20. Process

22 4 0
                                    

"Bang. Meningan kita beneran ke rumah kak Rita yuk" ajakku.

Setelah pulang sekolah, aku memang benar benar tidak kemana kemana. Aku benar benar bosan.

Tidak ada yang men-chat aku. Tidak ada yang main denganku. Aku benar benar mengurung diri dari dunia luar. Sangat sulit rasanya.

"Hmm. Yaudah deh. Yuk" kata bang Randy.

Untunglah bang Randy pengertian.

Kami pun peri menuju rumah kak Rita yang mungkin tidak terlalu jauh dari perumahan kami.

Di perjalanan, aku tidak bisa sedikit pun menyingkirkan pikiranku tentang Jac.

Aku sangat penasaran apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Rasanya aku ingin ikut. Tapi, aku harus menjauh perlahan dari mereka. Lebih tepatnya dari Jac.

"Lit. Turun. Udah nyampe juga. Tuh Rita nunggu di depan terasnya" kata bang Randy membangunkanku dari lamunan.

"Maap bang"

"Mikirin dia lagi ya? Kan abang udah bilang kamu harus move on"

"Iya bang iyaa" kataku.

Aku pun langsung menghampiri kak Rita dan kami pun bermain seperti biasa.

Aku pun tak jarang curhat padanya. Ia pun selalu memberikan nsihat nasihat untuk ku lakukan. Ya, kurang lebih nasihatnya sama dengan apa yang di bilang oleh bang Randy dan kak Fhira.

"Lita. Balik yuk. Udah mau sore" kata bang Randy.

Memang, jika aku sudah bertemu kak Rita, waktu pun terlewati begitu saja.

"Makasih ya kak. Kapan kapan kita ketemu lagi" kataku pamit padanya.

"Iya de. Semangat ya move on dari dianya" katanya.

"Siip kak" kataku.

"Yaudah Rit. Aku pulang dulu ya. Kapan kapan kamu main ke rumah aku lagi" kata bang Randy pada kak Rita.

"Iya Ran"

"Jangan kangen ya" kata bang Randy.

"Oh, jadi aku gak boleh kangen sama kamu?" kata kak Rita.

"Boleh sih. Tapi takutnya nanti jadi sedih. Aku kan gak mau ngeliat kamu sedih" kata bang Randy.

"Ulululululu. Co cwit banget cih kalian. Sampe sampe yang di sini di kacangin. Serasa dunia milik kalian berdua ya? Yang lainnya pada ngontrak" sindirku.

"Duh. Princess ngambek deh. Jangan ngambek dong. Abang traktir green tea latte deh" kata bang Randy.

"Mantap bang" kataku.

"Yaudah dah Rit" kata bang Randy.

"Dah kak Rita" kataku.

"Daahh" jawabnya.

Kami pun pergi ke cafe dekat perumahan kami. Ya, aku menagih janji bang Randy.

"Turun gih" kata bang Randy.

"Siip" kataku semangat.

Tunggu. Ini cafe.......jangan bilang kalo mereka ada di sini. Aku masuk ke cafe tersebut.

Benar saja. Jac dan Bintang ada di situ. Aku berbalik badan ingin keluar kembali tetapi bang Randy mendorongku untuk tetap masuk.

"Bang kita balik aja. Ada mereka" bisikku padanya.

"Udah gapapa. Ayok masuk aja" jawab bang Randy.

Aku pun menuruti perintahnya

Kami pun duduk di salah satu meja di situ. Lumayan jauh dari meja Jac dan Bintang.

Aku tidak bisa berhenti memerhatikan Jac dan Bintang. Rasanya aku ingin ke sana tetapi, aku tidak boleh melakukan itu. Ini semua demi kebaikanku juga.

"Waiters" panggil bang Randy.

"Iya mas? Mau pesen apa?" tanya pelayan tersebut.

"Green tea latte 2 ya mbak" kata bang Randy.

"Minum di sini atau di bungkus?" tanya pelayan tersebut.

"Di bungkus aja mbak" jawabku cepat.

"Baik, di tunggu ya mbak, mas"

"Oke" jawabku.

"Kenapa di bungkus?" tanya bang Randy.

"Abang seneng ngeliat aku sakit?" tanyaku.

"Tapi kamu harus terbiasa" kata bang Randy.

"Gak bang. Gak untuk saat ini. Hati aku masih terlalu sakit" jawabku lirih.

Memang, rasanya seperti luka yang baru ingin sembuh tetapi di lukai lagi. Sangat sangat perih.

"Maaf" jawab bang Randy pelan.

"It's okay bang"

"Niat abang cuma mau bantu kamu move on dari dia Lit" kata bang Randy.

"Permisi. Ini pesanannya mas mbak. Dan ini bil nya" kata pelayan.

"Oh iya, makasih ya mbak" jawab bang Randy sambil memberikan uangnya.

"Yaudah bang, ayo kita pulang. Minum di rumah aja ya" ajakku.

"Yaudah yuk"

Kami pun berjalan ke arah pintu keluar.

"Fany?" panggil seseorang.

Aku menengok ke arah suara tersebut.

"Bintang?"

Ya ampun. Bintang. Dia melihatku.

"Lo ngapain di sini Fan? Katanya mau ke rumah kak Rita?" tanya nya.

"Iya, tadi abis dari sana. Trus kita mampir ke sini. Kalin belum pulang?" kataku.

"Belum. Yaudah duduk dulu yuk. Kita kan harusnya hangout bareng Fan" kata Bintang.

"Fany?" kata seseorang.

Ternyata Jac yang baru mengetahui kehadiranku di sini.

"Hai" kataku.

"Hmm. Bin, gw duluan ya. Kapan kapan aja kita hangout bareng. Bang Randy udah nunggu di parkiran. Daah" lanjutku lalu meninggalkan mereka.

Aku tidak bisa terus terusan ada di sekitar mereka lagi. Aku harus bisa menjauh dari Jac.

"Ketemu Bintang sama Jac tadi?" tanya bang Randy.

"Iya bang" kataku.

"Yaudah yuk balik"

Aku pun naik motornya bang Randy. Kami pun pulang ke rumah.

Jac. Kamu berhasil membuatku susah melupakanmu.

Tapi aku tau. Semua akan indah pada waktunya. Aku rasa kamu bukan yang terbaik untukku. Semoga, apa yang aku pilih ini tidak salah.




























*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*












Hai hai para readers. Finally, 10 part yang aku janjiin terkabul. Pas di hari ini. By the way. Happy Kartini's day yaa. H-5 buat Author wkwk. Jangan lupa vote dan comment okey, karena butuh perjuangan untuk nulis 7 part dalam satu hari. Hahahaha.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang