Yon

124 13 6
                                    

Kerupuk

-----

Lo kenapa sih
sama Nisa?


Loh kenapa
emang?

Katanya lo marah
gara-gara dia
ngerusak senar piano.

Kenapa lagi sih sekarang?

Puk, lo kan tau gue
masih belum bisa
ngelupain hari itu.

Ya tapi ga gini juga Di.
Kasian Nisa.

Kan gue juga udah
bilang, gue bakal bantu
lo lupain hari itu.

Sekarang? Sekarang
aja gue masih belum
bisa ngelupain hari itu.

Masih mau bilang lo
bakal bantuin gue?

Iya, gue tau lo belum lupa.

Tapi seenggaknya
gue udah berusaha Di.

Oke-oke.

Terserah lo mau apa.

Gue udah capek denger
lo bilang kayak gitu.

Dengerin gue dulu Di.

Tolong jangan ngechat
gue sampe besok oke.

***

Besoknya, Nisa kembali menunggu Aldi. Namun, terlihat ia membawa sebuah kantong kertas.

"Di," sapanya saat Aldi berada di depan kelas.

Aldi tidak merespon. Tatapannya dingin seolah-olah ingin membunuh Nisa sekarang juga.

"Aldiii, Nisa minta maaf. Nisa tau Nisa salah, tapi tolong maafin Nisa," pintanya sedikit merengek.

"Ga mau." jawabnya sambil melengus masuk ke kelas.

"Nisa ga bakal menyerah sampe Aldi mau maafin Nisa." katanya pada diri sendiri. Ia pun mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas. Warga kelas pun dibuat kebingungan oleh tingkah Nisa.

***

"Nelaaa, bantuin Nisa dong," pintanya saat bel sekolah sudah berbunyi.

"Bantuin apa Nis?" tanya Naila sambil membereskan bukunya.

"Bantuin cariin hadiah untuk Aldi," jawab Nisa. Mata Naila membelalak mendengar penuturan Nisa.

"Hadiah? Hadiah buat apa Nis?" Naila menguncang-guncangkan tubuh Nisa. Nisa pun merasa pusing.

"Nela diem dulu geh. Nisa pusing nih," Naila pun menurunkan tangannya dari pundak Nisa, lalu berdeham.

"Jadi....maksudnya Nisa hadiah apa?" kata Naila sambil memegang dagunya. Nisa hanya memutar matanya malas melihat Naila.

"Hadiah biar Aldi ga marah lagi sama Nisa," Naila kembali berdeham.

"Terus Nisa mau ngasih hadiah apa?"

"Nggak tau, hehe," jawabnya dengan cengiran lebar. Sedangkan Naila hanya menunjukkan wajah datarnya. Lalu ia memukul kepala Nisa pelan.

"Aduh. Sakit Nel," Nisa mengusap-usap bagian kepalanya yang dipukul Naila tadi.

"Ya udah, nanti sore gue temenin Nisa nyari hadiah. Mau janjian di mana?"

"Di Joewalan aja." (ps: serius ini ngarang😂)

"Oke. Nanti gue chat lagi ya."

"Siap."

***

Nisa sudah siap-siap sejak tadi. Tadi di chat Naila bilang akan menjemputnya jam 4. Baru aja Nisa selesai shalat, Naila sudah datang.

"Nisaaaa, temenmu dah dateng," teriak Qila dari luar.

"Iyaaa bu," jawab Nisa sambil membereskan mukena.

Setelah dirasa siap, Nisa pun keluar dari kamarnya dan menghampiri Naila yang sedang mengobrol dengan ibunya.

"Nel," katanya pelan. Naila dan ibunya menengok ke arahnya.

"Cieee, mau beli hadiah buat siapa tu," goda ibunya sambil berdiri dari sofa lalu mencubit pipi Nisa. Pipi Nisa malah memerah seperti tomat.

"Ihh apaan sih bu," Nisa menurunkan tangan ibunya dari pipinya sedangkan ibunya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Nisa. Naila juga ikut tertawa melihat Nisa.

"Cieee anak ibu udah gede, udah berani ngasih hadiah buat cowo," wajah Nisa kembali merah karena perkataan ibunya.

"Kalau ibu masih aja ngegoda Nisa, nanti Nisa ngambek. Ga mau ngomong lagi sama ibu," Nisa menyilangkan kedua tangannya lalu memalingkan wajahnya.

"Oke-oke ibu ga bakal godaan Nisa lagi. Tapi yang bener pilih hadiahnya, biar cowo itu seneng," sekarang ibunya terlihat seperti sedang menasihati Nisa.
Nisa hanya mendengarnya dengan malas.

###

Hai klean. Akhirnya part ini up juga. YEAY DOUBLE UPDATE🎉🎉Maaf kalo ada typo. Saya ga tau mau ngomong apa. Maap juga telat up nya soalnya baru dapet wifi ehe

Saya, beserta pemain (ceilah bahasa gue, najis serius-,-) mengucapkan MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN KEPADA KALIAAAN. Semoga thr nya cair ye wkwkwk😂 dadah👋 yang mudik oleh-oleh jan lupa ya.

Jangan lupa tinggalkan vote dan comment:3

17Jun17-20Jun17

Piano dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang