11. Closer

19 4 1
                                    

Setelah kami dari Saung Udjo, kami pun pulang. Sesampainya di bis aku langsung duduk dan menyenderkan badan di kursiku.

Tak sadar ternyata aku tertidur sangat pulas sampai sampai aku dibangunkan oleh Haifa dan Risya setelah sampai di vila.

"Fan, ayo turun" kata Risya.

Aku sedari tadi sudah membuka mata, hanya saja sedang menyeder di kursi.

"Ayo"

Aku berdiri dari kursi tapi tiba tiba kepalaku pusing dan pandanganku berbayang. Aku memegang kepalaku yang terasa sangat sakit.

Memang dari tadi aku belum makan sedikit pun meski kami sudah di beri snack. Dan bahkan kami juga sudah mampir ke tempat makan tapi aku minta untuk di bungkus saja karena aku tidak selera makan.

Tiba tiba aku merasa kakiku tidak kuat menopang tubuhku dan aku terjatuh kebelakang. Tetapi belum sempat aku jatuh ke bawah, ada seseorang yang menangkapku.

Aku tidak tau itu siapa yang jelas dia adalah lelaki. Pandanganku masih berbayang dan sekarang makin buram. Sampai akhirnya aku merasa semuanya gelap.......

*Bintang POV*

"Yaampun, Fan. Lo kenapa?" tanyaku.

Aku melihatnya sempoyongan dan terjatuh, untunglah Jac sempat menangkapnya.

Kami langsung membawa Fany ke kamar. Jac yang menggendongnya sendiri.

Entah kenapa rasanya hatiku perih melihat Jac menggendong Fany. Padahal mereka sahabatku. Sudah seharusnya mereka saling tolong menolong.

Lagi pula, aku dan Jac hanya sahabat. Tidak boleh lebih.

Tapi jujur, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku suka sama Jacob. Dan sampai sekarang. Aku hanya terlanjur malu untuk mengakui perasaanku.

"Rebahin di sini aja Jac" kata Risya mengarahkan Jac.

"Minta minyak angin dong" pinta Jac.

Jac sudah duduk di samping Fany setelah ia rebahkan.

"Nih" kata Rossa sambil memeberikan minyak angin.

"Fan bangun" kata Jac sambil sedikit menepuk nepuk pipinya.

Entah kenapa di saat seperti ini aku malah cemburu sama mereka. Padahal mereka sahabatku. Aku tidak seharusnya begini.

Aku menghampiri Fany dan ikut duduk di samping kasur.

"Fan bangun dong" kataku khawatir.

Jac masih mengoleskan minyak angin ke jidat dan menaruhnya sedikit di dekat hidung Fany agar ia bisa mencium bau minyak angin.

Tak lama aku lihat mata Fany terbuka.

"Akhirnya lo sadar juga" kata Jac.

"Yaudah, kalian jagain Fany. Gw sama Zacky balik ke kamar. Yuk Ky" lanjut Jac lalu meninggalkan kami.

"Jac..." panggil Fany lirih.

"Apa?" jawabnya datar.

"Makasih ya" kata Fany.

Jac hanya senyum padanya. Lalu ia kembali berjalan ke arah pintu keluar. Dan mereka kembali ke kamarnya.

"Fan, lo gapapa?" ucapku.

"Gw gapapa kok"

"Trus tadi kenapa bisa lo pingsan?" tanyaku khawatir.

"Gak tau Bin. Mungkin karena dari tadi gw gak makan makan" jelasnya.

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang