Nijuuichi

66 11 2
                                    

Sebenarnya kita ini apa? Temankah?

***

Nis, kita taruhan yok.

Kalau nilai ujian gue lebih tinggi, lo harus mau nemenin gue ke concour.

Kalau nilai gue lebih rendah, lo harus nurutin apa kata gue.

Gimana?

***

Ga kerasa ujian udah mau mulai dan bentar lagi concour juga mulai. Nisa dan Aldi sama-sama bekerja keras untuk mendapatkan hasil terbaik di ujian kelulusan ini. Apalagi karena taruhan itu. Mereka semakin menjauh karena kesibukannya masing-masing. Jarang sekali bahkan tidak ada waktu untuk mengobrol secara langsung walaupun mereka sekelas. Mereka lebih banyak mengobrol lewat sosial media.

"NI..."

"DI, BURUAN WOI. BU ETNI NUNGGUIN KITA NOH. NANTI KEBURU DI TAMBAHIN HUKUMANNYA."

Aldi segera menghampiri Arkan dan kembali menyadari adanya jarak tak terlihat antara dia dengan Nisa. Sungguh, dia mulai merasa sedikit kesepian sekarang.

"Di, lu beneran mo ikut concour?" Arkan membuyarkan lamunannya di tengah perjalanan menuju kantor guru.

"Eh, eh, iya Kan. Kenapa emang?"

"Gue boleh ikut ga? Sekali-kali gue liat lo main piano tapi untuk lomba. Boleh yak an? Secara kan gue sahabat terbaik lo nih, lo harus..."

Aldi sudah tidak mendengarkan ocehan Arkan. Ia malah mengingat taruhannya dan tak sabar menanti datangnya hari itu.

"Di? Lu kenapa dah senyum-senyum sendiri?" Aldi yang tadi tersenyum segera kembali memasang wajah datar.

"Ga papa kok. Tapi pokoknya lo ga boleh ikut. Titik. Ga ada protes-protes." Aldi berjalan lebih cepat dari Arkan sebelum sahabatnya itu protes.

"Woi Aldi tunggu, kenapa gue ga boleh ikut?" teriak Arkan seraya setengah berlari.

Iya, Aldi tak sabar menunggu hari itu datang.

***

"AKHIRNYA SELESE JUGAA, BEBAS NIH GAAEZ." Arkan menyahut keras di kelas itu setelah pengawas ujian keluar. Terdengar gemuruh teriakan kebebasan di kelas itu.

Aldi menatap mereka malas dan segera menyalakan hp nya. Barangkali ada chat yang masuk. Tapi dia mikir juga, emang ada yang mau mengechat nya ya?

Eh ada deh, notif dari Fita. Tunggu, Fita itu siapa? Aldi sampai sekarang masih tidak tahu siapa itu Fita. Notif nya sudah 999+. Bahkan Aldi tidak sadar kalau ia memiliki notif 999+ dari sebuah pc.

Ternyata tak ada notif pc yang masuk selain dari Fita tentunya. Ia pun hanya meng-scroll sosmed nya yang lebih banyak notif dari oa oa galau. Aldi menghela napas kasar.

"Melelahkan."

***

Di lain kelas di waktu yang sama, kelas Nisa juga sangat berisik. Tapi lebih banyak berisik dari rumpi-rumpi anak cewek.

"Nis, ke Seahorse lagi yuk." Ajak Reyhan yang sekarang wajahnya sangat sumringah. Nisa tersenyum tipis dan menggeleng.

"Loh, kenapa?" ini Reyhan yang ngomong ya bukan Afika.

"Ga mau aja." Reyhan pun mengiyakan sambil mengangguk lesu.

"Nis, lo kenapa sih? Kita liat akhir-akhir ini lo sering cemberut, abis itu ngelamun, abis itu senyum-senyum ga jelas, abis itu marah-marah sendiri, abis itu..."

"Ga kenapa-napa kok," jawab Nisa sambil tersenyum. Firda memasang tampang kesal. Tentu saja, siapa yang gak kesal mendengar kalimat 'ga kenapa-napa' padahal aslinya 'ada apa-apa'.

"Eleh, pinter ya lu ngeles."

***

Pengumuman nilai ujian pun tiba. Mereka mendapatkan sepucuk surat yang menyatakan nilai mereka. Terdengar sorak sorai kebahagiaan karena nilai yang mereka dapatkan bagus-bagus.

Nisa melirik Aldi yang ternyata juga sedang meliriknya. Mereka saling tersenyum dalam diam. Nisa mengangkat jarinya dan membuat pola angka tanpa mengubah mimik wajahnya, begitupun Aldi. Tak peduli berapa nilai yang mereka dapatkan, mereka akan tetap pergi ke concour berdua, hanya berdua.

###

Wiwiwiwiwiwiwiw, gue juga ga ngerti kenapa bisa buat cerita kek begini *har har*. Udah ah saya pamit. Maap kalo ada typo :)

Jangan lupa VOTE dan COMMENT ya gaez.

Arigatou gozaimasuヽ(`・ω・´)ゝ

110318

Piano dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang