25. Farewell

13 4 4
                                    

Aku sudah berada di kamar sekarang. Karena semenjak kejadian tadi di sekolah aku langsung pulang ke rumah.

Aku berdiam diri, menatap kosong ke segala arah. Entahlah, rasanya otakku ini sudah dipenuhi oleh hal hal yang tidak mengenakkan.

Aku benci sekali kejadian tadi di sekolah. Jac benar benar tidak adil.

Kalau memang dia tidak suka salah satu dari aku dan Bintang, mengapa ia terus memberi perhatian lebih?

Apa karena kita sahabat? Apa kita-~aku dan Bintang~ yang terlalu berlebihan menilai perhatiannya?

"Lita, kamu gak makan?" tanya Bang Randy yang ada di depan pintu kamarku.

"Enggak" kataku pelan.

"Nanti sakit"

"Enggak bang" kataku.

"Kenapa lagi sih? Kamu belum move on juga dari dia?" tanya bang Randy.

"Susah bang" kataku pelan.

"Jelas lah susah. Karena dalam lubuk hati kamu, kamu gak mau kehilangan dia kan?" tanya bang Randy.

Entahlah, kata kata bang Randy tadi ada benarnya.

"Ya...gimana ya bang. Kita kan sahabat, jelas aku gak mau kehilangan semuanya cuma gara gara ini" kataku.

"Tapi sahabat kamu Bintang juga suka sama Jac. Kalo kamu egois, mereka yang bakal ninggalin kamu" kata bang Randy.

Tidak. Aku teringat kejadian tadi di sekolah. Aku tidak mau di tinggalkan mereka. Aku gak mau kehilangan mereka.

Tak sadar air mataku sudah turun.

"Lit. Kamu gak mau kan kehilangan mereka?" tanya bang Randy.

"Tapi semuanya udah telat bang. Bintang juga kan udah tau aku suka sama Jac. Dan pas aku mau move on dari Jac, bintang bilang aku harus lanjutin perasaannya, karena semuanya udah telat" jelasku.

"Lita, Abang bilang mening kamu selesain perasaan kamu. Jauhin Jac" kata bang Randy.

Setelah bang Randy berbicara seperti itu, ia langsung pergi dari kamarku.

Kenapa? Di saat aku suka dengan mu, alam semesta tidak mendukung? Kalau memang kamu bukan yang terbaik untukku, kenapa kau harus muncul di kehidupanku?

*****

Pagi sudah datang. Dan aku masih terbaring di kasurku.

Entahlah, aku benar benar tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah.

"Lita. Nanti kamu telat, ayo berangkat" teriak papa dari luar kamarku.

"Iya pa" kataku lemas.

Aku langsung berjalan gontai ke kamar mandi. Benar benar tidak semangat.

-----

"Fany" panggil Risya di dalam kelas.

"Hmm" jawabku.

"Kantin gak? Eh lo kenapa?" katanya.

"Gapapa" kataku pelan.

"Yakin? Gak biasanya lo lemes gini?"

"Yakin kok Ris. Lo kalo mau ke kantin duluan aja" kataku.

"Oke. By the way, lo di cariin Bintang di taman belakang" kata Risya.

Bintang nyariin aku?

Aku berjalan keluar kelas menuju taman belakang. Entahlah, perasaanku saat ini tidak enak.

Setelah sampai di taman aku melihat sekeliling, mencari keberadaan Bintang.

Tak lama aku melihatnya duduk di salah satu bangku di dekat pohon yang rimbun.

Aku menghampirinya.

"Bin, ada apa? Lo nyariin gw?" kataku.

"Duduk dulu Fan" katanya.

"Soal yang kema-"

"Gapapa, biarin aja berlalu. Gak usah terlalu di pikirin Fan" katanya memotong omonganku.

"Jadi, ada apa Bin?" tanyaku.

"Gw mau ngasih tau lo sesuatu Fan. Mungkin baru lo yang bakal tau"

"Emang apa Bin?"

"Gw.....mau pindah Fan"

"Apaa?" kataku tak percaya.

"Bin, jangan bilang lo pindah gara gara kejadian kemaren?" lanjutku.

"Enggak Fan. Bukan itu. Papa gw harus pindah kerja ke Surabaya. Dan gw mau gak mau harus pindah" jelasnya.

"What the-. Bin, please jangan tinggalin gw. Gw gak mau kehilangan sahabat kayak lo" kataku lirih.

"Fan. Gw harus pindah. Dan lo harus janji sama gw kalo lo gak bakalan nyangkut pautin kepergian gw sama kejadian kemaren!" perintahnya.

"Bintang. Gw gak mau lo pergi" kataku lirih.

Ya, aku meneteskan air mata lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Fan. Besok gw mulai pindah, dan besok gw gak bakalan masuk sekolah. Papa mama gw udah ngomong sama kepsek. Jadi, udah pasti gw bakal pindah dan gak bisa di ganggu gugat lagi" katanya.

"Bin. Apapun yang terjadi, lo gak boleh lupain gw. Meskipun kita jauhan, setidaknya kita harus ada komunikasi okey" kataku.

"Iya Fany Angelitaku yang kadang kayak anak kecil dan kadang kayak orang dewasa" katanya sambil tersenyum tipis.

"Hmm. I'll miss you Bin" kataku.

"Me too Fan" katanya.

Kami saling berpelukan. Aku tidak ingin kehilangannya.

Kenapa, kata kata bang Randy benar? Kenap aku harus kehilangan Bintang. Kenapa aku kehilangan salah satu sahabatku?

Apa sebenarnya rencana-Mu? Aku  benar benar tidak mengerti.

Kami kembali ke kelas. Bintang juga sudah memeberitahukan kepergiannya pada yang lain.

Respon yang lain benar benar tidak ingin Bintang pergi. Kecuali Jac yang diam saja.

Entahlah, aku tidak tau apa yang ada di pikirannya saat ini? Apa dia senang dengan kepergian Bintang? Atau malah dia sedih?

Jangan sampai kepergian Bintang akan menimbulkan masalah yang lain.

Perpisahan memang berat di rasakan. Tapi, itu akan terjadi di setiap pertemuan.














*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*












Halo.. maaf baru update setelah sekian lama. Soalnya belum dapet inpirasi nih hehehehe. Jangan lupa vote dan comment okey.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang