San

147 16 5
                                    

"Ma-maaf, Di."

Aldi hanya mendengus dan segera berlalu dari hadapan Nisa. Nisa hanya menunduk sedih. Sebagian kecil dari teman sekelasnya yang melihat, hanya berbisik-bisik prihatin. Nisa pun segera duduk ke kursinya.

***

"Gimana Nis?" bisik Naila saat pelajaran sedang berlangsung. Naila duduk di belakang Nisa, sehingga ia dapat berbisik dengan Nisa.

"Aldi marah banget sama Nisa," jawabnya seraya menunduk.

"Gue bakal coba ngomong sama dia." kata Naila seraya menutup percakapan.

Sedangkan kepala Nisa semakin menunduk karena hal itu.

***

"Lo kenapa sih Di?" tanya Naila saat mereka hanya berdua. Naila meminta Aldi untuk menemuinya di parkiran. Tentunya tempat itu sepi.

"Kenapa apaan?" jawabnya cuek. Ia tidak tertarik membahas hal itu sekarang.

"Nisa mau minta maaf sama lo, tapi kenapa lo malah nolak permintaan maafnya? Lo gak kasian apa ngeliat Nisa tertekan kayak gitu? Jadi cowo kok ga punya perasaan," amuk Naila.

Aldi hanya mendengus mendengar ocehan Naila, "Lo ga tau apa-apa. Lo ga usah ikut campur sama urusan gue. Dan masalah kenapa gue ga mau maafin dia, itu ga ada hubungannya sama lo. Jadi mending lo ga usah bantuin dia untuk berusaha minta maaf sama gue karna gue ga bakal maafin dia."

"Seenggaknya lo kasih dia kesempatan Di. Kasih dia kesempatan untuk memperbaiki semuanya," pinta Naila. Namun Aldi kembali mendengus.

"Walaupun gue kasih dia kesempatan, tetep aja itu gak bakal ngubah kenyataan kalau dia ngerusak piano gue. Dah ya, gue pengen balik ke kelas," kata Aldi sambil membalikkan badannya lalu pergi.

"Di tolong kasih dia kesempatan Di. Aldi!! Woi Aldi!!" teriak Naila di saat Aldi mulai menjauh.

"Nyebelin amat si jadi orang," lalu ia mencibir.

***

Huh, apa-apaan dia. Seenaknya aja nyuruh gue maafin itu cewek. Lagian dia kan juga g atau masa lalu gue. Pake acara sok perhatian lagi. Kalo aja lo tau masa lalu gue, mungkin sekarang lo bakal nangis-nangis minta maaf kali ya, Aldi berkata di dalam hatinya.

Drrtt..drrtt.., Aldi pun langsung mengambil ponselnya dari saku celana.

Hm? Kerupuk? (Ps: Saya laper man teman -ω-)

***

"Loh, lo kenapa Nis?" tanya Firda yang merupakan salah satu sahabat Nisa. Nisa baru saja datang ke kantin dan menghampiri kedua sahabatnya.

"Iya, lo kenapa Nis?" tanya Diva yang juga sahabat Nisa. Melihat wajah Nisa yang murung, keduanya ikut bersimpati walaupun mereka tidak tahu alasan Nisa murung.

"Kumat deh sifatnya," kata Firda menyerah. Nisa adalah tipe orang yang bakal cerita kalo dia dikasih barang kesukaannya.

"Oke-oke, kita bakal beliin Nisa roti yang pedes, asalkan sekarang Nisa cerita," lanjut Firda. Diva hanya mengangguk-angguk setuju.

"Beneran yaaa?" kata Nisa dengan mata berbinar.

"Iya, Nis iya," jawab Diva pasrah.

Mengalirlah cerita dari mulut Nisa yang terkadang cerewet itu.

***

"Iiih, kok Aldi jahat banget sih sama Nisa," komentar Firda saat Nisa selesai bercerita.

"Walaupun Nisa sering tersakiti, dia kan tetep manusia," lanjutnya.

"Jadi orang kok jahat banget," kata Diva yang berhasil membuat Nisa tertohok.

"Wooh, akhirnya Diva bisa berkata kejam pada seorang lelaki. Mesti diabadikan ini," kata Firda yang sudah siap dengan kamera ponselnya.

"Hahaha," tawa Nisa yang membuat Firda dan Diva tersenyum. Akhirnya mereka bisa membuat Nisa kembali ceria.

Begitulah persahabatan mereka. Saling menguatkan saat terjatuh. Bukannya cuma ada pas lagi gak dibutuhin. Eh, pas lagi dibutuhin ngilang semua.

###

Helo-ω- kembali lagi di cerita ini. Akhirnya part ini selese ugha. MAAF TELAT UPDATE. Ada yang typo? Saya minta maaf kalo ada. Lah mendadak kalem saya.-. Hahahah, aslinya kagak kalem kok👌🙄 Jadi tuh sebenernya kemaren itu pengen up, tapi karena kemaren baru pegang hp ny malem jadi g sempet+lupa :v

TOKOH UTAMANYA DAPET NILAI TERTINGGI DI MATPEL PENJAS. BEDUA AJA LAGI. JODOH MA GITU😏

Ini dipaksa up sama ad*l👌

31May17-15Jun17

Piano dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang