17. Broke

11 4 0
                                    

Kami sudah sampai di Jakarta. Tepatnya pukul 14:20. Aku masih menyalahkan diriku atas kejadian tadi.

Aku tau Jac masih marah padaku. Bintang tidak mengetahui yang terjadi. Setiap ia menanyakan apa yang terjadi tadi, aku tidak menjawab apa apa.

Sedari tadi aku hanya menangis. Tidak bisa melakukan apa apa saat ini.

"Fan. Ayo kita turun" ajak Bintang.

Aku hanya mengangguk. Aku turun membawa semua tas tasku dan belanjaanku.

Aku tidak melihat sekeliling lagi. Tujuanku saat ini hanyalah pulang ke rumah dan berdiam diri di kamar.

Tapi Jac menitipkan motor di rumahku.

"Hei adik abang yang paling cantik. Kok lesu banget sih? Capek ya?" sapa bang Randy.

Memang sejak aku turun dari bis aku sudah melihat bang Randy menungguku.

"Kok gak papa yang jemput?" tanyaku.

"Yah, jadi gak seneng di jemput sama abang?"

"Seneng kok. Tapi itu si Jac gimana? Dia kan mau ngambil motor di rumah" kataku.

"Motor dia udah di bawain sama pak Supri" kata bang Randy.

Pak supri adalah security di rumah kami. Tak jarang juga ia menjadi supir mama.

"Nah, pak Supri pulang gimana?" tanyaku

"Udah di anter balik tadi sama abang"

"Hai bang Randy" sapa Jac pada bang Randy.

Aku tidak menengok ke arahnya meskipun kami bersampingan.

"Hai. Eh motor kamu udah abang taro di sana ya" kata bang Randy.

"Bang ayo pulang. Fany capek banget" kataku.

"Lah kamu gak nungguin Jac-"

"Kelamaan. Kalo abang gak mau nganter pulang, aku bisa naik taksi ke rumah" kataku ketus memotong omongan bang Randy.

Aku benar benar tidak ingin ada di sini saat ini. Aku rasa aku egois. Aku tidak memikirkan bagaimana perasaan mereka. Aku hanya mementingkan perasaanku saja.

"Okey. Jangan marah gitu dong nanti jel-"

"Baaanngg" teriakku.

"Yaudah duluan ya Jac. Tuan putrinya lagi bad mood. Dah"

Aku dan bang Randy berjalan ke arah motornya dan kami pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku di sambut hangat oleh keluargaku.

Aku pun masuk ke rumah. Menruh tas dan oleh oleh untuk mereka.

Aku menyuruh mereka memilih baju dan makanan yang aku beli. Aku tidak duduk bersama mereka, aku pergi ke kamar untuk beristirahat saja.

"De" panggil kak Fhira.

"Iya kak?" jawabku.

"Ini baju buat kakak?" katanya sambil menunjukkan baju berwarna biru muda.

Aku tau itu bajuku. Aku membiarkannya, tidak ada sedikitpun rasa ingin merebut baju itu. Aku benar benar tidak semangat.

"Iya" jawabku pelan.

"Kamu kenapa de?"

"Gapapa kak. Cuma capek aja"

"Yakin?" tanyanya memastikan.

"Ya gitu deh"

"Kenapa sih? Cerita aja. Itung itung kakak jarang ada buat kamu"

Di saat seperti ini memang saat saat mereka menunjukkan kasih sayangnya. Aku bersyukur punya keluarga seperti ini.

"Salah gak sih kak? Kalo aku menjauhi seseorang karena orang itu buat salah sama aku, tapi seseorang itu gak tau apa penyebab aku ngejauhin dia?" tanyaku sedikit curhat.

"Kalo menurut kakak sih itu salah. Soalnya, ya dia merasa gak buat salah ke kamu, eh tiba tiba kamu ngejauh gitu aja. Emang siapa sih de?" katanya.

"Kalo dia sahabat aku sendiri?"

"Yaampun. Kalo kamu ngelakuin itu ke sahabat kamu sendiri, itu bakal nyakitin dia de" jawabnya.

"Tapi aku ngejauhin dia demi kebaikan bersama"

"Tapi mungkin itu menurut kamu. Kalo menurut dianya? Menurut orang lain? Apa sama, sama pikiran kamu?" jawabnya.

Jawaban kak Fhira benar benar membuatku diam. Dan aku makin merasa bahwa diriku salah. Memang, aku terlihat egois dengan keputusanku.

"Kamu ngejauhin siapa sih de? Risya? Atau Bintang? Emang kalian ada masalah apa sih?" lanjut kak Fhira.

"Aku suka sama Jacob kak. Tapi, Bintang suka juga sama Jacob. Dan lebih parahnya lagi, aku suka sama Jac setelah aku tau Bintang suka sama Jac. Dari yang aku ceritain ini udah nunjukkin kan kak, kalo aku egois? Udah nunjukkin kan kak, aku yang salah?" jawabku sedikit frustasi.

Aku tak kuat menahan air mata yang sudah terbendung di kelopak mataku. Alhasil aku pun menangis.

"Lita? Kak Fhira? Kalian kenapa?" tanya bang Randy yang tiba tiba masuk ke kamarku.

"Randy. Sini deh, adikmu lagi ada masalah" panggil kak Fhira lembut pada bang Randy.

"Kamu kenapa de?" tanya bang Randy.

Aku tidak menjawab, aku masih terisak dalam tangisku.

Kak Fhira memberitau bang Randy soal apa yang terjadi padaku.

"Yaampun Lit. Yaudah lah de, kamu mungkin emang keliatan salah karena kamu udah tau kalo Bintang suka sama Jac. Tapi, itu semua kan bukan kamu yang mau" kata bang Randy.

"Iya, lagian cinta itu datangnya tiba tiba de. Dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Kamu gak bisa nolak kehadiran rasa cinta. Kalo emang kamu mau move on, kamu kuatin dalam hati kalo kamu itu emang mau bener bener ngelupain dia" kata kak Fhira.

Aku terdiam sejenak. Berhenti dari tangisku. Aku mengusap air mata yang membasahi pipiku.

Apakah cara menjauhi Jac seperti ini benar? Atau salah? Aku gak tau apa yang harus aku lakukan.

And finally, penyesalan datang di akhir.





















*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*


















Haai hai.. gimana ceritanya? Semoga ngerti ya maksudnya. Dan semoga juga feelnya dapet. Amiin. Jangan lupa vote dan comment ya.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang