenangan. Tetapi, terkadang hujan juga membuat kenangan"
Setelah konser berakhir, aku merasa cemas. Karna masih aku tidak tahu bagaimana cara untuk pulang. Sial!. Aku menghembuskan nafas dan berjalan keluar dari gedung. Angin semilir dan dinginnya malam langsung menerpa wajah ku. Ah, tambah sial lagi jika begini caranya. Baju yang aku kenakan sedikit terbuka dan lagi, aku mengenakan wedges. Sangat menyusahkan jika aku harus berjalan mencari angkutan umum.
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk berjalan ke jalan raya dan mencari adakah taxi yang dapat aku tumpangi atau tidak. Sambil memeluk diri sendiri, aku berjalan di bawah terangnya rembulan. Sejujurnya, aku sedikit takut berjalan sendirian malam – malam begini. Di tambah dengan pakaian yang aku kenakan, semakin menambah ketakutan ku.
Tiba – tiba aku teringat dengan Edgar. Ya, baru saja dia mengikuti konser. Dia ... menunjukkan keterampilannya bermain saksofon kepada ku tanpa dia sadari. Tapi, hal yang membuat aku bingung adalah mengapa aku tidak bertemu dengannya di backstage? Aku rasa backstage itu cukup kecil untuk mempertemukan aku dengannya. Dan, sama sekali aku tidak bertemu dengannya. Misterius.
Ketika pikiran ku melayang kepada Edgar, sebuah klakson membuyarkan pikiran ku. Oh ayolah, kenapa selalu bunyi klakson yang membuat aku kembali pada dunia? Mau tidak mau, aku menoleh kepada sang pembunyi klakson di belakang ku.
"Hei"Pada detik itu juga, mata ku langsung membelak.
"Edgar?"Aku mengerjap beberapa kali melihat Edgar yang bertengger di atas motornya.
"Kok lo disini? sendirian jalan lagi. Rawan tau ngga, Al, cewe malem – malem sendirian"Aku bisa melihat guratan kekhawatiran pada mimik wajah Edgar. Apa maksud dari semua itu ... Apa artinya dia mengkhawatirkan ku? Tidak ... tidak, aku tidak boleh berpikiran seperti ini. Buang harapan mu itu jauh – jauh, bodoh.
"E-hm, ngga ada yang nganter pulang, hehe"Jawab ku sambil menggaruk tenguk.
"Gue anter pulang mau?"Ah Tuhan, lagi – lagi Edgar meluluhkan hati ku. Semua kebaikannya, apa karna dia menyukai ku atau hanya sekedar kebaikan seorang senior?
"Eh?Y-ya, kalo lo ngga keberatan"Ucap ku sedikit malu – malu.
"Pake helmnya, naik"Setelah memakai helm yang diberikan Edgar, aku menaiki motor dan langsung memeluk Edgar dari belakang.
"E-eh, ngga apa – apa kan?"Tanya ku.
"Pegangan yang erat"Edgar menutup kaca helm nya lalu melaju motor.
***
Dan, malam itu menjadi malam dimana aku tidak lagi menyangkal perasaan ku; perasaan yang sejak lama tertanam hanya untuk seorang Edgar. Malam itu, detak jantung ku berdetak untuk dia. Dimana aku pernah berharap untuk menghentikan detak jantung ini. Tapi, dia datang dan seakan menghidupkan kembali detak itu. Kembali memberikan cahaya kehidupan kepada ku. Di saat cahaya ku mulai meredup.
Edgar telah menyelamat kan ku.
"Al, hujan nih. Mau nepi dulu?"Suara Edgar cukup terdengar ditengah – tengah hujan deras yang mengguyur Jakarta.
"Iya"Jawab ku di sela – sela dekapan punggung Edgar.
Beberapa saat kemudian, motor Edgar berhenti di depan sebuah restoran kecil yang menyediakan makanan ringan dan minuman. Ketika aku memasuki tempat itu, terdengar bunyi bel yang diakibatkan oleh pintu yang aku buka. Mata ku langsung disajikan dengan hangat dan sunyinya tempat itu. Aku rasa ini tempat yang bagus untuk menunggu hujan reda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alina Untuk Edgar
Teen FictionKetika dunia hanya menyediakan kepahitan setiap harinya, Alina Catherine tidak pernah menyerah. Dia terus berjuang dalam hidupnya yang menyedihkan. Sampai satu kejadian membawa Alina bertemu dengan seseorang yang menjadi alasan dia hidup, alasan dia...