Jūyon

116 15 21
                                    

"Ini pasti kerjaan lo kan?" teriak Aldi kepada Fita sepulang sekolah. Mereka berdua berada di kelas yang sudah sepi sekarang. Ralat, bukan hanya berdua, ada Ulan dan Kanaya juga.

"Apaan sih Di?" tanya Fita polos. Namun Aldi tahu bahwa Fita hanya berpura-pura polos. Aldi semakin geram dengan sikap sok polos Fita.

"Ga usah ngelak. Lo kan yang ngolesin saos di kursi Nisa?"

"Oalah, Nisa. Mungkin. Lo kan tau gue ga suka orang lain deket sama lo," jawabnya meremehkan. Untung Fita adalah perempuan. Kalau bukan, sudah sedari tadi lawan bicaranya itu babak belur.

"Mau lo apa sih? Lagian juga gue ga suka lo deket-deket sama gue. Kalau besok lo masih gitu sama Nisa, siap-siap hidup lo ga tenang," ancam Aldi. Fita masih bertahan dengan tampang santainya. Padahal Ulan dan Kanaya sedari tadi khawatir terhadap Fita.

"Hm? Kita liat aja besok. Dah Aldi, sering-sering mikirin gue, hahaha," kata Fita sambil berjalan keluar kelas. Ulan dan Kanaya yang masih khawatir mengikuti Fita keluar kelas.

Setelah Fita keluar, Aldi mengacak rambutnya frustasi. Bingung kenapa ia marah-marah kepada cewek itu. Bahkan ia belum hapal nama cewek itu, tapi sudah marah-marah kepadanya.

***
"Assalamu'alaikum," salam seseorang dari luar rumah Nisa. Nisa yang berada di dekat pintu pun bergegas membukanya.

"Waalaikumussalam. Ayah?" teriaknya girang. Ayahnya Nisa segera menurunkan bawaannya dan Nisa segera menghambur ke pelukan ayahnya.

"Kok lama banget sih yah? Padahal cuma dua minggu?" katanya masih dalam posisi memeluk ayahnya. Ayahnya hanya tertawa.

"Jelas kangen lah, orang ayah ganteng. Jadinya Nisa kangen deh," kata ayahnya sambil melepas pelukannya. Nisa merenggut kesal.

"Eh ayah, udah balik yah?" kata ibunya. Fattah segera menyalami Qila. Qila membawa barang-barang Fattah masuk ke dalam.

"Ayuk masuk, makan siang udah siap," kata ibunya.

"Ayo yah masuk," kata Nisa sambil menarik ayahnya masuk.

***
"Gimana di sekolah Nis?" tanya ayahnya setelah makan siang selesai.

"Baik-baik aja kok yah, temen-temennya juga seru, gampang adaptasinya juga," jawab Nisa.

"Baik-baik apanya? Yah, kata ibu Nisa udah berani ngasih hadiah buat cowo," kata Irbah sambil menyolek pipi Nisa. Nisa pun salah tingkah melihat ayahnya yang mulai menggodanya.

"Wih, ditinggal dua minggu udah berani ngasih hadiah ke cowo nih. Berhasil ga nih?" pertanyaan ayahnya membuat pipi Nisa memerah.

"Ish ayah, udah ah," entah mengapa percakapan ini membuatnya seperti saat itu. Saat ia mengembalikan jaket Reyhan.

***
"WOI DENGERIN NIH. ADA ANAK KELAS XI BARU. CEWE, CANTIK LAGI," teriak Aryo saat bel istirahat. Untung guru sudah keluar dari kelas.

Teriakan anak laki-laki pun mulai menggema. Dengan kompak mereka keluar dari kelas. Tentunya Aldi tidak tertarik dengan hal itu.

Nisa? Tentu saja ia penasaran. Ia mengajak Firda dan Diva untuk pergi melihat juga. Belum juga kaki Nisa melangkah ke luar kelas, Aldi sudah memanggilnya.

Nisa jelas kesal karena mendadak dipanggil. Namun, apa boleh buat. Nisa harus menurutinya.

"Apaan Di?" tanya Nisa sambil menghampiri meja Aldi. Ia memberi kode kepada dua temannya untuk pergi duluan.

Aldi bangkit dari kursinya dan berkata, "Temenin gue ke perpus."

"Mau ngapain emangnya?" tanya Nisa saat mereka berada di koridor.

"Mau apa ya kira-kira," kata Aldi sambil menyeringai.













###
DIGANTUNGIN TUH SAKIT LOH GAIS. Makasi kepada temen-temen sekelas yang buat wattpad ini jadi viral :v. Karna mereka wattpad ini jadi banyak yang baca🙇tanpa kalian wattpad ini ga bakal up secepet ini :') Jangan lupa ya, untuk nge-vote dan beri pendapat🙆 kalian semua warbyasah🙋

14Sept17-23Sept17

Piano dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang