26. Feeling Lost

14 4 0
                                    

"Lita, bangun yuk. Sarapan, hari ini kan kamu juga sekolah" kata mama.

Sejenak aku melupakan kejadian di hari hari kemarin. Entahlah, rasanya kalau mengingatnya lagi itu akan mambuatku semakin frustasi mungkin.

"Iya ma" kataku sambil mengucek ucek mataku.

Aku berjalan gontai menuju kamar mandi. Mengambil handuk dan keramas sebentar.

Setelah itu aku duduk di meja makan dengan lemas. Aku tau mereka menatapku heran dengan perilakuku. Kecuali bang Randy yang mungkin sudah mengetahui masalahnya.

"Lit, di makan dong nasi goreng spesial buatan mama" kata mama membangunkanku dari tatapan kosong.

"Hmm. Iya ma. Tumben masak nasi goreng, biasanya roti plus selai" kataku lemas.

"Kamu kenapa sih de? Lemes banget?" saut kak Fhira.

"Gapapa kak. I'm fine" kataku lemas.

"Lita, kalo kamu sakit kamu izin aja hari ini gak masuk sekolah" kata papa.

"Aku hari ini ma-. Yaampun. Bintang hari ini pindah!!!" kataku baru menyadari bahwa hari ini Bintang mulai pindah.

"Pa, ayo berangkat sekarang" ajakku.

"Bintang pindah? Kemana? Kok kamu gak ngasih tau kita?" tanya bang Randy.

"Nanti aja ya jelasinnya. Pa kita ke rumah Bintang dulu yaaa" pintaku pada papa.

"Iya, yaudah yuk"

Kami pun berangkat menuju rumah Bintang. Entah kenapa aku sampai lupa soal kepindahan Bintang yang super duper mendadak.

Di dalam pikiranku dari tadi hanyalah masalah kami bertiga yang terjadi 2 hari yang lalu.

Aku benci kejadian itu. Sangat benci. Terutama kamu Jac.

"Itu Bintang di depan rumahnya" kata papa.

"Oke, papa tunggu di sini aja ya" kataku.

"Nanti kamu telat gak?"

"Tenang pa. Aku bisa kejar waktu kok" kataku santai lalu turun dari mobil.

"Bintaaaannngg" panggilku sambil menghampirinya.

"Fany?" katanya kaget.

Mungkin dia tidak menyangka aku akan datang ke rumahnya.

"Lo kok gak ke sekolah?" tanyanya.

"Gw mau ketemu lo dulu. Lo kenapa sih mesti ikut? Kan bisa tinggal di rumah gw" kataku.

"Ya gak enak lah Fan. Yaudah sih, nanti juga kita masih bisa komunikasi kan. Yang penting lo di sini baik baik, jagain si Jac okey" kata Bintang.

"Ogah ah. Ngapain gw jagain Jac?" kataku ketus.

"Ya secara lo kan suka sama dia"

"Bin. Udahlah, dia itu maksud. Gak jelas. Plin plan. Labil. Dan dia tuh gak adil. Dia tuh harusnya tau perasaannya buat siapa!"

"Dia suka sama lo Fan" kata Bintang yakin.

"Apaan? Gak ada buktinya Bin. Gw juga udah terlalu benci sama dia" kataku.

"Hmm. Lo harus kasih dia ke-"

"Kesempatan? Udah berapa kali gw kasih dia kesempatan? Udah males Bin. Yaudahlah Bin. Semoga seneng di sana. Gw pergi dulu, mau sekolah takut telat. Assalamualaikum" kataku memotong omongannya.

"Fan. Gw minta maaf ya, kalo gw terlalu pengen lo bahagia sama Jac" kata Bintang sambil menarik tanganku.

"It's okay Bin. Gw tau lo pengen yang terbaik buat gw. Tapi gw juga lebih tau kebahagiaan gw sendiri" kataku.

"Iya Fan. Maafin gw ya" kata Bintang sambil menundukkan kepalanya.

"Jangan salahin diri lo Bin. Di sini gak ada yang salah, emang udah takdirnya aja begini. Jalanin aja dulu, pasti Tuhan bakalan ngasih yang terbaik buat kita" kataku sambil senyum tipis.

Kami berperpelukan sesaat, lalu setelah itu aku berpamitan pada orang tuanya Bintang sekaligus Bintangnya juga.

Aku harus pergi ke sekolah sebelum bell masuk berbunyi.

Memang berat melepas orang yang kita sayang, especially she's my best friend.

-----

"Fan. Bintang udah berangkat ya?" tanya Risya.

Kami sedang duduk di kantin, menunggu pesanan kami di antarkan.

"Iya, tadi gw udah sempet pamitan juga sama dia dan ortunya" kataku.

"Hmm, jadi sepi ya. Gak ada yang bisa di bully lagi hahaha" canda Risya.

Aku pun hanya tersenyum tipis, ya karena aku belum bisa melepas kepergian Bintang, di tambah lagi pikiranku tentang Jac yang masih melayang layang di otakku.

Tak lama, Zacky, Ifa dan Jacob datang menghampiri aku dan Risya. Mereka duduk di meja kami~lebih tepatnya meja kantin sekolah~.

"Bintang gak ada jadi sepi ya" kata Ifa.

"Hmm" jawabku.

"Video call Bintang dong Fan" celetuk Zacky.

"Dia masih di jalan, nanti aja kali pas dia udah nyampe. Sekalian liat rumah barunya di sana" kataku.

"Yaaaahh" kata mereka serempak.

Ternyata, bukan cuma aku yang merasa kehilangan, namun yang lainnya juga merasa kehilangan sosok Bintang.

"Yaudah, nanti pulang sekolah kita ke rumah lo aja Fan. Kita main sekalian video call Bintang. Pake laptop lo" celetuk Risya.

"Iya, sekalian kerja kelompok Matematika juga" kata Zacky.

"Hmm" kataku malas.

Aku melihat Jac yang sedari tadi hanya duduk diam. Entah apakah ia merasa kehilangan juga atau tidak.

Seketika aku benci Jac.

Benci dengan segala perlakuannya yang manis padaku. Pada Bintang juga.

Aku menyesal memberikan perasaanku padanya.

Tapi, aku telah mengambil keputusan. Jadi aku harus menerima segala resikonya.

















*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*







Halo, maaf banget baru update. Lagi gak ada inspirasi hehehe. Author mau ngingetin lagi, ini tuh masih bagian flashbacknya Fany yaaaaaaa guysss. Jangan lupa vote dan comment.

Enjoy the story guyss😎

Destiny[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang