Beberapa bulan setelah kejadian Zalfa piket sendirian, Iman semakin gencar mengerjai Zalfa. Mulai dari ngacak-ngacak kerudung Zalfa, setiap hari minjem pulpen eh bukan minjem deh, minta. Sampai-sampai Iman selalu nge-request untuk duduk di belakang Zalfa. Tapi saat ini Iman sedang duduk di samping Zalfa. Tentu saja sambil menjahilinya.
Sebenernya sih, Iman udah punya pacar dari kelas sebelah. Cantik si, cuma cuek. Mungkin karena haus perhatian si Iman malah modusin Zalfa kali yak.
Siang ini terlalu terik, awan terlihat sangat-sangat tipis. Setipis keinginan belajar kelasnya Zalfa.
"Ayo Ibu bagi kelompoknya ya," seorang guru seni berdiri di depan siswa-siswanya yang mulai merusuh .
'Yah Ibu, bosen tau.'
'Masa kelompok lagi Bu?'
Berbagai penolakan terdengar hingga ke luar kelas mereka.
"Zaki, Azka, dan Rara." ................ Hingga akhirnya.
"Yang terakhir, Dian, Zalfa, dan Iman."
"JIR, DIAN JADI OBAT NYAMUK."
"Wah Ibu, SAYA GA MAU SEKELOMPOK SAMA IMAN!"
"MAKASIH LOH BU, SAYA SANGAT BERSYUKUR BISA SEKELOMPOK SAMA JALPEH."
Iman sudah berlari-larian di sekeliling kelas sambil berteriak tidak jelas.
***
Sudah beberapa menit berlalu dan wajah Zalfa masih di tekuk kesal. Iman juga ngegodain Zalfa mulu. Sedangkan Dian tentu saja mengerjakan tugas itu sendirian.
"Assalamu'alaikum."
Suara itu menjadi pusat perhatian karena sosok itu baru datang di jam pelajaran terakhir. Kurang kerjaan kan? Tapi yang penting sih dia masuk sekolah ya.
Dengan santainya sosok itu berjalan masuk dan duduk di kursi belakang yang kosong. Sedangkan gurunya menggeleng-gelengkan kepalanya memaklumi sosok itu.
"Baeki, kamu masuk kelompok Dian ya. Kasian Dian ngerjain tugas sendirian."
Sang guru pun keluar dari kelas. Ga tau pen ngapain. Mo modus sama guru kelas sebelah kali ye?
Dian yang tadinya mengantuk dan bosan seketika segar kembali. Wajahnya pun sangat semringah. Baeki pun segera menghampiri kelompok Dian sambil menyeret kursinya.
"Baeki, kamu ngerti yang ini ga?" tanya Dian modus.
"Ish, dibilangin jangan manggil gue Baeki. Ga usah sok akrab. Panggil aja Eki apa susahnya si?"
Siapa si yang ga sakit hati ditolak sama calon gebetan sendiri? Eh Dian enggak deh.
"Ya udah si Ppa nyelo dikit." alis Baeki menaut tak paham.
"Maksudnya Ppa apa ya?"
"Ppa tuh Oppa, Ki."
"Eh lu anjir lo kira gue kakek-kakek apa? Gue masih muda gini, masih ganteng, masih mulus, dikata aki-aki. Punya mata kan lo?"
Sekelas langsung ketawa mendengar teriakan Baeki tersebut. Tentu saja kelas mereka yang 75% nya merupakan kaum K-Pop-ers, tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Tapi dari kaum sisanya juga sama aja si, tetep ketawa.
"Oppa tu artinya kakak laki-laki say, bukan kakek." sahut salah seorang siswa.
"Anjay, lu yaoi, Jar? Kasian Zahra nya lu duain sama Baeki."
Tawa kembali menggelegar di kelas itu. Dua kali lipat lebih besar dari pada saat Baeki ga ngerti apa itu Oppa.
"WOI UDAH WOI BERISIK. NANTI UMI MARAH GAEZ." teriak Manyu selaku ketua kelas. Umi adalah sebutan untuk kepala sekolah mereka yang sering banget mondar-mandir ngecekin kelas. Model-model kepsek di Upin Ipin lah.
"Manyu bacot aja, takut kena poin pelanggaran mah bilang. Mentang-mentang poin pelanggaran lu sedikit."
Teriakan mengejek pun menggema di kelas itu.
Ni napa cerita gue melenceng amat yak:v? oke back to JaIm.
Ntah mengapa tiba-tiba lantai terasa bergetar. Apa mungkin si Abdul selaku siswa paling besar-badannya di kelas mereka lagi lompat-lompat? Tapi kayaknya engga. Soalnya muka si Abdul juga keliatan panik.
"WOI GEMPA WOI GEMPA."
Teriakan itu berhasil membuat seluruh anak panik. Mereka berhamburan keluar dari gedung sekolah.
Zalfa hanya bisa terpaku, tak dapat bergerak sama sekali. Baginya ini pengalaman gempa pertama yang paling mengesankan baginya. Eh, menyeramkan maksudnya.
Tiba-tiba tangan Zalfa ditarik oleh seseorang menuju luar gedung. Ramai sekali teriakan di sana. Padahal mah gempanya ga seberapa, tapi hebohnya itu loh.
Beberapa anak juga malah mengabadikan kejadian langka ini lewat hp nya. Coba aja kalian liat Instasalt, pasti banyak tuh snapsalt alay.
Contohnya kek "Ichh, acku baru petamach kalich kenach gempach." atau "Anjin*, ada gempa. Mana gue belom ketemu cewe gue lagi, semoga dia ga kenapa-napa deh." Ada lagi yang kek gini, "Ada gempa, tapi diselamatin bebep ayank ku jadinya aku selamat dech. Makasih ayank bebep ku."
Pokoknya bayak banget snapsalt alay. Tuh kan melenceng lagi -_-
"Jalpeh ga kenapa-napa kan?" tanya orang yang tadi menarik tangan Zalfa.
Dian. Bukan Iman.
"Ga papa kok Di, Dian juga ga kenapa-napa kan?" Dian tersenyum sambil mengangguk.
Pada akhirnya Dian mengajak Zalfa duduk dan Zalfa hanya dapat mengikuti. Dian pun pamit untuk membeli minum. Ntah kenapa Zalfa rasanya ingin nangis. Padahal ia tidak kenapa-napa.
Pluk.
Ada yang menepuk kepala Zalfa. Zalfa pun melirik ke sebelahnya, ternyata Iman.
"Kalo mo nangis, nangis aja. Gosah ditahan."
Tentu saja Zalfa ingin nangis, tapi malunya itu loh.
"Apa si lo pegang-pegang, lepas." Zalfa mengamuk yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
"B aja ge Jal. Gosah ngamuk. Kalo mo ngamuk noh sama temen lo di kebun binatang." Iman tertawa terbahak-bahak. Emang receh dia tu ya. Sedangkan Zalfa tersenyum masam dengan tatapan mengerikan.
"YANG MERASA KELAS 12 IPS 1 KUMPUL DI SINI." kedenger banget suara Manyu yang lagi nyariin temen sekelasnya.
"Ayok Jal, datengin si Manyu keburu dia manyun duluan nungguin kita." Iman menyodorkan tangannya.
Tentu saja Zalfa tidak akan meraihnya. Zalfa beranjak dari duduknya lalu meninggalkan Iman dengan wajah datar. Sekarang gantian Iman yang tersenyum masam. Ia pun segera menyusul Zalfa.
###
Hello gaizz, MAAP BANGET BARU APDET SEKARANG. UDAH BERAPA BULAN NIH, GOMEN NASAI MINNA. TAPI YANG PENTING GUE UDAH APDET NYA. SEBAGAI TANDA KEMERDEKAAN DARI PTS :3 Maap kalau ada typo ya gaez.
#BaekiDariKoreaTapiGaTauArtinyaOppa :v
Jangan lupa VOTE dan COMMENT yaa.
Arigatou gozaimasu ヽ(`・ω・´)ゝ.
Gue lupa kapan buatnya .-. -110318
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano dan Cinta
Teen FictionAldi adalah seorang pecinta piano. Cintanya pada piano melebihi cintanya pada segala sesuatu. Aldi selalu memberi perhatian lebih pada pianonya. Ia tidak mengizinkan siapapun menyentuh pianonya kecuali dirinya. Pada suatu hari, Nisa yang berkunjung...