'Tok.. tok.. tok..'
"ZALFAAA BANGUN." Dengan kekuatan penuh seperti kamehameha nya Goku, Adah mengeluarkan suara toa nya untuk mambangunkan Zalfa.
Namun, apalah daya, Zalfa masih belum bangun dari mimpi indahnya. Tentu saja ia belum bangun, orang dia mimpi lagi disuapin sama Sehun.
Adah yang tahu tabiat Zalfa jikalau sedang mimpiin Sehun pun mendobrak pintu kamarnya hingga rusak.
Diantara kepulan debu karena pintu kamar Zalfa didobrak oleh Adah, perlahan-lahan terlihatlah wajah Adah yang sedang menahan amarah.
Dengan gerakan super cepatnya seperti The Flash, serta dengan suara toanya, Adah membisikkan jurus rahasianya seperti Naruto yang mengeluarkan rasengan nya.
"Peh, Sehun lagi ada di ruang tamu. Mau ngelamar Jalpeh katanya." Dengan kekuatan bulan, eh kekuatan seribu watt, Zalfa dengan sigap meloncat dari kasurnya dan segera mengacir ke kamar mandi.
Adah menyeringai melihat mahakaryanya yang lejen. Fyi, nama aslinya Wardah. Namun, setelah keluarga mereka menonton series dari 'Afatar De Lejen Of Eng', mereka mulai memanggil Wardah menjadi Adah.
Kalau kata ibunya mah, "Good tofu Dah biar rich kids clockan now yang sing song Akad. Kan mirip tuh namenya."
Kalau kata ayahnya, "83n312 7uh k474 18u k4mu, 81412 k4y4k k1d5 j4m4n n0w." Tentu saja ayahnya berkata tanpa mengetik di hp nya yang sudah diganti menjadi iPhone XXI, iPhone X nya baru saja kemarin ia jadikan mangkok sup bakso.
Okeh, kembali lagi ke kamar Zalfa. Dia sudah selesai mandi dan ia memakai baju pengantin yang entah darimana asalnya. Sontak Adah tertawa terbahak-bahak.
"Peh kamu ngapain pake baju itu sih?" tanya Adah saat Zalfa mulai memakai make up.
"Kan Sehun mau ngelamar Jalpeh, jadi Jalpeh harus siap-siap." *serah dah peh*.
Adah kembali tertawa keras-keras. "Woi bangun, mimpi aja. Ngapain juga Sehun ngelamar lo Peh, Peh. Anfaedah tau ga."
"Semerdeka lu aja teh, males Jalpeh ngeladenin teteh." Zalfa masih saja merias dirinya.
"Hei Zalfa dan Adah, shuttlecock lama sekali? Dah late nih, breakfast nya nanti cold." Teriak ibunya.
"Iya ma, Adah sama Zalfa mau turun. Jalpeh ngelama-lamain nih." Jawab Adah.
"Enak aja, orang kata Teh Adah Sehun dateng mo ngelamar Jalpeh mah, ya Jalpeh pasti siap-siap dong." Ralat Zalfa.
"KOK KALIAN KNOW KALAU DAY THIS BREAKFAST BIHUN? KAN MAMA NO SAY KE KALIAN," Zalfa pun frustasi karena ibunya salah denger.
"YA ALLAH MA, SEHUN BUKAN BIHUN." Sementara itu Adah kembali tertawa.
"SERAH DAH MO BIHUN OR SEHUN, YANG IMPORTANT KALIAN FAST TURUN."
"Iya ma iya," muka Zalfa pagi-pagi sudah memasam.
***
Zalfa berjalan di koridor sekolahnya yang sangat mencekam. Terlalu gelap dan sunyi. Seperti ada beberapa pasang mata yang melihatnya intens. Beberapa kelas cukup redup. Eh, masih pagi deng jadi ga gelap-gelap amat.
Zalfa masuk ke kelasya yang ramainya Subhanallah, seperti di kuburan. Eh, pasar maksudnya.
"Eh Jalpeh unyu sudah datang," sahut seseorang yang sangat familier bagi Zalfa. Zalfa menatapnya sinis seolah olah ingin mengurai organ dalam orang itu.
Namanya, Iman. Anak yang paling ga bisa diem di kelasnya Zalfa. Fyi, dia adalah temen baiknya Aldi. Oke, back to reality.
Iman duduk di belakangnya Zalfa. Dan setiap saat Iman tuh ga pernah bisa diem. Selalu aja gangguin Zalfa. Kalo kata orang-orang mah ya, si Iman ni "MODUS".
Baru aja diomongin, sekarang si Iman udah narik-narik kerudungnya Zalfa. Setelah itu si Iman ngobrak-abrik isi tasnya Zalfa, terus dia ngambil pulpen sama tip ex nya Zalfa tanpa bilang minjem. Yah sudahlah, Zalfa sudah terbiasa dengan itu. Tapi tetap saja Zalfa kesal dengan Iman.
***
"Peh, masih lama ga? Angkot Dian udah nungguin nih." Dian, sahabat Zalfa masih saja menunggu Zalfa yang belum selesai piket.
"Ya udah deh, duluan aja. Bentar lagi selesai palingan." Zalfa masih membereskan kursi yang belum rapih.
"Oke deh, Dian pulang dulu ya, hati-hati di jalan." Dian pergi sambil melambaikan tangannya dibalas oleh Zalfa.
Beberapa menit kemudian akhirnya Zalfa selesai. Ia segera mengambil tasnya dan bersiap pulang.
Tiba-tiba ada yang menempelkan sekaleg minuman dingin di pipi Zalfa. Sontak Zalfa kaget dan melompat ke depan.
Dengan mata setajam silet, Zalfa melihat siapa pelaku dari kejahatan tak terencana itu.
Ternyata, Iman.
Dengan senyum cengengesan, ia menyodorkan minuman itu.
"Nih, capek kan lo abis piket?" Zalfa masih belum mengambil minuman itu.
"Kagak mau lah, nanti pas gue minum ternyata ada sianida nya lagi. Akhirnya gue malah pemes."
"Kalo gue ngasih racun ke minuman ini, gue malah mati sia-sia sama Teh Adah. Nanti di berita judulnya 'Anak ini malah mati gara-gara ngasih racun ke minuman temennya' kan ga lucu Peh." Zalfa menatap Iman curiga.
"Dari mana lo tau nama kaka gue?"
"Keren kan gue bisa tau nama kaka lo?" Iman berkata sambil bergaya sok keren.
"Lo ngestalk gue ya?" Iman memutar bola matanya malas.
"Anfaedah amat gue ngestalk lo. Udah buru ambil ni minuman, kalo engga nanti gua chat Teh Adah gue bilang Zalfa dah berani nembak gue." Pipi Zalfa merah.
"Berisik lo pantat kuali." Zalfa mengambilnya dengan cepat lalu buru-buru ke luar gerbang sekolah.
Ternyata, sudah tidak ada satu pun ojek di luar. Terpaksa Zalfa menelpon Teh Adah untuk meminta menjemputnya.
"Gue lagi banyak tugas, ga bisa ngejemput lo. Lagian gue juga lagi mager jalan nih."
Tiit, Zalfa langsung menutup panggilannya setelah Adah bilang seperti itu.
"Ga ada yang jemput ya? Yuk sama gue aja."
Ni kutil satu ngapain si ngintilin gue mulu, kata Zalfa dalam hati.
"Mau ga? Kalo ga ya udah. Biar nanti lo digigit setan." Zalfa yang sangat penakut buru-buru menaiki motor Iman.
"Nah gitu dong, anak pinter." Pipi Zalfa kembali memerah.
Semilir angin menemani mereka yang berada di jalan pulang. Zalfa menyayangkan dirinya yang mulai merasakan sesuatu kepada orang yang sudah dimiliki oleh orang lain.
###
HELLOOO, MAAP YA GA UP UP :') KALI INI JUGA UP NYA BUKAN CERITA ALDI DAN NISA. DAN MAAP KALAU CERITA INI AGAK2 GAJE YAK. CERITA INI BERDASARKAN REQUEST DARI SESEORANG, YE KAN ***. JANGAN BAPER YA PEH, MAN :) JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT. MAAF KALAU ADA YANG TYPO YAA...KIRA-KIRA PADA SUKA CERITA TENTANG ZALFA SAMA IMAN GA NIH?
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano dan Cinta
Novela JuvenilAldi adalah seorang pecinta piano. Cintanya pada piano melebihi cintanya pada segala sesuatu. Aldi selalu memberi perhatian lebih pada pianonya. Ia tidak mengizinkan siapapun menyentuh pianonya kecuali dirinya. Pada suatu hari, Nisa yang berkunjung...