Nisa kesal sekali dengan sikap Aldi yang seperti itu. Namun, seketika ia ingat jaket Reyhan yang belum ia kembalikan. Segera ia menuju ke kursinya, tanpa menghiraukan Aldi yang bingung.
Reyhan dengan Andi, yang merupakan teman sekelas Nisa, sedang mengobrol saat Nisa menghampiri meja mereka.
"Re, ini jaketnya. Makasi ya," kata Nisa seraya tersenyum. Belum sempat Reyhan mengambilnya dari tangan Nisa, Andi sudah lebih dulu menyambar jaket itu.
"Wah, makasih ya Nis," Andi berkata sambil tertawa. Entah mengapa, Nisa merasakan sesuatu yang berbeda. Seperti ada yang memukul dirinya dari dalam sehingga jantungnya berdetak lebih cepat.
"Eh, eh iya. Aku balik mau, eh maksudnya aku mau balik dulu ya," ia berkata sambil gugup. Andi yang melihatnya gugup, hanya tersenyum kecil. Sedangkan Reyhan, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Eh, ya udah ya. Aku balik ke kursiku," Nisa berbalik dan meninggalkan meja Reyhan dengan tergesa. Tanpa Nisa ketahui, saat ini Reyhan sedang merebut jaketnya kembali dari tangan Andi.
***
Bel istirahat siang hari berbunyi. Nisa dan kedua sahabatnya segera pergi ke kantin untuk membeli makan siang.Selagi makan mereka mengobrol. Mulai dari episode baru film sadis yang minggu lalu mereka tonton tentang korban mutilasi yang ususnya tercerai berai hingga kabar angin bahwasanya akan ada murid baru di kelas XI yang baru masuk pertengahan semester awal ini.
Tak lupa, Firda dan Diva menggoda Nisa yang akhir-akhir ini dekat dengan Aldi. Nisa hanya menggerutu, kesal karena mereka yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan Aldi.
Selepas makan, mereka bergegas pergi ke mushala untuk melaksanakan ibadah. Belum selesai mereka kembali memakai sepatu, bel sudah berbunyi. Mereka segera berlari tanpa menghiraukan tali sepatu yang belum kencang terikat.
Sampai di kelas, mereka langsung menghambur ke kursinya masing-masing. Tak lama setelah duduk, Nisa merasa ada yang aneh dengan kursi yang ia duduki. Ia pun berdiri dan mendapati rok belakangnya kotor, belepotan dengan saus. Bertepatan waktunya dengan guru sejarah yang masuk.
Diva yang duduk tak jauh dari Nisa, melihat hal itu. Diva pun maju dan melaporkan hal tersebut . Diva diminta untuk menemani Nisa mengganti roknya. Dengan senang hati Diva menemani Nisa. Setidaknya ia terlepas beberapa saat dari guru sejarah yang killer nya minta ampun itu.
***
"Makasih ya Div mau nemenin Nisa," Nisa membuka percakapan diantara mereka.Saat ini Nisa berada di UKS. Entah mengapa saat di toilet tadi, Nisa merasa kepalanya pusing. Diva pun kembali mengantar Nisa ke UKS.
Tidak ada seorang pun yang berjaga di sana. Untunglah Diva anggota PMR.
"Sebenernya ada apa sih? Kok Diva lihat akhir-akhir ini kamu sering dijailin?" dengan tumbennya, Diva berbicara lebih banyak pada Nisa.
Nisa tertegun, bingung harus menjawab apa.
"Hmm, aku bingung mau cerita atau enggak. Aku takut kalau aku cerita nanti Diva malah bales dendam sama mereka," Nisa menunduk.
"Siapa juga yang mau bales dendam, orang Diva cuma nanya," jawab Diva cuek.
Nisa mendongakkan kepalanya. Ia kira Diva sudah mulai terbuka dengannya, namun ternyata pemikiran itu salah total.
Nisa malu dan kecewa sendiri dengan pemikirannya. Dengan sedikit terpaksa ia menceritakannya pada Diva.
"Jadi gini, aku sering dijailin sama Fita dan temen-temennya cuma karena ngedeketin Aldi. Padahal kan niatku bukan begitu. Tapi jangan bilang-bilang Firda ya, nanti dia heboh sendiri."
###
HAHAH GANTUNG😂😂 jangan lupa vote dan sarannya. Maaf atas film sadis-nya karena saya emang suka film gore:v maaf atas typo nya ya 😉
11Sept17-13Sept17
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano dan Cinta
Teen FictionAldi adalah seorang pecinta piano. Cintanya pada piano melebihi cintanya pada segala sesuatu. Aldi selalu memberi perhatian lebih pada pianonya. Ia tidak mengizinkan siapapun menyentuh pianonya kecuali dirinya. Pada suatu hari, Nisa yang berkunjung...