Jūroku

104 13 10
                                    

"Mau nembak Ka Aldi." Nisa tercengang dengan apa yang Maura katakan. Maura tertawa melihat reaksi Nisa.

"Hahaha, bercanda lah. Ya kali baru kemaren ngeliat langsung nembak," Maura masih tertawa. Kalau mau tahu, wajah Nisa sekarang sangatlah kebingungan.

"Maksudnya nembak tuh nembak mati gitu?" dengan polosnya Nisa bertanya sedemikian. Maura melotot karena perkataan Nisa.

"Duh ka, gimana sih? Masa ga tau nembak itu apa," Maura menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Masih dengan polosnya Nisa menggelengkan kepalanya.

"Hmm, gimana ya? Susah juga kalo dijelasin. Eh, Ka Aldi nya mana?" Maura melongok ke dalam kelas, mencari-cari Aldi.

"Eh Aldinya lagi pergi ke luar kayaknya."

"Ya udah deh, Maura mau balik ke kelas dulu, bentar lagi bel. Salam ke Ka Aldi ya," katanya sambil berlari menjauh.

"Iya," jawab Nisa pelan, sangat pelan.

Ini kenapa lagi sih? Nisa memukul- mukul kepalanya dengan tangan. Tiba-tiba Aldi datang.

"Lo kenapa sih?" Sontak Nisa dikejutkan oleh kehadiran Aldi.

"Eh, gapapa."

"Tadi si anak baru itu ya?"

"Iya, kok tau?"

"Tau lah, keliatan dari muka lo." Aldi menatap Nisa datar.

"Emang muka Nisa kenapa?"

"Kayak khawatir sama sesuatu?"

Nisa terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.

***
"Nis, minta id line lo dong," kata Aldi saat pulang sekolah.

"Buat apaan emang?"

"Buat jaga-jaga kalau di luar sekolah gue butuh lo," Aldi menyodorkan hpnya.

"Ooh," Nisa mengambil hp Aldi dan mengetikkan id line nya. Setelah itu ia balikkan kembali.

"Nis!" teriak seseorang.

Nisa menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Reyhan berjalan mendekatinya. Aldi menatap Reyhan tak suka, namun Reyhan mengabaikannya.

"Nis, pulang bareng yuk," ajak Reyhan dengan penuh pengharapan. Nisa bingung dan menatap Aldi meminta persetujuan. Tentu saja Aldi menolak.

"Nisa gak dibolehin sama Aldi, Re," Reyhan mencibir.

"Emang Aldi siapanya lo, Nis? Bukan bapak lo juga," kata Reyhan ketus. Aldi menatapnya tajam.

"Terserah gue dong. Lagian dia kan udah jadi BABU gue," Aldi menekankan kata 'babu' dan membuat Reyhan terkejut.

"Ngapain juga Nis jadi babunya Aldi, ga guna. Mending Nisa pulang bareng Rehan sekarang," kata Reyhan masih memohon.

"Gak. Pokoknya ga boleh. Nisa pulang sama gue," Aldi kembali menolak. Yang ditanya Nisa, yang jawab Aldi. Gimana sih?

Nisa bingung harus berbuat apa. Jadilah ia diam saja.

"Emangnya lo anak presiden? Anak gubernur? Anak walikota? Bukan kan. Ga usah ngatur-ngatur Nisa, ya kan Nis?" Nisa tidak menanggapi apa kata Reyhan.

"Tapi kan dia BABU gue. Dia pasti nurutin apa kata gue. Ya kan Nis?" Nisa masih saja tidak menjawab.

"Nisa berhak untuk pulang sama siapa aja, lo jangan ngatur dong."

"Dia juga berhak pulang sama gue kali."

Nisa makin pusing mendengar adu mulut mereka. Akhirnya Nisa angkat bicara.

"Udah sih. Nisa pusing dengerin kalian ribut terus. Lagian juga kan Nisa pulang biasanya sendiri. Kenapa kalian yang repot. Nisa pulang juga pake sepeda. Udahlah, Nisa mau pulang. Bentar lagi sekolah sepi, nanti dimarahin mama," tanpa mengucapkan pamit Nisa pergi menuju parkiran.

Reyhan dan Aldi hanya dapat menatap Nisa dari kejauhan. Tentu saja masih diiringi oleh adu mulut mereka.

###
:3
Maap up telat, soalnya minggu lalu saia ujian :')

Saya berencana buat nge-privat cerita ini karena ada beberapa masalah. So, menurut kalian gimana?

Koreksi ya kalau ada typo. Jangan lupa juga nih, tinggalkan VOTE dan COMMENT.

25Sept2017-9Okt2017

Piano dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang