9. Jealous (I)

17 4 0
                                    

Pagi sudah datang. Aku bangun lebih awal dan bersiap siap. Aku sangat bersemangat hari ini karena kami akan berjalan jalan ke Saung Angklung Udjo.

Aku gak sabar buat ngambil banyak moment di sana. Dan aku juga ingin segera menemui Jac, aku khawatir dengan kondisinya semalam. Semoga saja dia udah sembuh.

Aku mandi sangat pagi sekali. Jam menunjukan pukul 5 pagi. Aku tau, bagaikan mandi es batu jika kamu mandi jam segitu di sini. Tapi, jujur itu akan membuatmu lebih fresh.

Tapi jika tidak kuat, jangan di paksakan. Bisa berakibat fatal.

'Brrrrrrrr' aku sangat kedinginan.

Setelah mandi aku langsung memakai sweaterku yang berwarna hitam, memakai celana jeans warna silver dan mencari sepatuku yang berwarna putih.

Aku pergi keluar rumah. Melihat keadaan di pagi hari seperti ini, mungkin ini waktu yang tepat untuk menunggu sunrise.

Beberapa menit telah berlalu. Yup, sunrise tiba. Aku sudah menyiapkan kameraku.

'Ckrekk ckrekk'

Aku mendapat foto yang sangat bagus di kameraku. Terlihat matahari yang baru muncul yang di sekitarnya ada pepohonan hijau dan burung burung yang berterbangan lagi.

"Fan" sapa Bintang membuatku kaget.

"Eh, Bintang. Pagi hehe"

"Pagi Fan, lo ngapain? Ngambil foto lagi?" katanya.

"Hehe iya. Bagus gak?" tanyaku sambil menunjukan foto yang berhasil ku tangkap tadi.

"Keren Fan. Gw yakin suatu saat lo bakalan bisa jadi photographer yang handal" katanya yakin.

"Amiin Bin. Hehehe. Udah sana gih siap siap, kita kan harus ke aula"

"Oke deh. Gw masuk dulu ya bye"

Aku pun hanya membalas melambaikan tangan. Aku berjalan jalan ke sekitar rumah rumah yang ada di sini. Sekaligus melihat sawah sawah yang ada di dekat villa ini.

******

Jam menunjukan pukul 6:55. Saatnya aku dan kawan kawan pergi ke aula, mungkin untuk sarapan.

"Bin, Ris, Fa, Sa. Ayo kita ke aula" teriakku dari depan rumah.

"Yuk yuk, gw udah siap" kata Bintang.

Kami pun berjalan ke aula. Sesampainya di sana seperti biasa anak anak sudah berkumpul. Aku pun melihat Zacky dan Jacob lagi duduk di sana.

"Hai Ky, Jac" sapaku.

"Hai" jawab mereka serempak.

Zacky pindah ke belakang untuk menemani Haifa dan Risya. Dan aku duduk di antara Jac dan Bintang. Duh jadi gak enak hihihi.

"Sstt, Fan. Lo jangan di situ. Ntar takut ganggu. Mereka kan lagi PDKT" bisik Zacky padaku.

Degg..

Hei, perasaanku! Kenapa kamu datang tiba tiba dan di saat yang tidak tepat?

Mereka sedang berbahagia namun hatiku seakan akan menolak kebahagiaan mereka.

I think i got jealous.

"Okey okey" sautku kembali berbisik padanya.

Aku berdiri tetapi tak lama ada yang menelfon.

"Eh bentar ya. Gw ngangkat telfon dulu" kataku pada Jac dan Bintang.

Aku berjalan keluar, ternyata ini telfon dari papa.

"Assalamualaikum pa" sautku.

"Waalaikumsalam. Gimana kamu di sana?"

"Baik pa, kenapa kok nelfon?"

"Gapapa, cuma mau tau keadaan kamu aja. Nih ada yang mau ngomong" kata papa.

"Hai Lita. Ini gw Refan" saut Refan.

Refan adalah sepupuku. Satu satunya sepupu laki laki ku dari keluarga papa. Kami sangat akrab. Tapi aku tidak tau kenapa dia datang ke rumah? Biasanya ia hanya akan main ke rumahku saat liburan sekolah atau semester. Dan dia seumuran denganku.

"Hei Ref. Kok dateng ke rumah gak ngabarin sih? Aku lagi di Bandung" kataku.

"Haha, gapapa selow aja. Cuma main sebentar, kebetulan papa aku lagi ada urusan ke sini. Jadi kita mampir dulu deh ke rumah Om Tyo dan tante Hani alias rumah kamu haha" jelasnya.

"Oh gitu. Yah cuma mampir? Yaudah deh, kapan kapan main lagi ya ke rumah. Aku kangen main bareng kamu tau"

"Selow. Yaudah ya Ta. Kamu seneng seneng di sana. Jangan lupa oleh oleh buat aku haha"

"Siap. Daahh"

'Tuuutt'

Aku mematikan telfonku. Lalu aku kembali ke aula. Namun aku melihat Jac dan Bintang sedang tertawa bersama. Lagi lagi aku merasakan perasaan cemburu.

Entah sejak kapan perasaan ini sering muncul tiba tiba. Dan aku benci perasaan ini.

'Please. We're just friend Fany!' kataku dalam hati.

Aku duduk di samping Risya. Ya aku tidak ingin ada di samping mereka. Mungkin aku akan di anggap 'mengganggu' mereka.

"Tadi telfon dari siapa Fan?" tanya Bintang.

"Oh itu, papa" jawabku.

"Oh, om Tyo? Salamin gw dong ke dia. Motor gw masih ada kan?" tanya Jac.

"Yeh. Udah dari tadi nelfonnya. Telat kalo sekarang. Oh iya. Motor lo......" kataku menggantungkan pembicaraan.

"Motor gw kenapa Fan?" tanya Jac panik.

"I...ilang" jawabku sambil menunduk.

"Seriusss?"

"Cie pengennya serius hahahahaha" kataku sambil tertawa terbahak bahak.

"Yeehh dasar. Gak lucu tau" katanya sambil mengerucutkan mulutnya.

"Ya sorry. Bercanda doang Jac" kataku sambil menahan tawa.

Mukanya yang panik membuat perutku geli dan ingin tertawa lebih banyak lagi. Hahaha.

"Lo kayak gak tau Fany ada deh Jac. Iseng begitu, tapi giliran di isengin ngambeknya bukan main" kata Risya.

"Iya. Tapi kalo ngebujuk dia tuh gampang. Kayak anak kecil. Kasih permen lollipop aja sumringah" lanjut Bintang.

"Eh nggak ya. Gw gak pernah mau tuh nerima permennya" elakku.

"Iya. Lo pura pura gak mau dulu. Abis itu lo tagih lagi kan kalo mood lo udah bener. Hahaha" lanjut Jac.

Mereka tertawa bersama. Ya, hanya melihat mereka tertawa saja mmebuatku bahagia juga.

Tetapi, kenapa di saat aku melihat Bintang dan Jacob tertawa bersama rasanya aku perih sekali. Selama bertahun tahun sepertinya aku belum pernah suka sama sahabat sendiri. Kenapa baru kali ini? Dan kenapa rasanya sulit untuk menghilangkan perasaan ini?

Aku tidak mungkin kan mengkhianati sahabatku sendiri demi kebahagiaan sesaat?















*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*














Halo halo. Gimana cerita yang ini. Paham gak maksudnya? Atau bingung sama orang orangnya? Kurang jelas sama penjelasan sebelumnya atau emang belum di jelasin? Tanya aja. Nanti di tanggepin kok. Yang di mulmed itu Zacky ya. Silahkan vote dan comment okey.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang