Zero

391 19 19
                                    

"Baik anak-anak silahkan pulang. Jangan lupa mengerjakan tugas kelompok. Paling lambat lusa." Kata Bu Afi. Lalu ia keluar dari kelas dan terdengar sorak gembira dari kelas itu.

Nisa pun segera membereskan barang-barangnya. Lalu ia menghampiri meja Aldi. Begitu pula dengan Naila dan Irfan. Mereka juga menghampiri meja Aldi.

"Eh kita jadinya ngerjain tugas di mana nih? Kalo di rumah gue, kayaknya ga bisa. Soalnya adek gue masih kecil-kecil, nanti malah ngegangguin kita." Kata Irfan memulai percakapan. Yang lain hanya terdiam sambil berpikir.

"Di rumah gue juga kayaknya ga bisa. Lagi direnovasi soalnya." Kata Naila sambil mengetuk-ngetuk meja Aldi dengan jarinya.

"Rumahku juga ga bisa. Soalnya lagi ada saudara yang nginep di rumah." Kata Nisa pelan.

"Berarti yang bisa cuma di rumah lo di. Di rumah lo boleh?" Tanya Irfan.

"Boleh kok. Jam 3 ya. Gue cabut dulu." Jawab Aldi sambil mengambil tasnya lalu berlalu dari hadapan mereka.

"Set dah. Jadi cowok irit amat ngomongnya." kata Naila menggeleng-gelengkan kepala. Nisa hanya tersenyum tipis. Lalu ia pamit untuk pulang.

***

Nisa pulang dengan menaiki sepedanya. Hitung-hitung sambil merasakan semilir angin yang berhembus.

Rumah Nisa tidak jauh dari sekolah. Hal itu menunjangnya untuk berhemat uang saku. Nisa pun sampai dan segera memarkirkan sepedanya di garasi lalu masuk ke dalam rumahnya.

Ternyata Qila, ibunya sudah menyambut Nisa di depan pintu. Saudaranya sudah datang sedari tadi. Namanya Irbah Fadhilatunnisaa. Orangnya tinggi dan cantik. Walaupun anaknya pendiam, tapi kalau sama orang terdekatnya, ckckck ga usah ditanya. Ribut melulu.

"Halooo adek kecil, udah gede ya sekarang." Sapa Irbah seraya tersenyum. Sedangkan Nisa hanya mengerucutkan bibirnya. "Nih oleh-oleh buat kamu. Mau gaa? Kalo ga mau buat aku aja nih."

Nisa pun segera merebut oleh-olehnya dan tersenyum senang. "Makasih kakakku yang ngeselin, tapi baik."

Nisa pun segera berlari menuju kamarnya dan meninggalkan Irbah yang terlihat marah-marah. Qila yang melihat hal itu hanya tersenyum.

***

Lelah. Satu kata yang mendeskripsikan keadaan Nisa sekarang. Setelah sekolah seharian, ditambah pr dari beberapa mata pelajaran membuat kepalanya pusing. Tanpa mengganti seragamnya, Nisa memejamkan matanya dan masuk ke dalam alam mimpi.

***

Mata Nisa mengerjap-ngerjap, matanya menyesuaikan cahaya yang datang. Setelah matanya terbuka sempurna, ia melihat jam yang berada di atas nakas. Mata Nisa melotot melihat waktu yang tertampang dengan indahnya di jam itu. Tanpa basa-basi, Nisa langsung loncat dari kasurnya dan pergi mandi.

Bagaimana Nisa tidak kaget, jam sudah menunjukkan pukul 14.50.

***

Nisa baru saja sampai di depan rumah Aldi. Sayangnya ia telat 3 menit dari waktu yang sudah disepakati. Nisa pun memencet bel dan menunggu seseorang yang akan membukakan pintu untuknya.

Muncullah seorang wanita. Nisa pun mengucap salam pada wanita itu. "Adek temannya Aldi?" Nisa hanya mengangguki pertanyaan dari wanita tersebut.

"Ayo atuh masuk. Aldi dan teman-temannya sudah berkumpul dari tadi. Mari saya antar." Kata wanita itu sopan. Setelah menutup pintu, Nisa mengekori wanita itu ke dalam rumah Aldi.

Benar saja, mereka sudah menunggu Nisa sedari tadi. Nisa pun segera menghampiri mereka.

"Hei, maaf baru dateng. Soalnya tadi ada sedikit kekacauan." Kata Nisa.

"Ya udah gapapa. Yuk kita mulai." Kata Naila.

###

Halooo kembali lagi dengan saya :'D. Cerita ini dibuat karena temen yang minta buatin cerita tentang piano. Btw, nama-nama tokoh yang ada di sini terinsipirasi dari dunia nyata.

10Apr17-30Apr17

Piano dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang