Lagya
Tibalah hari ini. Hari yang begitu aku tunggu, hari yang begitu aku persiapkan. Hari ini aku defense. Mengkonfirmasi segala kegiatan ilmiah yang telah kuupayakan selama 4 tahun ini dengan sebuah tanya jawab yang sedikit mencekam. Aku bersyukur untuk hari ini. Semoga semuanya seperti apa yang sudah kupersiapkan.
Milo
"Andrew, jangan lupa jamuannya milikku," kataku memastikan. Andrew tertawa di seberang sana.
"Milo, aku belum pernah melihat sisi dirimu yang ini, ternyata kamu ini romantis ya!" dan Andrew melanjutkan tawanya. Aku tak peduli. Aku sudah menahannya sekian lama, aku sudah menguncinya rapat-rapat, dan kali ini aku sudah tidak sanggup.
"Entahlah. Memangnya dulu aku tak pernah seperti ini?" tanyaku heran. Aku sendiri tak merasakan perubahan apa-apa, hanya kepalaku yang akhir-akhir ini menggila.
"Milo, dulu kau santai saja putus sambung dengan Kalyana. Kau juga tak pernah membuang tenaga dan waktumu sampai seperti ini. Kenapa sih? Ada sesuatu dengan Lagya?"
"Entahlah, aku sendiri tak tahu. Dia bahkan tidak mengundangku ke sidang doktoralnya. Kalau kau tak mengundangku ya aku tak bisa masuk," ujarku kuyu. Andrew justru tertawa keras di seberang sana. Yah, terserah dia lah. Mungkin saat ini adalah saat terlucu-ku. Mungkin juga aku pantas ditertawakan.
"Lagya tahu kalau kau seperti ini gara-gara dia?" tanya Andrew setelah selesai dengan tawanya.
"Mungkin tidak. Dia benar-benar fokus dengan defense-nya. Kata sekretarisku dia jarang datang lagi ke kantorku, bahkan untuk sekedar tahu jadwalku."
"Ya, Lagya bilang kau sibuk jadi aktor," lalu Andrew tertawa lagi. "Sebaiknya kau segera beri tahu dia, jangan membuat dirimu sendiri gila begitu." Aku mengangguk mendengarnya, tapi jujur saja aku belum siap menghadapi konsekuensinya. Aku juga masih merasa bersalah dengan perlakuan Kay padanya. Mungkin saja Lagya berpikir bahwa aku hanya menghadirkan masalah untuknya.
Ketika kuakhiri percakapanku dengan Andrew, aku baru sadar ada pesan singkat masuk dari Lagya. Pendek, lugas, tapi benar-benar bisa membawaku ke awan.
"Hai Milo, hari ini aku defense. Doakan semuanya lancar ya, dan terima kasih sudah membantuku selama ini. Sebuah kehormatan bisa belajar dan menulis paper denganmu. Datanglah jika kau ada waktu. Tunjukkan foto undangan yang kukirim nanti ke resepsionis. You are always welcome." Dan tanpa pikir panjang, aku melesat memilih jas terbaikku untuk datang ke sana. Bukan jas yang kusiapkan untuk datang atas undangan Andrew. Lalu seketika aku sadar, aku sudah tidak rasional.
Lagya
Prof Andrew dengan begitu baik hati memberiku hadiah jamuan makan setelah defense di sebuah rumah tak jauh dari tempatku sidang. Rumah itu sederhana, bersih, tapi tampak elegan. Jamuan makan ini dihadiri sekitar 25 orang, mereka teman-temanku, pengujiku, dan beberapa kawan Andrew. Santai dan membahagiakan. Lega atas tuntasnya perjuangan. Dan yang lebih menyenangkan lagi, ternyata Milo Park menyempatkan untuk datang di sidang defense-ku.
Seperti biasa Milo Park tampak sangat tampan dan berwibawa. Jasnya rapi dan ekspresinya dingin, namun entah mengapa kombinasi itu jadi tampak sangat menarik. Apalagi ketika jamuan makan, ia tampak berbincang akrab dengan semua pengujiku. Orang-orang supra-cerdas yang berkumpul dan bercanda layaknya orang biasa. Pemandangan yang menakjubkan.
"Sepertinya kau akrab sekali dengan Prof Milo, kalian pasangan?" tanya Deano mengagetkanku. Entah bagaimana ia bisa ada dalam daftar orang yang ikut jamuan makan.
"Kupikir aku tak perlu menjawab pertanyaanmu," jawabku sambil tersenyum. Aku sendiri bingung dengan jawabannya. Milo selalu membingungkan bagiku, sejak ia memutuskan untuk tidak mengujiku. Lalu dia menciumku di bandara. Lalu dia mengecup kepalaku saat bertemu Deano di kampus. Namun setelah itu kami bahkan tidak bertukar pesan. Aku sangat tidak mengerti.
"Kalau dia sampai meminjamkan rumahnya dan menjamu tamu-tamumu, pasti kau bukan seseorang yang biasa saja untuknya." aku terhenyak. Meminjamkan rumah? Menjamu tamu? Apa maksudnya. "Jangan-jangan kau tak tahu ya kalau ini rumah pribadi Milo Park?" tanya Deano lagi.
Kupikir ini rumah kawan Andrew Nguyen, tapi memang Milo Park adalah kawan Andrew Nguyen. Aku tergoda untuk mencari keterangan secepatnya, tapi kemudian aku berpikir bahwa sangat jahat merusak hadiahku sendiri. Biar aku nikmati dulu jamuan dan ucapan selamat ini, setelah itu urusanku dengan Milo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbeda
RomanceCerita tentang hubungan seorang mahasiswi dengan supervisor riset doktoralnya yang berkembang menjadi sebuah hubungan yang berbeda. Profesor yang tampan namun dingin ini ternyata cukup egois dan punya cara yang unik untuk mengenali dan mengenalkan p...