[Bab 5]

86 11 4
                                    

"Semua orang memiliki cerita hidup yang berbeda"

Malam ini aku menginap di rumah oma karena oma sedang sakit, aku dan Mile di tugaskan untuk menjaga oma untuk beberapa saat. Sementara oma sedang beristirahat dan di jaga oleh Mile, aku memilih untuk jalan – jalan sebentar dan mampir ke rumah Alina yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah oma.

Saat perjalanan ke rumah Alina, aku mendapati sebuah taman besar. Entah mengapa, aku berjalan menuju taman. Tapi, aku merasa takut dan seluruh bulu kuduk ku menaik. Pasalnya, aku mendengar suara seorang perempuan menangis.

Ketika menoleh ke kanan kiri, akhirnya aku menemukan seseorang sedang berdiri di atas jembatan, menangis sendirian. Ini menyeramkan untuk ku. Tapi, aku melangkah perlahan menuju orang itu.

Seakan terjadi perang di dalam pikiran ku, berdebat sendiri tentang itu adalah manusia atau hantu. Semakin dekat, aku merasakan jantung ku berdebar lebih cepat. Sampai ...

"Hei?"Aku menepuk pundak orang itu. rambutnya panjang, jadi aku rasa dia adalah perempuan.

"Eh?"Perempuan itu reflek berbalik kepada ku.

"Sorr--"Baru saja ingin mengatakan 'sorry', aku langsung membeku di tempat.

Pandangan kami bertemu, dan aku kembali melihat bola mata berwarna kecoklatan yang baru saja aku lihat kemarin. Kami bertatap dalam diam, perempuan itu .. perempun itu Alina. Dengan jelas, aku dapat melihat mata menawan milik Alina menandakan bahwa dia sedang bersedih, dia sedang kecewa. Tersirat luka yang sangat dalam dari mata yang sembab itu.

Selama beberapa saat kami saling berpandangan. Dan, tiba - tiba tanpa sadar, dengan lembut aku menariknya dalam pelukan ku. Aku memeluknya erat, seperti mentransfer kekuatan dari diri ku untuk Alina. Dia tidak menolak, hanya diam bergeming dalam pelukan ku. Melalui pelukan ini, aku seakan merasakan bagaimana hancurnya Alina sekarang. Walaupun dia sama sekali tidak menceritakan apa yang terjadi padanya sekarang.

Aku bisa merasakan dia menangis di dekapan ku. Segelintir cairan terasa pada baju tipis ku. Mengundang rasa pilu di antara aku dan Alina.

Dia sedang rapuh, dan entah kenapa hati ku tergerak dengan sendirinya untuk membantu Alina. Membantunya melewati semua badai ini. Dan pada malam ini, semesta yang sunyi lah menjadi saksi bahwa aku menguatkan Alina melalui pelukan hangat ku.

***

Semalaman setelah aku mengantar Alina pulang, aku tidak bisa lepas memikirkannya. Alina yang aku kira merupakan perempuan aneh yang pendiam, ternyata menyimpan sejuta kekelaman yang masih tidak aku ketahui. Perempuan itu misterius, rapuh, dan menyedihkan di saat yang bersamaan. Entah spesies perempuan apa dia, tapi aku yakin dia bukan lah perempuan manja dan tukang cari perhatian layaknya perempuan jaman sekarang.

Beberapa kali aku mencoba untuk tidak terus – terusan memikirkannya, tapi sama sekali tidak berhasil. Aku selalu kembali penasaran dengan Alina, menimbang – nimbang apakah aku harus ke rumahnya atau tidak. Sungguh, aku khawatir dengannya, tapi aku sama sekali tidak dekat dengan Alina. Bagaimana jika dia malah mengusir ku dan meminta ku untuk melupakan semalam? Oh, tidak untuk seorang Edgar.

Tiba – tiba ringtone handphone ku yang sudah berbunyi beberapa kali, sukses membuat pikiran ini buyar. Dengan malas, aku meraih ponsel yang berada di nakas samping tempat tidur. Aku membaca ID Caller dan melihat nama Zoe di sana.

"Halo?"Aku menekan tombol hijau dan menyambut telepon dari Zoe itu.

"Pagi, Sayang! Kamu udah sarapan?"Tanya Zoe basa – basi.           

Alina Untuk EdgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang