24. Late

14 4 0
                                    

"Kecewain?"

Aku benar benar kaget dengan suara itu. Aku menengok ke arahnya dan ternyata....Jac.

"Kalian lagi ngomongin apa? Kenapa Bintang nangis?" kata Jac yang menatap kami berdua.

Aku diam. Aku diam seribu bahasa. Aku tidak tau apa yang harus ku katakan. Sepertinya aku mengurungkan niat untuk memberitau Jac tentang semuanya.

"Fan. Jawab" kata Jac.

Aku hanya bisa diam.

"Fany suka sama lo Jac" kata Bintang.

Degg..

Degg..

Degg..

Kenapa? Kenapa Bintang bilang gitu di depan Jac? Kenapa dia tega nyakitin perasaannya demi aku?

"Lie. It's lie" kataku.

Aku langsung berlari. Menjauh dari mereka. Aku tidak tau ingin pergi kemana, tapi yang jelas aku sedang tidak ingin dekat dengan mereka berdua.

****

Aku duduk di salah satu bangku di taman belakang sekolah. Keheningan yang menemaniku di sini.

Rasa berasalah yang mendalam di lubuk hatiku masih terbayang bayang dalam pikiranku.

Gimana perasaan Bintang saat ini? Apa yang ada di pikiran Jac? Apa yang bakal terjadi selanjutnya?

"Gw tuh jahat banget sama lo Bintang. Gw rasa gw makin egois. Gw benci diri gw sendiri" omelku pada diri sendiri.

Tak terasa air mataku sudah menetes banyak. Tetapi makin banyak, dan sekarang membasahi seluruh tubuhku.

Tidak. Ternyata hujan yang datang tiba tiba. Ku biarkan hujan membasahi bajuku.

Tiba tiba tetesan hujan itu berhenti membasahi tubuhku. Entahlah, seperti sesuatu yang memayungi tubuhku.

Aku menengok ke arah sekeliling. Dan terhenti oleh seseorang yang sudah ada di sampingku sejak tadi.

"Kenapa lo jadi gini sih Fan?" tanyanya.

"Gw juga gak tau. Gw gak tau kenapa gw begini" jawabku.

"Maafin gw Jac. Gw berubah total sama lo" lanjutku.

Ya, orang yang memayungiku adalah Jac.

"Jujur sama gw Fan. Sebenernya ada apa di antara kalian? Ada apa di antara kita?" tanyanya.

Aku terdiam sejenak. Aku memikirkan berulang ulang, apakah ini saat yang tepat untuk mengatakan semuanya pada Jac?

Apakah jika aku mengatakan semuanya pada Jac akan menyelesaikan seluruh masalah di antara kita? Ataukah akan membuat masalah baru?

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya. Mungkin jika aku beritau akan lebih baik.

"Gw...suka sama lo" kataku ragu.

Jac menatapku seolah olah ia tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan.

"Tapi-"

"Lo dengerin dulu semuanya baru protes di akhir cerita gw" kataku memotong omongannya.

Ia hanya mengangguk.

"Selama ini gw nyimpen perasaan sama lo Jac. Berawal dari kepergian kita ke Bandung" jelasku.

"Gw mau nanya. Lantas kenapa masalah antara kalian kelihatannya sangat rumit? Padahal kan lo suka sama gw baru beberapa hari kan?" tanyanya.

"Masalahnya adalah. Bintang juga suka sama lo. Di satu sisi, gw cuma mau bikin Bintang bahagia Jac. Tapi di sisi yang lain, kalian nganggep gw egois" kataku.

"Bin..bintang?" katanya tak percaya.

"Dan lo mau tau lagi fakta yang lain?"

Ia hanya menatapku. Aku menganggap tatapan itu sebagai jawaban 'ya'.

"Bintang lebih dulu suka sama lo" lanjutku.

Ia hanya diam. Tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"Jac. Gw mau terang terangan aja sama lo. Gw cuma gak kuat ada di situasi kayak gini. Gw pengen tau apa yang ada di dalam benak lo Jac. Sebenernya lo milih siapa?" tanyaku.

"Fany. Ini semua aneh. Mendadak" katanya.

"Cinta mana ada yang di rencanain? Semuanya tiba tiba, serba mendadak. Dan jujur deh, gw lagi menjauh dari lo Jac"

"Ngejauh?"

"Iya. Gw punya feeling kalo kalian saling suka. Jadi apa salahnya gw ngejauh?" kataku.

"Tapi semuanya udah terlambat Fan. Percuma lo ngejauhin Jac. Gw udah duluan nyelesain perasaan gw ke Jac" teriak seseorang dari jauh.

Aku belum bisa melihatnya dengan jelas karena hujan yang cukup deras. Pandanganku terbatas.

Lama lama seseorang itu mendekati kami.

"Bintang?" kata kami serempak.

"Iya Fan. Lo yang harus perjuangin rasa lo ke Jac" kata Bintang.

"Jac, meningan sekarang lo jujur deh sama kita. Lo suka sama siapa? Gw atau Bintang? Gw gak mau lama lama terlarut sama masalah sepele kayak gini. Ini semua ngerubah gw Jac. Gw cape sama kondisi kayak gini" kataku.

"Gw gak ngerti Fan, Bin. Gw nganggep kalian sahabat terbaik gw. Kenapan kalian kayaknya nganggep gw lebih dari sahabat? Gak ada yang gw perjuangin. Gw gak mau bikin persahabatan kita runtuh gara gara ini" kata Jac.

Aku tidak mengerti. Jika memang tidak ada dari kami yang ia suka, lalu kenapa ia menanamkan perasaan pada kami? Apa sebenarnya tujuan ia melakukan itu?

Rasanya, jika dengan membelah dadanya aku bisa mengetahui jawabannya, aku akan lakukan itu.

"Lo aneh Jac. Gw benci lo" kata Bintang.

Bintang pergi begitu saja meninggalkan kami berdua.

Aku menatapnya dengan rasa penuh kekecewaan, kebencian. Semuanya bersatu.

"Gw gak ngerti sama semua ini Jac. Ini permainan lo?" tanyaku.

Jac tidak menjawab sama sekali. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri.

Terkadang, faktalah yang akan menunjukkan jawaban. Namun, kebanyakan fakta itu menyakitkan.

Dan tak jarang pula fakta membuat kita membenci seseorang, menjauhi seseorang, bahkan meninggalkan seseorang.


























*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*















Halo halo guyss. Maaf author telat update. Soalnya bener bener lagi gak dapet inspirasi. Moodnya lagi kayak roller coaster hihihi. Maapin ya kalo ceritanya aneh/gak nyambung. Semoga seru ceritanya. Jangan lupa vote+comment.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang