18. Friendship

16 4 0
                                    

Setelah aku curhat pada dua kakakku, aku memilih untuk menyendiri. Untuk memikirkan semua yang telah aku lakukan.

Mungkin aku terlalu buru buru untuk menjauhi Jac. Aku rasa aku harus menjalani dulu sampai takdir sudah benar benar memutuskan untuk aku menjauhinya.

Aku tidak keluar kamar setelah pulang dari Bandung. Bahkan handphoneku dimatikan.

Aku berbaring di kasur. Dan setelah itu aku memejamkan mata.

*******

"Lita. Bangun nak" panggil mama.

Aku melihat jam, menunjukkan pukul 05:00. Seperti biasa aku di bangunkan untuk bersiap siap. Tapi rasanya aku sangat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah.

Memang, tidak ada libur setelah kami pergi tour. Karena, sebentar lagi kami akan ujian semester ganjil. Jadi kami harus selalu masuk untuk medapatkan bahan belajar ulangan nanti.

Jika hari ini aku tidak masuk, banyak pelajaran yang akan ketinggalan.

Aku pun berjalan gontai menuju kamar mandi. Setelah bersiap siap aku pun turun ke bawah untuk sarapan.

"Pagi ma, pa, kak Fhira, bang Randy, Tom" kataku lemas.

"Pagi" jawab mereka serentak, kecuali Tom.

"Lesu amat sih de. Ayo dong, kamu harus semangat okey" kata kak Fhira menyemangatiku.

"Tau, kamu pokoknya harus ngelakuin apa yang kemaren kita kasih tau ke kamu" lanjut bang Randy.

"Kasih tau apa sih Ran?" tanya mama pada bang Randy.

"Ini loh ma. Anak mama yang satu ini tuh lagi galau. Jadi kita kasih tau dia buat gak terlalu deket deket sama orang yang buat dia galau. Tapi bukan ngejauhin ya. Cuma ngebuang kebiasaan kebiasaan yang ngebuat dia baper aja" jelas kak Fhira.

"Oh, ceritanya anak papa lagi fall in love nih?" tanya papa.

"Apa sih kalian. Aku gak mau ngebahas lagi please" jawabku datar.

"Hmm. Eh udah jam 6 nih. Ayo Lita, lita berangkat" kata papa.

"Ayo" kataku datar.

Aku benar benar tidak bersemangat. Rasanya aku ingin men-skip kejadian kemarin di Bandung.

*****

Papa mengantarku sampai depan gerbang sekolah seperti biasa.

Aku langsung masuk ke sekolah. Ku lihat sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang.

Aku berjalan ke arah kelas yang terletak di lantai 1. Baru ada satu dua orang.

Aku duduk di bangku ku. Melipatkan tangan di meja dan menundukkan kepalaku.

"Pagi Fan" ucap seseorang.

Aku tidak menjawab. Aku rasa itu Risya.

"Lo kenapa Fan?" tanyanya.

"Gapapa" jawabku pelan.

"Eh, Bintang sama Jacob dateng bareng. Kiw kiw. Haha" kata seseorang.

Aku tidak beranjak dari tempatku. Aku masih tetap seperti itu. Aku sedang tidak ingin melihat Jac.

"Fan, lo kenapa? Sakit? Kalo sakit kenapa masuk?" tanya seseorang yang sudah ku duga adalah Bintang.

Aku diam, tidak menjawab pertanyaan Bintang.

"Fan. Lo kenapa? Maaf ya, gw kemaren gak maksud apa apa kok. Gw udah gak marah. Please maafin gw" kata seseorang lagi yang sudah jelas dia adalah Jac.

Aku masih diam, tidak menjawab peekataan mereka.

"Fan. Ayolah tunjukkin muka lo. Lo kenapa sih? Gw gak pernah liat lo kayak gini" lanjut Jac.

"Tau Fan. Lo kayaknya pertama kali marah kayak gini. Gw traktir deh biar seneng. Pulang sekolah kita ke cafe aja, nanti gw beliin green tea latte deh" kata Risya.

Aku pun menatap mereka. Aku mengangkat kepalaku dan tidak menunduk lagi.

Aku lihat mereka tersenyum padaku. Mungkin mereka senang aku sudah memunculkan mukaku.

Aku benar benar salah melakukan ini semua. Aku rasa aku harus menjalaninya lagi tanpa harus mementingkan keegoisanku.

"Maaf ya. Gw jadi bikin kalian kayak gini pagi pagi. Gw gapapa kok, cuma masih capek aja. Mungkin kurang istirahat" kataku.

"Fan. Gw tau ini semua gara gara gw kan. Gw minta maaf ya. Gw cuma mau ngebuktiin aja omongan lo" kata Jac.

"Iya Jac, maaf ya. Bukannya gw gak mau jujur. Tapi emang belum pas aja waktunya buat gw ceritain. Gw janji, cepat atau lambat semuanya bakalan gw kasih tau" jelasku.

"Nah gini dong. Baru sahabat sahabat gw. Kita tuh sahabat sehidup semati. Kalo ada masalah selesain bareng bareng, jangan di tinggalin gitu aja" kata Bintang.

Aku senang punya sahabat yang super duper perhatian sama aku. Mereka bener bener perfect. God, thanks for your given to me.

Kami pun tersenyum bersama. Entahlah, apakah ini awal dari yang lebih buruk lagi dari yang kemarin? Atau ini awal kebahagiaan kami?

"Ada guru woy" teriak seseorang.

Kami pun kembali ke tempat duduk masing masing dan bersiap untuk belajar.

*****

"Fan. Ayo ke kantin" ajak Bintang.

Bel istirahat sudah berbunyi 3 menit yang lalu. Guru pun sudah keluar dari tadi.

"Yuk" kataku.

"Woy, lama lo berdua" teriak Jac.

"Weh selow dong bang" kataku.

"Dasar siput" kata Jac.

"Yeeehh. Awas yaaa" teriakku lalu mengejarnya.

Persahabatan adalah hal kedua yang terpenting setelah keluarga. Tanpa sahabat, kamu akan merasa kesepian. Sahabat pun adalah perantara untuk beradaptasi di sekolah. Merekalah yang membuatmu nyaman di sekolah.

Mereka yang membuatmu tersenyum saat sedang sedih. Selalu ada untukmu di setiap saat. Jadi, jagalah sahabat mu sebaik baiknya. Karena, mencari sahabat yang perfect itu tidaklah gampang.




































*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*





















Hai guyss.. how's the story? Do you like it? Maaf kalo ceritanya atau kata katanya agak aneh. Bener bener gak dapet inpirasi banget. Authornya lagi sedih huhu😢. Jangan lupa vote dan comment ya.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang