"Oke-oke ibu ga bakal godaan Nisa lagi. Tapi yang bener pilih hadiahnya, biar cowo itu seneng."
"Iya, bu iya," Nisa memutar matanya malas. Boro-boro mau seneng, diajak ngomong aja susahnya minta digorok, Nisa berkata dalam hatinya.
Naila tiba-tiba berdiri dan berkata, "Ya udah tante, saya sama Nisa pergi dulu. Takutnya pulangnya kemaleman."
"Eh iya, tuh kan sampe kelupaan kalau Naila masih di sini. Ya udah sana pergi hush..hush..," katanya sambil mendorong Nisa pergi.
"Tante pamit dulu," pamit Naila sambil menyalimi Qila.
"Oke. Nai, kalo berhasil bilang tante ya," bisik Qila sambil membalas salam Naila.
"Siap tante," jawabnya sambil tersenyum.
"Masih godain Nisa, Nisa beneran ngambek ya bu," Nisa sudah mulai cemberut. Walaupun ibunya berbisik, tetap saja terdengar oleh Nisa karena Nisa berada di samping ibunya.
"Dih anak ibu beneran ngambek, ya udah hati-hati di jalan ya," Nisa dan Naila segera keluar dari rumah dan berangkat menuju Joewalan.
***
Mereka pun sampai di Joewalan yang merupakan toko buku terbesar di kota mereka. Mereka segera mencari rak yang merupakan tempat souvenir.
Tak lama kemudian, Nisa menemukan hadiah yang cocok untuk ia berikan pada Aldi. Nisa segera membayarnya dan mereka pulang ke rumahnya masing-masing.
***
Esoknya Nisa kembali menunggu Aldi. Namun sekarang ia menunggunya di samping tempat duduk cowo itu. Ia menaruh hadiah itu di atas meja Aldi.
Fita yang beberapa hari ini melihat Nisa berusaha mendekati Aldi pun geram. Ia segera bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri meja Aldi. Begitu pula dengan Ulan dan Kanaya. Mereka mengikuti Fita menghampiri meja Aldi.
"Eh lo. Ga usah kecentilan ya sama Aldi," katanya sambil menunjuk wajah Nisa. Sedangkan Ulan dan Kanaya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Maksudnya Fit?" Nisa bingung dengan Fita yang tiba-tiba menuduhnya kecentilan dengan Aldi.
"Ga usah sok ga tau deh. Bilang aja lo suka sama Aldi kan, sampe bela-belain bawa hadiah kek gitu," jawab Fita ketus.
"Iya tuh, ga usah boong deh," kata Kanaya. Nisa hanya dapat menahan kesalnya atas tuduhan mereka.
"Nggak kok, Nisa ga suka sama Aldi. Cuman, Nisa ada masalah sama Aldi. Jadi sekarang Nisa mau minta maaf sama Aldi," Nisa menjelaskan dengan sabar walaupun sebenarnya Fita tidak mendengarkannya.
"Ya ya ya, terserah lo. Tapi gua ga mau lo masih ngedeketin Aldi. Kalo lo masih deketin Aldi, gue bakal—" sebelum perkataan Fita selesai, Aldi yang baru saja datang menyela percakapan tersebut.
"Ngapain kalian adu bacot di meja gua?" Fita tidak menghiraukan pertanyaan Aldi. Namun ia langsung merubah sikapnya.
"Hehehe, haloo Aldi," sapa Fita cengengesan. Nisa hanya memutar matanya melihat Fita yang kecentilan dengan Aldi. Yang kecentilan siapa, yang dituduh siapa, kata Nisa dalam hati.
"Lo siapa?" tanya Aldi dengan mata yang tertuju pada Fita.
Fita kaget Aldi tidak mengenalnya. Padahal Fita merupakan salah satu anak yang terkenal di sekolah mereka. Karena kesal Aldi tidak mengetahui dirinya, ia menghentakkan kakinya lalu berbalik pergi.
"Ehh Fita, tunggu," kata Ulan sambil menyusul Fita. Begitu pula dengan Kanaya. Ia juga pergi setelah menatap Aldi dengan pandangan yang berbeda menurut Nisa.
Setelah melihat mereka yang sudah balik ke kursinya masing-masing. Tatapan Aldi beralih ke Nisa.
"Mau apa lagi lo?" tanya Aldi sambil menyingkirkan hadiah yang ada di atas mejanya lalu duduk.
"Diii, maafin Nisa yaaa," pinta Nisa dengan mata puppy eyes nya.
###
Halooo, kembali lagi—dan lagi dengan saya. Saya minta maaf kalo ada typo. Jadi, selamat digantungin oleh saya. HAHAHAH (saya psyco-ω-). Jangan lupa vote dan comment. Sekian dan trimakasi.
20Jun17
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano dan Cinta
Teen FictionAldi adalah seorang pecinta piano. Cintanya pada piano melebihi cintanya pada segala sesuatu. Aldi selalu memberi perhatian lebih pada pianonya. Ia tidak mengizinkan siapapun menyentuh pianonya kecuali dirinya. Pada suatu hari, Nisa yang berkunjung...