29. Disappear

13 4 0
                                    

Masih dalam keadaan saling menatap. Aku benar benar tidak tau harus berkata apalagi pada Risya.

Mungkin saat ini dalam pikirannya, aku yang salah. Memang, aku juga mengakui itu pada diriku sendiri.

"Fan, kenapa lo suka sama Jac?" tanyanya.

"Gw masih gak tau Ris. Gw gak ada niatan buat suka sama dia, apalagi gw tau kalo Bintang suka sama Jac. Dan firasat gw Jac juga suka sama Bintang" jelasku.

"Tapi setidaknya lo tau perasaan lo ke Jac gimana kan? Apa sekarang lo masih suka sama dia?"

"Gw juga gak tau Risya. Semuanya tuh gak pernah gw bayangin sebelumnya, dari gw tau Bintang suka sama Jac sampai akhirnya gw suka sama Jac. Entahlah kenapa bisa begitu"

"Iya juga sih, kalo jatuh cinta itu gak mandang siapa, dimana, dan kapanpun. Ya kalo udah gini gak bisa di salahin juga Fan" katanya.

"Iya, terus gw harus apa? Dia bakalan pindah. Mungkin kalo dia pindah gw bakalan lebih cepet move on kali ya" kataku.

"Mungkin. Fan, lo tau gak? Gw lebih seneng sama sahabat yang jujur, entah kenapa?" celetuknya.

Memang benar sih, jujur itu lebih baik. Dari pada bohong coba? Sahabat sendiri di bohongin? Sedih banget deh.

"Yaa, sebenernya sih gw gak ada niatan buat ngomong kayak gitu tadi hehe. Cuma karena lo bilang Jac mau pindah, gw jadi mau terus terang. Dan jujur yang tadi itu gw keceplosan hehe" kataku sambil tertawa kecil.

"Ya, sering sering aja lo keceplosan, kan gw jadi tau banyak hahaha" candanya.

"Tapi gw gak mau ya kalo gw curhat ke lo terus lo nyebarin ke yang lain! Gw bakalan marah banget sih sama lo" kataku mengancamnya.

"Insyaallah deh hehe. Tapi Fan, menurut gw yang lain juga berhak tau soal perasaan lo" katanya.

"Yang lain except Jac right?" kataku.

"Kalo itu sih gimana nanti aja Fan. Pasti nanti ada jawabannya kok, antara lo harus kubur dalem dalem perasaan lo atau terus terang ke dia"

"Duh please deh. Gw gak bisa kalo harus terus terang"

"Tapi itu bakal buat lo lebih lega Fan. Apalagi dia mau pindah"

"Iya kalo lega, kalo ternyata gak ada respon? Malah nimbulin masalah baru? Kan bisa bahaya" kataku sambil melipatkan tangan di dada.

"Iya deh iya. Gw gak ikutan soal itu"

"Soal apa?" tanya Jac yang tiba tiba ada di belakang kami.

Duh, apa dia mendengar semuanya?

"Eh Jac, lo udah lama di sini?" tanyaku.

"Enggak sih, baru dateng. Kalian abis ngomongin apa?" tanya Jac penasaran

"Apa hayo?" jawabku sambil memiringkan senyum.

"Ish, kebiasaan" katanya lalu mengerucutkan bibirnya.

"Haha, bercanda Jac. Kita lagi ngomongin soal ulang tahunnya Zacky nanti, mau gimana?" jawabku.

Entah kenapa terbesit begitu saja dalam pikiranku untuk mengatakan hal itu.

Lagi pula memang benar, Zacky sebentar lagi ulang tahun.

"Ohh iya, gw lupa" katanya.

"Dasar ya! Sahabat sendiri aja di lupain hari ulang tahunnya! Jahat memang" kata Risya.

"Yaudah, terus kita mau gimana nih?" tanya Jac.

"Itu yang dari tadi lagi kita pikirin" kata Risya sambil senyum.

"Kalo buat place serahin sama gw aja. Kalian soal partynya aja. Jangan lupa kasih tau Ifa, trus undang si Bintang tuh, kalo bisa dia ke sini" kata Jac panjang lebar.

"Yaudah, tapi nanti pas persiapan party lo ikut juga kan?" celetukku tak sengaja.

Kalo aku berkata seperti itu, apakah akan terlihat seperti aku ingin dia ada di sisi ku setiap saat?

"Iya" katanya dingin.

"Jac..." kataku pelan.

"Apa?" kata Jac.

"Gak jadi deh" kataku.

"Dasar. Fany fany" kata Jac.

Risya hanya melihat kami berdua. Menatap penuh arti padaku. Dan aku benci di tatap seperti itu!

"Fan" kata Jac cepat.

"Apa?" jawabku.

"Gw mau pindah"

Lagi lagi 3 kata simple itu mengiris hatiku untuk yang kedua kalinya.

Mataku terasa panas, tapi aku tidak bisa menangis. Bukan tidak bisa, tidak boleh lebih tepatnya.

"Kemana?" kataku pelan.

"Lemes amat Fan" celetuk Risya yang tentu saja ku balas dengan pelototan mataku.

"Ke Bandung" jawabnya singkat.

"Serius? Bandung mah gak usah pindah kali, mampir aja" candaku yang tentunya akan seperti tidak ingin Jac pergi.

"Lah kenapa?" tanya Jac.

"Ya kedeketan pak. Kenapa gak yang jauh aja sekalian? Ke Kalimantan kek, atau ke Bali, ke Medan gitu, kalo ke Bandung sih kedeketan" jelasku.

"Nanti kalo gw jauh jauh, lo kangen" katanya lalu tertawa kecil.

"Enggak lah. Ngapain kangen sama lo?" kataku yang jelas jelas bullshit.

"Yakin?" kata Risya.

"Iyalah" jawabku cepat.

"Gw sebenernya masih belum pasti buat pindah kemana. Tapi yang jelas sih gw mau pindah abis semesteran" jelasnya.

"Dasar labil. Kalo mau pindah tuh harusnya tau mau kemana" kataku ketus.

"Yeeh, dasar ya. Awas aja kalo kangen" katanya.

"Gak bakalan!" kataku ketus.

"Eh, gw keluar bentar ya Fan, Jac" kata Risya.

"Mau ngapain?" tanyaku kepo.

"Ada deh. Byeee" kata Risya lalu pergi keluar kelas.

Hari ini kami free class karena mengingat kami sebentar lagi akan ulangan semester akhir. Yang artinya kami akan naik ke kelas 12 dan berakhir sudah kenangan di kelas 11 dan berakhir juga hubungan ku dengan Jac.

If it's the best, i will accepted.






















*
*
*
*
*
*
*
*
*






















Haaii haii. Maaf ya telat update, soalnya Author lagi sibuk ngerjain tugas tugas yang menumpuk+persiapan juga buat ulangan semesteran hahaha. Doain ya biar author naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Amiin. Don't forget to vote and comment.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang