"Apaan si lo, lebay ah pake nangis segala." Aldi memalingkan wajahnya ke arah lain mendengar Nisa menangis. Memangnya hidupnya sedramatis itu ya?
"Aldi mah ngerusak suasana aja, lagi sedih juga," Nisa terisak.
"Udah lah lo cepetan pulang sana, Reyhan nungguin lo kan."
NISA KAGET GAIS. Bagaimana Aldi bisa tahu kalau ia ada janji dengan Reyhan?
"Muka lo biasa aja dong, gosah kek abis ketemu kuntilbapak." Dengan cuek yang teramat cuek Aldi berkata sedemikian.
"Apa sih Di? Emangnya Aldi tau dari mana? Aldi nge-stalk Nisa ya?"
"Amit-amit, Nis. Tapi bener kan?" tersirat maksud aneh di dalam kalimat itu.
"Bener kok, jadi?"
"Karna gue ganteng dan baik hati makanya gue tau, keren kan?" Nisa merasa mau muntah dengan ucapan Aldi.
"Ish serius Di." Sekarang ia heran kenapa sifat Aldi berubah 180 derajat dibandingkan saat-saat kemarin. Namun tetap saja Aldi cuek. Menurutnya.
"Sejak kapan gue bercanda?" Nisa pun menghela napas lelah karena dikerjai oleh Aldi.
"Ya udah la, Nisa pergi dulu ya."
Nisa bergegas pergi menuju parkiran sepeda dan pergi menuju Café Sea Horse. Aldi menatap lamat-lamat mantan babunya itu dan menghela napas.
Si Nisa lama amat si, dari tadi ditungguin juga. Apa dia lupa terus pulang duluan kali ya? Reyhan merutuki dirinya sendiri saat kelupaan untuk mengajak Nisa pergi bareng.
Tadinya Reyhan dipanggil terlebih dahulu oleh wali kelasnya. Ia kira ia yang terlambat, ternyata sudah 15 menit Reyhan menunggu batang hidung Nisa masih tidak nampak.
"Maaf Rey." Reyhan berbalik badan dan mendapati Nisa yang ngos-ngosan.
Reyhan membuang mukanya kesal. Darimana saja anak itu? Ditungguin dari tadi juga. Hampir saja Reyhan membusuk di sana karena menunggu Nisa. Oke fix alay.
Reyhan terlalu baper. Bibirnya sempurna melengkung 180 derajat ke bawah. Cemberut.
Sekarang saja ia sudah menutup wajah dengan tangannya, tak acuhkan Nisa yang sedari tadi bertanya. 10 menit yang terbuang percuma.
Kesal juga Nisa lama-lama. Ia pun mengambil air putih yang dipesannya. Ditumpahkannya air itu sedikit ke tangannya lalu ia cipratkan ke Reyhan berkali-kali. Tentu saja Reyhan kebasahan.
"Ish diem Nis."
"Lah kamu dari tadi diajak ngobrol malah dikacangin."Nisa mendengus kesal.
"Kamu dari mana tadi? Lama amat. Ditungguin juga." Kata Reyhan tajam.
"Hehehe, tadi diajak ngobrol dulu sama Aldi." Nisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ya elah, tu curut lagi. Gue bogem tau rasa ya, tentu saja Reyhan berkata dalam hatinya.
"Nisa harus cerita ga nih? Kalo engga Nisa pulang aja," Nisa mengambil tasnya dan siap untuk pulang.
Mau tak mau Reyhan pasti protes. Akhirnya Nisa menceritakannya dari awal sampe akhir sesingkat, sepadat, dan sejelasnya.
***
Line.
Aldi baru saja selesai memainkan piano nya. Belum sempat Aldi melihatnya. Ibunya malah mengambil hp nya lalu ditaruh di saku celemek.
"Ada apa si ma?" tanya Aldi dengan kesal.
"Kamu mau nyoba ikut concour?" Aldi memiringkan kepalanya bingung.
"Hah?"
"Kamu mau nyoba ikut concour ga? Mama sih ngedukung aja." Secara tak langsung, Feby menyuruh anaknya ikut.
"Terserah mama deh, Aldi mah ikut aja. Oh iya, papa mana?" Aldi pasrah aja.
"Tuh lagi mandi. Kayaknya papa mu itu kecapekan banget." Feby menggelengkan kepalanya mengingat Thival, papanya Aldi yang gila kerja. Aldi pun menghela napas.
"Ya udah, kamu buruan mandi gih. Ibu mau lanjut masak nih." Ibunya kembali ke dapur sambil bersenandung ria. Mungkin karena Aldi menurutinya.
Aldi baru ingat ibunya masih membawa hpnya. Ia pun segera menyusul ibunya lalu meminta hpnya.
Aldi menyalakan hpnya dan tersenyum tipis namun terlihat jelas ia sedang senang. Aga-aga ga jelas emang dia mah. Sampe-sampe ibunya hampir saja mengiranya gila kalau saja ia bukan anaknya.
"Sehat Di?"
Aldi tersentak, "Eh mama." Dia pun langsung kabur ke kamarnya.
###
HAYOO, ALDI DI CHAT SAMA SAPA TUH SAMPE SENYUM-SENYUM SENDIRI. PADA PENASARAN GA NIH? KALAU ENGGA YA UDAH DEH. TAPI KALIAN HARUSNYA PENASARAN *MAKSA GAIS*.
Selamat tahun baru yaa semuaaa *telat ryl telat*
Ga kerasa yah udah 20 part aja. Mungkin ya mungkin ga lama lagi bakal tamat *yeee*. Maaf kalau ternyata cerita ini kurang memuaskan pembaca, konfliknya ga jelas dan kurang terlihat, terlalu menye-menye dan sulit dipahami *seperti dia aseek :v*. Saya juga masih butuh banyak berlatih agar cerita saya selanjutnya dapat benar-benar hidup *bukan maksudnya jadi manusia gitu ya-_-*. Eh ko jadi curhat gini ya :v
Jangan lupa VOTE dan COMMENT ya gais. Kalau kalian suka sama cerita ini *ada ga ni?* jangan lupa beri dukungan dan juga share ke temen-temen kamu*maksa bat si* :'3
Jangan lupa bilang kalau ada typo ya.
ありがとう ございます。(灬ºωº灬)
26Dec17-29Dec17

KAMU SEDANG MEMBACA
Piano dan Cinta
Teen FictionAldi adalah seorang pecinta piano. Cintanya pada piano melebihi cintanya pada segala sesuatu. Aldi selalu memberi perhatian lebih pada pianonya. Ia tidak mengizinkan siapapun menyentuh pianonya kecuali dirinya. Pada suatu hari, Nisa yang berkunjung...