"Malam lain yang menyedihkan"
"Mau pulang?"Davin menawarkan tepat setelah melihat langit yang mulai di liputi kegelapan.
Aku menatap langit, berpikir sejenak. Sebenarnya aku tidak mau pulang, aku tidak mau bertemu dengan ayah. Hhh, tidak di rumah, tidak di sekolah, semuanya sama saja. Menyakitkan. "Eem, kalo lo mau pulang, yaudah"Ucap ku.
"Lo laper nggak? Makan yuk"Davin menatap ku dengan kegirangan.
"Katanya mau pulang?"Tanya ku bingung.
Tapi, Davin tidak menjawab. Melainkan dia menarik tangan ku. "Kita mau kemana"Tanya ku lagi.
"Festival jajanan Indonesia ada di deket sini. Kita makan, mau kan?"Davin bertanya balik. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
***
Sesampainya di festival makanan, mata ku disajkian dengan ramainya tempat itu. Banyak stand makanan Indonesia yang berjejer rapi. Aku sendiri jadi bingung mau memilih yang mana. Tempat ini berada di outdoor, dekat dengan jembatan laut yang ikut menjadi pemandangan indah untuk dinikmati para pengunjung.
Sementara Davin masih melihat – lihat sekitar, mencari makanan yang dia inginkan. "Ke sana, yuk?"Davin menunjuk sebuah stand makanan. Aku mengangguk dan mengikuti arahan Davin.
Di sini disediakan makanan dari berbagai daerah dan juga jajanannya. Seperti ada cilor, kue cubit, dan masih banyak lagi. Hanya aku tidak tahu asal daerah tiap makanannya, hehe. Yang aku tahu, semuanya bisa dipastikan sangat nikmat dan enak. Karna ini makanan Indonesia, tentunya pas di lidah ku.
Setelah membeli soto ayam untuk ku dan soto daging untuk Davin, aku mencari tempat duduk yang masih kosong. Setelah mendapatkannya, aku duduk berhadapan dengan Davin. Aku merasa tidak lapar, tapi, aku merasa tidak enak jika tidak memakan soto ini. Davin sudah membelikannya untuk ku.
Sementara di depan ku, Davin memakan sotonya dengan lahap. "Kenapa cuma di aduk – aduk doang soto nya? Ngga suka ya?"Tanya Davin ketika melihat aku tidak memakan sotonya.
"Ini makan kok"Aku tersenyum lalu menyedokkan satu suapan ke dalam mulut.
***
Setelah selesai makan tanpa selera itu, Davin mengajak aku ke jembatan yang aku sebutkan tadi. Tidak jauh, hanya beberapa meter dari tempat festival makanan tadi. Dan, di sinilah aku. Berjalan bersama Davin di bawah langit malam. Menyusuri jembatan yang sepi ini.
Seharusnya aku bersama Edgar sekarang. Seharusnya. Tapi, sayangnya tidak. Edgar menghianati ku. Pada nyatanya, semua selalu tentang Zoe kan? Bukan aku. Karna aku hanya pemeran pengganti di saat pemeran utama pergi. Menyedihkan ya? Aku mulai terbiasa akan hal itu.
"Jadi ... lo sama Edgar sekarang?"Tanya Davin tiba – tiba. Rasanya lidah ini kelu mendengarnya.
Gue harap gue bisa jawab iya. Rasanya aku ingin mengatakan aku bersama Edgar sekarang, tapi ... "Engga"Aku tersenyum simpul. Menyembunyikan sejuta kesedihan dalam diri.
"Edgar suka sama lo?"Tanya Davin lagi, seakan ini adalah sebuah interogasi.
"Engga"Aku menggeleng lagi.Edgar tidak mencintai ku, dan tak akan pernah.
"Lo? Suka sama dia?"Untuk pertanyaan kali ini, aku sendiri bingung untuk menajwab apa.
"E-eng-nggak"Pada akhirnya, aku berhasil mengeluarkan suara walaupun tenggorokan ini sangat sulit untuk mengucapkannya.
Davin hanya mengernyitkan alis. Tapi, tidak bertanya lagi. Hanya helaan nafas nya yang aku dengar.
***
Sekitar pukul 12 malam Davin mengantar ku pulang. Beberapa hari terakhir ini, aku terbiasa pulang larut malam. Aku rasa lebih baik, jadi aku tidak harus bersitatap dengan ayah. Setidaknya seperti itu.
"Makasih ya"Ucap ku sambil menyodorkan helm milik Davin ketika sudah sampai di rumah.
"Jangan nangis lagi ya"Davin menggacak – acak rambut ku. Setelahnya, dia mengambil helm tersebut.
Aku mundur satu langkah, tersenyyum, "Hati – hati di jalan, Vin"Ucap ku. Davin menagangguk lalu motornya pun melaju pergi dari tempat ini.
Setelah memastikan Davin sudah pergi dari pandangan ku, aku memasuki rumah. Rasanya aneh, merasa asing dengan rumah ini di saat tempat ini adalah rumah ku sendiri. Yah, selalu seperti itu rasanya semenjak bunda pergi. No home without mom kata orang kan? Ya, itu benar.
Ketika masuk ke dalam rumah, aku langsung di sambut dengan seorang perempuan di ruang tamu. Perempuan yang kemarin bertamu ke sini. Whoa, aku tidak mengerti jalan pikir ayah. "Halo, nyonya. Ada perlu apa anda kemari?"Tanya ku dengan senyum manis yang di palsukan, tentunya.
"Oh, hai. Aku menunggu ayah mu. Kau baru pulang tengah malam?"Tanya perempuan itu kembali. Oh, sungguh, lancang sekali dia bertanya seperti itu, seakan mengejek harga diri ku.
"Ya, bagaimana dengan anda? Terlalu larut untuk bertamu, bukan?"Aku menyindirnya halus, dan hanya di balas senyum malu nya. Bagus, dia merasa malu.
"Alina?"Seorang laki – laki keluar dari toilet tamu dan menghampiri kami.
Aku menoleh dan mendapatkan ayah berdiri di dekat ku. "Kenapa baru pulang tengah malam? Tadi pihak sekolah menelepon ayah kamu memboloskan diri. Ayah khawatir seharian"Ujar ayah dengan sedikit guratan dalam wajahnya.
"Khawatir? Kenapa tidak mencari aku dari tadi?"Tanya ku dengan wajah termanis ku. Hanya berusaha menyindir. Dan, atmosfer canggung mulai menyelimuti kami bertiga.
"Dan, anda, nyonya? Masih bertamu tengah malam? Saya rasa itu tidak termasuk etika kesopanan dalam bertamu. Mungkin anda bisa pergi sekarang"Aku mencoba mengusir perempuan itu dengan halus. Berharap dia menyadari ketidaksukaan ku terhadap dia dan segera pergi dari muka bumi.
"O-h, eh-m, ya, baiklah. Saya pamit, Hans, nona kecil"Perempuan itu berdiri dan berjalan keluar dengan terburu – buru.
"Tidak, Ana, maaf, tunggu sebentar"Ayah mengejar perempuan itu yang sudah berlalu keluar.
Lihat? Ayah lebih memilih mengejar perempuan itu, kan? Khawatir katanya? Oh, ya, aku sangat yakin akan hal itu. Pahit, pahit, pahit, dan selalu pahit. Hidup ku pahit, selalu dan selamanya. Alina yang menyedihkan.
Aku berjalan ke ruang tengah, menghempaskan tubuh ku di atas sofa yang empuk. Lalu menghela nafas kasar. Hidup tidak seindah dalam film atau novel yang aku baca ternyata. Tidak semudah itu. Semuanya berantakan, hidup ku berantakan. Bunda, Edgar, ayah. Semuanya, aneh, menyebalkan, semua berantakan.
***
Hai, readers!
Hmm, part ini gimana nihh?
Aku sendiri sih lebih nge ship Alina-Edgar
Tapi, nanti kira - kira Alina sama Edgar apa sama Davin yaa?
Penasarann?
Tunggu next partnya oke?
Keep reading!
Terimakasihh
xxlovexx

KAMU SEDANG MEMBACA
Alina Untuk Edgar
Teen FictionKetika dunia hanya menyediakan kepahitan setiap harinya, Alina Catherine tidak pernah menyerah. Dia terus berjuang dalam hidupnya yang menyedihkan. Sampai satu kejadian membawa Alina bertemu dengan seseorang yang menjadi alasan dia hidup, alasan dia...