16. My Mistake

12 4 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 13:00 siang. Kami sudah setengah perjalanan menuju Jakarta. Jalanan tidak begitu ramai, jadi kami akan lebih cepat sampai di rumah.

"Fan" kata Jac.

"Apa?" jawabku.

"Gw ke kursinya Zacky dulu ya. Ada urusan" katanya.

"Okey"

Mungkin ada sesuatu yang penting dengan Jac dan Zacky. Entahlah, aku selalu merasa penasaran dengannya belakangan ini.

Aku ingin menanyakan banyak pertanyaan tentangnya. Tapi, aku malu untuk menanyakan itu semua.

"Fan, gw duduk sini ya" kata Bintang.

"Eh iya sini" kataku.

"Fan, gw boleh nanya sesuatu gak sama lo?" tanyanya.

"Mau nanya apa?"

"Lo suka ya sama.........." katanya menggantungkan omongannya.

Aku takut. Aku tau aku salah tapi, apa cinta bisa di salahkan? Bukankah cinta itu datang sendiri?

"Sama?" tanyaku.

"Jacob" katanya pelan.

Aku diam seribu bahasa. Aku tidak tau harus menjawab apa? Aku takut, jika aku jujur pada Bintang semuanya akan berubah. Aku tidak mungkin mengakui semuanya di saat Bintang sedang jantuh cinta dengan Jac.

"Enggak" kataku pelan.

"Jangan bohong, lo pernah bilang kan sama gw kalo gak boleh ada rahasia antara kita" katanya.

"Enggak kok Bin. Gw gak suka sama Jac. Gak mungkin lah" jawabku.

"Gw gak bakal marah Fan. Nyantai aja"

"Enggak Bin" jawabku.

"Please Fan. Lebih baik lo jujur dari pada gw tau dari orang lain. Karena itu lebih menyakitkan" katanya.

"Oke"

"Oke apa Fan?"

"Iya gw suka sama dia" kataku.

"Gw gak ada maksud apapun Bin. Justru gw pengen dukung lo buat lebih deket sama Jac. Tapi, entah kenapa gw jadi suka sama dia" lanjutku.

"Nyantai Fan. Gw gapapa kok. Lagi pula kalian cocok Fan" katanya.

"Enggak Bin. Dia itu cocok sama lo. Gw yang salah, gw gak harusnya suka sama dia. Lo gak salah kalo lo mau benci gw" kataku.

"Gw gak benci lo Fan. Lo sahabat gw, apapun yang terbaik buat lo bakalan gw support. Anything Fany" katanya.

"I'm sorry Bin. Gw gak bisa jaga kata kata gw. Gw udah janji sama lo bakal ngedukung apapun yang buat lo bahagia. Tapi, nyatanya gw cuma bikin lo sakit hati. Iya kan Bin?" kataku.

"Gapapa Fan. Dengan lo jujur gini setidaknya gw tau gimana perasaan lo. Lo tau gak, gw lagi deket sama yang lain" katanya.

Secepat itukah kamu move on Bin? Atau hanya pelarian saja?

"Oh ya? Siapa?" kataku penasaran.

"Nanti aja gw kasih tau kalo ada orangnya" katanya.

"Sekali lagi maaf ya Bin" kataku.

"It's okay Fan. Gw balik ke tempat gw ya"

"Okey. Makasih Bin"

Bintang hanya senyum padaku dan kembali ke tempat duduknya. Jac sudah kembali dari tempat Zacky.

"Kalian lagi ngobrolin apa?" tanya nya.

"Nothing" kataku datar.

"Hmm. Mainnya rahasia rahasiaan?" tanyanya.

Aku hanya diam. Entah kenapa, aku merasa aku harus menyalahkan perasaanku saat ini.

Aku tidak pantas memiliki perasaan ini. Apakah semua ini jawaban. Jawaban atas semuanya bahwa aku harus menjauhi Jac?

"Kok diem?" tanyanya lagi.

"Gw lagi gak mood Jac" kataku.

"Oh, sorry. Do you want candy?" tawarnya.

"Gw bukan anak kecil yang kalo ngambek di kasih permen trus seneng" kataku ketus.

Entahlah, sejak obrolanku dengan Bintang membuatku ingin menjauhi Jac, meskipun aku tau semuanya sudah terlambat.

"Lo kenapa sih?" tanya Jac.

"Lo gak perlu tau alasannya" kataku.

Begitu sulit membencimu. Membencimu bagaikan aku harus mengingat orang yang tak pernah ku temui sebelumnya.

"Fine. Gw cuma mau ingetin, kita udah sahabatan lumayan lama. Dan masih ada rahasia di antara kita? Bukannya lo yang mau kalo di antara gw, lo sama Bintang gak boleh ada rahasia?"

"Jac, gw gak mau ribut sama lo"

"Tapi lo gak bisa ngebuktiin omongan lo" katanya sedikit membentakku.

Aku tidak sanggup menahan semuanya. Emosi, kesedihan, perasaan bersalah, semuanya bercampur aduk. Mengacaukan pikiranku.

Membuatku tidak bisa berpikir jernih. Yang aku pikirkan hanya. Aku yang salah. Jac yang salah. Semua yang ada hanya 'menyalahkan'.

"Kalian kenapa sih?" tanya Bintang yang tiba tiba menghampiri kami.

Aku tau, pertengkaran kami ini sangat mengganggu. Tapi, pertengkaranlah yang akan membuat persahabatan kalian semakin erat jika, kalian bisa menyelesaikan masalahnya dengan tepat.

"Nothing. Kita bicarain nanti aja. Gak di sini tempatnya" jawab Jac.

Aku bahkan tidak bisa berkata apapun. Mataku terasa panas, dan aku meneteskan sedikit demi sedikit air mata.

Aku hanya duduk diam sambil mengusap perlahan air mata yang menetes di pipiku.

Jac pindah dari tempat dudukku. Aku tidak tau ia pergi kemana. Saat ini aku hanya tidak ingin berurusan dengannya.

Mungkin cara yang aku pakai saat ini sangatlah salah. Menjauhinya tanpa ia mengetahui penyebabnya, itu akan membuatnya merasa sakit.

Hei takdir, begitu cepatnya engkau mengambil kebahagiaan yang telah ku rasakan.

Hei takdir, apakah engkau yakin ini jalan terbaik? Mungkin aku yakin ini yang terbaik. Tapi aku juga yakin ini tidak akan berakhir bahagia.













*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
















Hai para readers. Maaf ya, author gak bisa penuhin janji buat update 10 part. Soalnya dari kemaren itu banyak tugas terus dan juga kurang inspirasi. Kalau ada saran silahkan comment aja. Jangan lupa juga di vote.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang